
Ajarkan kesalihan sosial sejak dini bisa melalui bazar jajanan pedagang kaki lima (PKL). Salah satu rangkaian Isra Mikraj Mugeb School bertajuk Bazar Amal ini menghadirkan 17 PKL di area ekowisata.
Tagar.co — Sebanyak 17 pedagang kaki lima (PKL) hadir di halaman ekowisata SD Muhammadiyah 1 GKB (Mugeb School) Gresik, Jumat (31/1/2025). Mereka berjajar membentuk dua baris. Di antaranya biasa berjualan di tepi jalan sekitar sekolah ketika jam kepulangan siswa tiba.
Ada yang menjual satu macam barang dagangan, ada pula yang beberapa macam sekaligus. Alhasil, pagi itu tersedia 18 jenis jajanan dan minuman.
Untuk jajanannya seperti sempol ayam, pentol bakar, gorengan (sosis, tempura, mi, cireng, dan nugget), pentol korea, roti bakar, roti maryam, burger, kue leker, gulali jeli, kue jaring laba-laba, makaroni telor (maklor), dan telur gulung. Adapun untuk minumnya meliputi es puter, es teh, es kulkul, buah siram cokelat, es Milo, dan Teh Poci.
Ketika melangkah ke area Ekowisata, terdengar pedagang menjajakan jualannya. “Burgernya silakan! Roti Maryamnya ayo Rp 5 ribu! Es teh, es teh, es teh. Ayo beli yang masih pegang kupon. Ayo yang haus!” kata mereka bersahutan.
Libatkan PKL
Ini ketiga kalinya Mugeb School menggelar bazar amal yang melibatkan para PKL. Bazar amal dalam memperingati Isra Mikraj kali ini istimewa. Sebab, ada lebih banyak PKL yang sekolah undang untuk bekerja sama.
Di samping itu, bazar kali ini spesial karena tak hanya diikuti siswa dan guru. Melainkan juga beberapa siswa MA YKUI Maskumambang yang kebetulan mengunjungi sekolah lagi selepas masa magangnya berakhir.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Rizka Navilah Safitri, S.Pd meyakini, bazar amal yang melibatkan PKL ini sangat memberikan manfaat. “Selain agar anak-anak merasakan jajanan lain selain jajan di kantin, juga untuk charity,” ungkapnya.
Pada bazar amal ini, lanjut Rizka, Mugeb School dapat berbagi keuntungan dengan PKL. “Keuntungan yang kita kumpulkan ini untuk membantu dana pendidikan siswa yang membutuhkan,” imbuhnya.
Saat menggandeng para PKL, Mugeb School menekankan pada kebersihan dan kualitas makanan yang mereka jual. Jajanan dan minuman yang mereka jual pun terjamin dalam segi kehalalan maupun kebersihannya.
Di sisi lain, Cak Man—sapaan akrab Suparman, pedagang gorengan yang pertama kali bergabung di Bazar Amal ini— mengaku senang bisa terlibat.
“Saya senang jualan di sini karena ramai anak-anak membeli. Alhamdulillah ini sudah hampir habis. Biasanya jam 12.00 WIB baru habis. Setelah ini saya mau kulak lagi,” terangnya. Biasanya, Cak Man berjualan di Ma’arif dan Giri Gajah.

Siswa Antusias Membeli
Para siswa yang baru pulang dari pawai langsung berbaris menukarkan uangnya dengan kupon. Satu kupon senilai Rp. 5.000,00. Setelah memegang kupon, mereka langsung menyerbu para PKL yang sudah siap melayani.
Para siswa tampak senang. Ada juga yang kebingungan mau beli apa karena terlalu banyak pilihan. Siswi kelas III Brisbane Aleeya Zahira salah satunya. Meski sangat senang karena jajannya masih hangat, baru dibuat ketika ia memesannya, ia juga sempat bingung.
“Beli apa dulu ya, Ustazah?” tanya Aleeya kepada guru pendampingnya, Dwi Putri Aisyah, S.Pd. Sebanyak empat kupon ia genggam erat. Setelah mengitari para PKL, Aleeya akhirnya memutuskan membeli di antaranya gulali, es puter nangka, dan telur gulung.
Sementara siswa lain berbaris membeli, Aleeya langsung duduk di tengah lapangan. “Aku sudah gak sabar makan. Kalau ke kelas nanti kelamaan,” ujarnya. Cuaca pagi itu memang sangat mendukung, mendung. Ia tak kepanasan meski langsung beratapkan langit.

Ajarkan Kesalihan Sosial
Salah satu guru Tryas Ngudi Lestari, S.Pd bersyukur, ia bisa selalu ikut bazar amal ini. “Ini bazar amal ketiga yang saya ikuti. Di sini kita bisa secara tidak langsung ikut beramal sambil belanja,” ujarnya.
“Alhamdulillah mereka dapat untung, sekolah juga bisa membantu biaya pendidikan siswa yang membutuhkan,” imbuhnya.
Sejalan dengannya, menurut Wakil Kepala Sekolah Bidang Pembinaan dan Pembiasan Karakter Nur Hamidah, S.Pd., bazar amal merupakan bentuk kesalihan sosial yang bisa kita ajarkan kepada anak-anak sejak dini.
“Isra Mikraj adalah perintah langsung dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjalankan kewajiban salat lima waktu. Rukun salat yang terakhir, salam dengan menghadap ke kanan dan ke kiri, hikmahnya kita sebagai hamba Allah diminta untuk lebih aware terhadap persoalan sosial di sekeliling kita,” ujarnya. (*)
Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni