Sejarah

Naskah Supersemar di ANRI Ada Empat Versi

859
×

Naskah Supersemar di ANRI Ada Empat Versi

Sebarkan artikel ini
Naskah Supersemar
Naskah Supersemar versi Angkatan Darat.

”Dari bantuan pemeriksaan laboratorium forensik (Labfor) Mabes Polri, semuanya dinyatakan belum ada yang orisinal, belum ada yang autentik.”

Tagar.co – Naskah Supersemar (Surat Perintah 11 Maret) ternyata ada empat versi yang disimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).

Empat naskah Supersemar itu tidak orisinal. Produk penggandaan. Belum diketahui naskah yang mana yang digandakan sesuai aslinya.

Menurut kliping berita Suara Karya yang didokumentasikan menpan.go.id, mantan Kepala ANRI M Asichin menjelaskan, empat versi Supersemar itu berasal dari tiga instansi. Yaitu Pusat Penerangan (Puspen) TNI AD, Sekretariat Negara (Setneg), dan Akademi Kebangsaan.

Dia menjelaskan arsip versi Supersemar itu dalam Workshop Pengujian Autentikasi Arsip di Jakarta seperti ditulis Suara Karya, Selasa (21/5/2013).

Dari Puspen TNI AD dan Akademi Kebangsaan masing-masing satu versi satu lembar. Sedangkan dari Setneg ada dua versi. Versi satu lembar dan dua lembar. ”Dari bantuan pemeriksaan laboratorium forensik (Labfor) Mabes Polri, semuanya dinyatakan belum ada yang orisinal, belum ada yang autentik,” kata Asichin.

Baca Juga:  Supersemar Menurut Soeharto

Jadi, sambung dia, dari segi histori, perlu dicari terus di mana Supersemar yang asli itu berada. Tim penelusur harus terus dijalankan.

Hasil Cetakan

Asichin menerangkan, empat versi Supersemar setelah uji forensik di Mabes Polri menyatakan dokumen-dokumen itu hasil produk cetak, baik berupa tulisannya maupun lambang garuda, termasuk tanda tangannya bukan merupakan goresan langsung.

Asichin tidak mau menyebutkan itu sebagai pemalsuan. ”Saya tidak menyebutkan itu pemalsuan. Pertanyaannya, apakah Supersemar itu dihilangkan atau hilang, saya tidak tahu persis. Tapi, itu semuanya palsu atau tidak asli,” katanya.

Versi Supersemar dari Puspen TNI AD tanpa pemeriksaan dari Labfor sudah diketahui bukan naskah asli.  ”Supersemar versi TNI AD itu sudah dibuat dengan teknologi mesin komputer. Padahal tahun 1966 belum digunakan mesin komputer. Masih menggunakan mesin ketik manual. Berarti dokumen itu palsu, dibuat setelah tahun 1970-an. Karena otomasi masuk Indonesia tahun 1970-an,”katanya.

Dia yakin naskah Supersemar asli itu ada. Karena Bung Karno pada pidato 17 Agustus 1966 menyatakan Supersemar bukan transfer of authority.

Bukti lain hasil wawancara yang dilakukan ANRI tanggal 20 April 2008 dengan Moerdiono, bekas Menteri Sekretariat Negara zaman Soeharto.

Baca Juga:  Supersemar Menurut Soeharto

Moerdiono menyatakan pernah melihat Supersemar. ”Pak Moerdiono mengatakan Supersemar yang asli itu terdiri dari dua lembar,” kata Asichin.

Sekarang ini, menurut Asichin, persoalan autentik atau tidak Supersemar sudah tidak memiliki implikasi politik karena sudah menjadi sejarah masa lalu.

Pelaku sejarahnya sudah meninggal semua. Yaitu Jenderal Yusuf, Basoeki Rachmat, dan Amir Machmud. Juga Bung Karno dan Soeharto. (#)

Penyunting Sugeng Purwanto