Opini

Nebeng dan Nunut yang Viral

×

Nebeng dan Nunut yang Viral

Sebarkan artikel ini
Nebeng dan nunut serupa tapi tak sama. Ada perbedaan makna dari kedua kata itu, meskipun tipis, seperti dalam dua kisah viral ini.
Ilustrasi Ai

Nebeng dan nunut serupa tapi tak sama. Ada perbedaan makna dari kedua kata itu, meskipun tipis, seperti dalam dua kisah viral ini.

Oleh: Jamaluddin, Dokter Spesialis Mata, tinggal di Kamal Bangkalan, Jawa Timur.

Tagar.co – Dalam kehidupan sehari-hari, istilah nebeng dan nunut sering digunakan, terutama ketika seseorang memerlukan bantuan berupa tumpangan atau tempat tinggal sementara. Sekilas, keduanya terdengar mirip. Namun, apakah benar nebeng dan nunut itu sama?

Nebeng: Tumpangan Searah dan Singkat

Nebeng lebih sering kita jumpai dalam situasi ringan, seperti menumpang kendaraan ke arah yang sama. Misalnya, ketika seseorang menumpang mobil teman menuju kantor karena kebetulan satu jalur.

Baca juga: 10 Etika Nebeng

Nebeng juga bisa diartikan sebagai transit sementara, seperti duduk di halte sambil menunggu transportasi. Intinya, nebeng biasanya bersifat singkat dan spontan, tanpa komitmen besar.

Nunut: Tumpangan dalam Kondisi Terdesak

Berbeda dengan nebeng, nunut biasanya terjadi dalam situasi mendesak atau kebutuhan yang lebih besar. Misalnya, nunut tumpangan karena kendaraan rusak atau nunut tinggal di rumah saudara karena rumah sedang direnovasi.

Nunut bisa memunculkan rasa tanggung jawab atau utang budi lebih dalam, terutama karena seringkali membutuhkan bantuan dalam jangka waktu lebih lama.

Serupa tapi Tak Sama?

Meskipun nebeng dan nunut tampak serupa, konteksnya berbeda. Nebeng lebih ringan dan tidak menimbulkan beban moral besar. Sementara nunut sering melibatkan perasaan ‘terutang budi’ karena kondisi yang lebih mendesak.

Baca jugaNebeng dan Nasihat tentang Hadiah

Kedua situasi ini bisa jadi biasa-biasa saja, tetapi bisa juga menjadi tidak nyaman jika dilakukan tanpa etika atau rasa terima kasih.

Kisah Nunut yang Berkah dan Viral

Contoh kasus nunut yang membawa keberkahan adalah kisah ‘haji nunut‘—di mana pada tahun 1992 seseorang bernama Choirun Nasichin menumpang ikut haji bersama rombongan kerabatnya.

Meski awalnya terkesan numpang, pada akhirnya, orang tersebut benar-benar dihajikan oleh seseorang yang simpati padanya di tahun berikutnya. Ini adalah contoh bagaimana nunut bisa membawa berkah besar. Kisahnya bisa dibaca di sini.

Namun, tidak semua kisah nunut atau nebeng berakhir baik. Di era sekarang, ada juga kasus nebeng yang viral tetapi malah membawa cibiran, karena dinilai tidak sopan atau berlebihan. Bukannya mendapat simpati, justru menjadi bahan pembicaraan yang tidak menyenangkan.

Etika dalam Nebeng dan Nunut

Baik nebeng maupun nebeng adalah bagian dari budaya tolong-menolong, yang sebenarnya wajar dan lumrah. Namun, keduanya harus dilakukan dengan etika dan rasa syukur.

Ketika kita nebeng atau nunut, penting untuk menjaga sopan santun dan tidak membuat situasi tersebut menjadi janggal atau memalukan. Dengan cara ini, nebeng dan nunut bisa mempererat hubungan sosial, bukan sebaliknya. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Baca Juga:  Miskin Cari Tuhan, Kaya Jadi Tuhan