Buku

Novel Pulau Batu di Samudra Buatan: Kisah 87 Tamu Terjebak Banjir di Hotel

×

Novel Pulau Batu di Samudra Buatan: Kisah 87 Tamu Terjebak Banjir di Hotel

Sebarkan artikel ini
Novel Pulau Batu di SamudraBuatan

Terjebak di dalam hotel karena banjir, tamu mencoba mempertahankan diri dari situasi yang mencekam. Mereka pun mengawali petualangan demi bertahan hidup sekaligus melawan rasa takut serta keputusasaan

Resensi oleh Ichwan Arif, Guru Bahasa Indonesia SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik. 

Tagar.co – Novel Pulau Batu di Samudra Buatan karya Zeggy Zezsyazeoviennazabrizkie menghadirkan sebuah narasi yang unik nan menggugah.

Ziggy memang dikenal sebagai penulis novel yang senang memiliki tokoh anak kecil dalam ceritanya. Cerita dibuka dengan penjelasan dari anak kecil tentang betapa cepatnya air naik. Diceritakan ada 87 tamu yang terjebak di dalam hotel dikarenakan banjir di dalam hotel.

Air naik perlahan-lahan sampai tamu berada di lantai 7 tempat pembunuhan pertama kali terjadi. Berlatar belakang banjir yang melanda sebuah hotel, kisah ini menggambarkan bagaimana sekelompok tamu yang terjebak mencoba mempertahankan diri dan mencari jalan keluar dari situasi yang mencekam.

Banjir yang membanjiri hotel lantai demi lantai menjadi awal dari petualangan yang menguji ketahanan dan keberanian karakter dalam novel ini. Sebagai pembaca, kita dibawa untuk mengikuti kisah sekelompok tamu hotel yang terjebak dalam situasi yang tak terduga ini.

Baca juga: Berkelana di Kota Suara yang Tidak Selamanya Indah dan Manis

Di tengah keterbatasan dan tekanan, mereka harus menemukan cara untuk bertahan hidup dan melawan rasa takut serta keputusasaan.

Baca Juga:  Sirikit Syah dan Perjuangan Kemanusiaan

Salah satu elemen menarik dari novel ini adalah karakter-karakter yang kuat dan beragam. Setiap karakter dihadirkan dengan ciri khas dan latar belakang yang unik, memberikan warna tersendiri dalam cerita.

Mulai dari kembar lima yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda hingga manajer hotel yang patah hati, setiap karakter memberikan kontribusi yang penting dalam mengembangkan alur cerita.

Penulis, Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, dengan mahir menggabungkan unsur humor dan ketegangan dalam cerita ini. Meskipun menghadirkan suasana yang tegang dan penuh ketidakpastian, novel ini juga dilengkapi dengan elemen humor yang membuat pembaca terhibur.

Dengan bahasa yang khas dan narasi yang mengalir, Ziggy berhasil menciptakan atmosfer yang memikat dan membuat pembaca terpaku pada setiap halaman.

Baca jugaKumcer Godlob: Potret Indonesia Kekinian

Selain itu, novel ini juga menyelipkan pesan-pesan yang dalam dan menggugah. Melalui perjuangan para karakter dalam menghadapi situasi sulit, pembaca diajak untuk merenungkan makna dari keberanian, persahabatan, dan keteguhan hati.

Kisah ini tidak hanya sekadar cerita fiksi belaka, tetapi juga menjadi cermin bagi pembaca untuk merenungkan nilai-nilai kehidupan yang sejati.

Proses kreatif penulisan Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie dalam Pulau Batu di Samudra Buatan patut diacungi jempol. Dengan gaya bahasa yang khas dan imajinatif, dia mampu menciptakan dunia yang begitu hidup di antara halaman-halaman bukunya.

Deskripsi detail yang digambarkan dengan apik memungkinkan pembaca untuk terjun ke dalam situasi dan emosi karakter secara langsung.

Baca Juga:  Novel Sejarah Ini Bikin Pembaca serasa bersama Syekh Ahmad Surkati

Tidak hanya menghadirkan alur cerita yang menegangkan, novel ini juga memperkaya pembaca dengan penggambaran visual yang kuat.

Baca jugaBudi Darma, Sastrawan Pencetus Teknik Kolase dalam Berkarya

Bagian-bagian yang menggambarkan banjir, kondisi hotel yang terendam, dan perjuangan karakter untuk bertahan hidup menghadirkan gambaran yang jelas dan mendalam. Seolah-olah kita turut menjadi bagian dari petualangan yang mereka alami.

Meskipun pengarang berhasil membangun ketegangan dan suspensi, beberapa pengulangan kata-kata mungkin dapat dianggap kekurangan oleh sebagian pembaca. Diksi dalam buku ini mengandung unsur estetis yang menarik, tetapi penggunaan kata-kata kasar, seperti babi, brengsek, tahi, bangsat, anjing dapat mengganggu kenyamanan pembaca.

Ada juga ungkapan yang secara moral kurang pantas untuk dibaca anak-anak seperti pertanyaan dan anjuran untuk memakan mayat yang telah meninggal agar orang-orang yang terjebak tidak kelaparan. 

Lepas dari kelemahan novel ini, Ziggy dalam novel ini tidak hanya sekadar menghibur namun juga memberikan pesan mendalam melalui alur cerita, karakter-karakter yang berkesan, dan pesan-pesan yang berbobot.

Bagi yang menyukai cerita dengan nuansa ketegangan dan humor, novel ini akan menjadi sahabat setia di malam-malam yang sunyi. Selamat membaca! (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni