
PDNA Gresik bersama DLH Gresik, KB Walidah 1, dan PCNA Kebomas mengedukasi masyarakat tentang pembalut guna ulang dan gaya hidup minim sampah di Car Free Day Gresik.
Tagar.co – Ahad (8/6/2025) pagi, Car Free Day Gresik kembali diramaikan oleh kehadiran Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Gresik yang berkolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gresik.
Mengusung misi peduli lingkungan, kali ini, PDNA Gresik juga menggandeng KB Walidah 1 Gresik dan Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Kebomas. Di depan Wahana Ekspresi Pusponegoro (WEP), dua Duta Green Nasyiah dari PDNA Gresik secara bergantian menyosialisasikan program layanan Nasyiah Gresik bersama DLH kepada masyarakat yang memadati area car free day pagi itu.
Awalnya, Esti Darmawati, S.Ant, salah satu Duta Green Nasyiah, menjelaskan bahwa di stan yang berada tepat di depan WEP, pengunjung dapat menukarkan sampah dengan beragam pilihan menarik.
“Ada bibit bayam merah, pakcoy, sawi, dan kangkung. Bapak, Ibu, Adik-Adik yang tidak membawa minum, boleh juga mencicipi minuman alami sehat, es bunga Telang!” ajak ibu tiga anak itu.
Namun, lanjut Esti, ada syarat yang harus dipenuhi. “Harus tukar sampah di lapak. Bisa sampah botol, gelas, kertas, atau kaleng. Sampah hasil belanja di Car Free Day atau sampah yang ditemukan di sekitar juga boleh. Pokoknya semua sampah yang biasa disetorkan di bank sampah,” imbuh Esti.
Esti, yang mengenakan rompi baru dengan bordir “Merdeka Sampah” di dada, menjelaskan bahwa “Merdeka Sampah” adalah campaign Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur. “Untuk berupaya less waste di setiap event. Kalau bisa malah zero waste. Agar tidak bergantung dengan plastik,” tutur Ketua Departemen Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LHPB) PDNA Gresik itu. Campaign ini selaras dengan program DLH Gresik, yaitu Gresik Merdeka Sampah.

Gaya Hidup Minim Sampah
Maftuchatus Saidah, S.Pd, Duta Green Nasyiah sekaligus Wakil Ketua PDNA Gresik bidang LHPB dan Kesehatan, melanjutkan sosialisasi tentang penggunaan tas guna ulang untuk berbelanja. “Sebelum belanja, kalau tidak membawa tas, bisa minta totebag ke kita,” jelas perempuan yang akrab disapa Iid itu.
“Silakan, boleh mampir, Ibu-Bapak yang butuh tas guna ulang. Biar enggak pakai kantong kresek nanti saat belanja,” ajaknya.
“Tas ini tidak kami beli. Ini tas dari bancaan, kita simpan, bisa digunakan ulang. Jadi kalau nanti dikasih kresek, bilang, ‘Maaf saya sudah pakai tas belanja sendiri’,” tutur ibu dua anak itu.
Esti menimpali, “Lebih hemat juga. Enggak perlu menambah sekian ratus atau ribu rupiah untuk kantong kresek.”

Ia juga mempersilakan pengunjung, terutama ibu-ibu, untuk bertanya tentang cara beralih dari pembalut sekali pakai ke pembalut guna ulang. “Karena pembalut yang kita gunakan itu ternyata berdampak sekali terhadap lingkungan kita,” katanya.
Esti sambil menunjukkan infografis tentang cara mengurangi penggunaan pembalut sekali pakai yang terpampang di banner di samping stan.
Satu per satu pengunjung pun tertarik menukarkan sampah mereka di stan tersebut. Kepada pengunjung yang telah menukarkan sampahnya, Esti menjelaskan fungsi ecoenzyme serta pemakaiannya. “Ecoenzyme membantu proses pengomposan. Tapi pemakaiannya tidak boleh langsung disiram ke tanaman, harus dicampur dengan air dulu,” jelasnya sambil menunjukkan sebotol ecoenzyme.
Sementara Iid lanjut berdiri di dekat jalan masuk, menawarkan beberapa totebag untuk pengunjung yang berminat belanja di CFD pagi itu. Kepada satu per satu pengunjung yang baru datang dan mau diajak bicara, Iid pun menjelaskan manfaat tas guna ulang bagi lingkungan. (#)
Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni