OpiniUtama

Muhammadiyah Tak Lagi Yatim Piatu dalam Politik dan Kekuasaan?

×

Muhammadiyah Tak Lagi Yatim Piatu dalam Politik dan Kekuasaan?

Sebarkan artikel ini
Muhammadiyah tak lagi yatim piatu dalam politik dan kekuasaan setelah tujuh kadernya masuk dalam jajaran pemerintahan Prabowo-Gibran. Ini menjadi antitesis dari pernyataan yang pernah ditulis oleh almarhum Buya Ahmad Syafii Maarif.
Foto muhammadiyah.or.id

Muhammadiyah tak lagi yatim piatu dalam politik dan kekuasaan setelah tujuh kadernya masuk dalam jajaran pemerintahan Prabowo-Gibran. Ini menjadi antitesis dari pernyataan yang pernah ditulis oleh almarhum Buya Ahmad Syafii Maarif.

Opini oleh Nely Izzatul, Redaktur Tagar.co

Tagar.co – Presiden Republik Indonesia H. Prabowo Subianto resmi melantik para menteri dan wakil menteri Kabinet Merah Putih di Istana Negara, Jakarta, Senin, (21/10/2024).

Disusul pada hari berikutnya, Selasa (22/10/2204), ia melantik para Penasihat Khusus, Utusan Khusus, Staf Khusus Presiden, kepala badan.

Dari deretan nama yang dilantik, terdapat tujuh kader Muhammadiyah, yakni Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P.; Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed.; Prof. Dr. Fauzan, M.Pd.; Dr. Dahnil Anzar Simanjuntak, M.E.; Raja Juli Antoni, Ph.D, Dzulfikar Ahmad Tawalla, dan Fajar Riza Ul Haq.

Baca berita terkait: Kader-Kader Muhammadiyah di Kabinet Merah Putih

Bahkan menurut beberapa sumber, masih banyak juga kader kultural yang lain, di antaranya ada Zulkifli Hasan, Anis Matta, Fahri Hamzah, Yusril Ihza Mahendra, Budiman Sudjatmiko, Viva Yoga Mauladi, Bima Arya, Budi Santoso, dan Sulaiman Umar Siddiq.

Hadirnya kader-kader di dalam ring kekuasaan Prabowo-Gibran ini, bisa jadi merupakan angin segar bagi Muhammadiyah. Namun dalam analisa penulis, terpilihnya mereka dalam barisan kekuasaan, setidak-tidaknya memunculkan tiga tipe respon kader.

Tiga Respon

Kelompok pertama, para pendukung Prabowo yang sangat berbahagia dan antusias memberikan ucapan selamat ketika kader-kader Muhammadiyah masuk menjadi menteri dan menjadi bagian dari kekuasaan.

Kelompok kedua, mereka yang tidak mendukung Prabowo pada ilpres tapi ikut berbahagia dan antusias memberikan ucapan selamat ketika kader-kader Muhammadiyah berada di barisan kekuasaan.

Baca berita terkaitSusunan Lengkap Kabinet Merah Putih

Kelompok ketiga, mereka yang tidak mendukung Prabowo pada pilpres dan tidak begitu antusias untuk memberikan ucapan selamat ketika kader-kader Muhammadiyah berada pada barisan kekuasaan.

Meskipun demikian, berbagai flyer ucapan selamat memenuhi lini masa di sosial media. Termasuk di akun Instagram resmi milik PP Muhammadiyah yakni Lensamu maupun di Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Tak Lagi Yatim?

Hadirnya kader Muhammadiyah dalam memperkuat kerja pemerintahan Prabowo-Gibran, nampaknya menjadikan Muhammadiyah saat ini telah menemukan jalan yang baik untuk mengisi panggung politik di pemerintahan.

Sehingga rasa-rasanya, ungkapan yang pernah ditulis Buya Syafii Maarif bahwa Muhammadiyah yatim piatu di panggung politik dan kekuasaan, kini tidak lagi terjadi.

Berbeda pada era kepemimpinan Joko Widodo yang memang minim kader Muhammadiyah duduk di pemerintahan, pada era Prabowo-Gibran ini Muhammadiyah berhasil menempatkan kader-kadernya untuk melaksanakan jihad konstitusi.

Dukung Prabowo

Kesuksesan kader Muhammadiyah masuk di dalam pemerintahan Prabowo-Gibran, menurut pernyataan yang pernah dilontarkan Abdul Mu’ti, karena warga Muhammadiyah sejak tahun 2014 dan 2019 mendukung Prabowo, lalu berdasarkan survei tahun 2024 ini tetap mendukung Prabowo.

Selain itu, agaknya uji publik terhadap calon presiden dan wakil presiden yang digelar Muhammadiyah juga membuahkan hasil. Karena pada saat itu, Prof. Abdul Mu’ti yang bertugas memoderatori tiga calon presiden selalu menanyakan apakah jika terpilih akan mengangkat menteri dari Muhammadiyah? Lalu semua calon presiden menyatakan akan mengangkat menteri dari Muhammadiyah.

Baca jugaPrabowo Lantik 25 Pejabat: Dari Utusan Khusus dan Penasihat Presiden hingga Kepala Badan

Keberhasilan Muhammadiyah menempatkan para kadernya di posisi strategis kekuasaan, nampaknya menjadikan Muhammadiyah semakin dekat dengan amanat Muktamar Solo yakni Memajukan Indonesia.

Semoga saja, dengan masuknya para kader di Kabinet Merah Putih ini mampu melaksanakan dan memperkuat dakwah politik sesuai dengan konteksnya. Semoga mereka mampu menjalankan politik kebangsaan, tidak hanya mementingkan panggung jabatan dan kekuasaan. Semoga para kader bisa memberikan pengabdian terbaik untuk bangsa.

Semoga kader-kader tersebut bisa mewarnai kehidupan bangsa Indonesia, dan tetap bisa memposisikan Muhammadiyah sebagai civil society yang berperan sebagai check and balance terhadap pemerintahan.

Selamat berdiaspora para kader di pemerintahan Prabowo-Gibran. Semoga jalan ini mempermudah dakwah Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, mencapai baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Baca Juga:  Saat Menko PMK Menjadi Inspektur Upacara di Daerah 3T