Telaah

Orang yang Rajin Salat dan Sudah Berhaji Masih Perlu Tobat?

209
×

Orang yang Rajin Salat dan Sudah Berhaji Masih Perlu Tobat?

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi AI

Kepada siapa perintah tobat ditujukan? Apakah orang-orang yang beriman yang sudah mengucapkan syahadat, rajin mengerjakan salat, sudah menunaikan haji juga harus bertobat?

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).

Tutup Banner untuk melanjutkan baca

Tagar.co – Salah satu perintah untuk bertobat terdapat dalam surat An Nur/ 24:31, ‘… Dan bertibatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung’

Melihat keumuman ayat ini dapat diketahui bahwa perintah bertobat tertuju kepada semua orang yang beriman.

Tidak ada keterangan khusus bahwa ulama, pemimpin, atau orang yang sudah menunaikan haji tidak perlu bertobat. Semua orang berkewajiban untuk bertobat.

Dari ayat ini pula dapat dipahami bahwa tingkatan orang-orang yang bertobat itu bermacam-macam, begitu juga sisi-sisi kehidupan yang ditaubati pun bermacam-macam.

Ada orang yang bertobat karena perintah-perintah Allah yang ditinggalkannya ada orang bertobat karena perkara-perkara subhat yang pernah dikerjakannya. Ada orang yang bertobat dari perbuatan makruh yang pernah dilakukannya dan ada pula orang yang bertaubat karena merasa lalai dalam melaksanakan perintah-perintah Allah.

Semua ini mengisyaratkan bahwa para pelaku tobat pun terdiri dari berbagai tingkatan.

Peluang seseorang untuk bermaksiat cukup besar, maksiat mata, tangan, lisan, atau anggota tubuh yang lainnya.

Jika anggota tubuhnya tidak melakukan maksiat, namun bisa juga keinginan (nafsunya) yang beranda-andai melakukannya. Jika nafsunya pun tidak beranda-andai untuk bermaksiat, maka bisa juga hatinya yang lalai dalam mengingat Allah.

Allah selalu memberi peluang kepada setiap orang untuk bertobat, termasuk tiga sosok ini:

Pelaku Kekafiran

Setelah Allah menyatakan bahwa orang-orang yang berkata bahwa Allah adalah Al-Masih putra Maryam, Allah berfirman di akhir ayat tersebut, ‘… Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’ (Ali Imran/ 3:86-89)

Pelaku Dosa Besar

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan alasan yang benar dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat pembalasan dosanya, yakni akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih: maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan…” (Al Furqan/25:68-70)

Penyembunyi kebenaran

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah, juga dilaknat semua makhluk yang dapat melaknat, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan kebenaran, maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang (Al-Baqarah/2:159-160)

Insyaallah kita masih bisa mendapat banyak informasi dari Al-Qur’an yang menjelaskan tentang keterbukaan tangan-Nya untuk menerima tobat hamba-hambaNya.

Andaikata kita tidak termasuk pelaku kekafiran, tidak termasuk pelaku dosa besar, dan tidak termasuk penyembunyi kebenaran, bukan berarti kita sudah tidak perlu bertobat, sebab masih banyak peluang maksiat yang mungkin kita lakukan.

Jika kita merasa termasuk salah satu pelaku kekafiran, pelaku dosa besar, penyembunyi kebenaran, maka saat ini waktunya untuk bertobat! (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Baca Juga:  Kekhilafan yang Terjadi pada Beberapa Nabi