
Pantai Selatan Miami menyimpan rahasia. Ricardo dan Isabella terperangkap. Peta, simbol misterius, dan pilihan sulit. Victor datang mengancam. Santiago mendesak bertahan. Waktu menipis. Dokumen atau nyawa?
Misteri di Pantai Selatan Miami: Langkah yang Tidak Kembali (Seri 15); Cerbung oleh Dwi Taufan Hidayat
Tagar.co – Langkah kaki mereka bergema di lorong panjang yang terbentang di hadapan mereka. Di belakang, pria tinggi itu, yang memperkenalkan dirinya sebagai Levi, mengikuti mereka dengan langkah berat, memegang kendali penuh atas setiap langkah yang mereka ambil. Suasana tegang, seperti tirai yang tertutup rapat di atas mereka, menanti untuk dibuka oleh satu kalimat, satu pilihan, satu keputusan yang tak bisa lagi dihindari.
Isabella melirik Ricardo dari sudut matanya. Mereka berdua tahu bahwa tidak ada yang bisa diprediksi lagi. Dunia yang mereka kenal kini hanya tinggal bayang-bayang, sementara yang akan datang adalah ruang yang asing dan penuh jebakan. Namun, ada dorongan yang kuat di dalam diri mereka untuk melangkah lebih jauh. Untuk menemukan jawaban yang selama ini membelenggu mereka.
Baca Seri 14: Misteri di Pantai Selatan Miami: Pintu yang Tertutup
“Apakah kamu yakin dengan ini?” Isabella berbisik, suaranya serak, hampir tenggelam dalam keheningan yang berat. “Mereka tak akan membiarkan kita pergi begitu saja.”
Ricardo, meski tampak tenang, tak bisa menutupi kegelisahannya. “Aku tak yakin tentang apapun, Isabella,” jawabnya pelan. “Tapi kita sudah terjebak dalam permainan ini. Tak ada jalan mundur.”
Mereka akhirnya tiba di sebuah ruangan besar, dipenuhi dengan cahaya redup dari lampu-lampu kristal yang menggantung di langit-langit tinggi. Di tengah ruangan, meja besar terletak dengan sebuah peta besar terbentang di atasnya, peta dunia yang ditandai dengan banyak titik merah. Beberapa titik menandakan lokasi yang mereka kenal—Jakarta, Papua, Miami, dan tempat-tempat lain yang telah menjadi bagian dari perjalanan mereka yang membingungkan ini.
Levi berdiri di pintu, mengamati mereka berdua dengan tatapan kosong. “Pilihlah dengan bijak,” katanya, suaranya terdengar semakin jauh dan terpisah dari realitas yang sedang mereka jalani. “Setiap langkah kalian akan menuntun pada jalan yang tidak bisa ditarik mundur.”
Ricardo berjalan menuju meja dan melihat lebih dekat pada peta itu. Jari-jarinya menyentuh titik yang menandai Papua—tempat yang berhubungan langsung dengan dokumen yang mereka cari. Sebuah simbol yang tidak dapat dipahami sepenuhnya, tetapi sangat familiar baginya. Sesuatu di dalam dirinya memberi tahu bahwa peta itu bukan hanya representasi fisik, tetapi lebih kepada panduan menuju pemahaman yang lebih dalam—pemahaman yang bisa mengungkapkan kebenaran tersembunyi yang telah lama dilupakan.
Baca Seri 13: Misteri di Pantai Selatan Miami: Keputusan yang Menghantui
“Ini adalah gambaran dari dunia yang mereka coba kendalikan,” kata pria tua yang tiba-tiba muncul dari bayangan, suaranya seperti angin yang menyusup melalui celah-celah dinding. “Mereka ingin kalian percaya bahwa dunia ini dibagi dalam segmen-segmen yang jelas, tapi kenyataannya, semua ini lebih rumit dari yang kalian bayangkan.”
Isabella memutar tubuhnya, tatapannya penuh kebingungan. “Siapa kamu sebenarnya?” tanyanya dengan nada marah. “Dan kenapa kita harus percaya pada permainan ini? Apa yang mereka rencanakan?”
Pria tua itu menghela napas, langkahnya perlahan mendekat ke meja. “Nama saya Santiago,” jawabnya dengan tenang, “dan saya adalah bagian dari gerakan yang berusaha melawan kejahatan yang telah lama mengakar di bumi ini. Kalian sedang berada di pusat permainan besar yang melibatkan kekuatan global, kekuatan yang tak terduga, dan kebenaran yang disembunyikan dari dunia.”
Ricardo merasakan beban kata-kata itu menekan pikirannya, namun ia berusaha tetap tenang. “Jika ini benar, apa yang harus kita lakukan?” tanyanya, suaranya lebih rendah namun penuh penekanan. “Bagaimana kita bisa menghentikan ini?”
Santiago tidak segera menjawab, tetapi sebaliknya, ia menunjuk ke peta itu lagi. “Lihatlah dengan lebih cermat,” katanya. “Titik-titik merah ini bukan hanya lokasi. Mereka adalah titik-titik pertemuan kekuatan yang bisa mengubah arah sejarah.”
Baca Seri 12: Misteri di Pantai Selatan Miami: Kegelapan yang Memburu
Ricardo dan Isabella saling bertukar pandang, mencari pemahaman lebih dalam. Lalu, tiba-tiba, Ricardo merasakan getaran aneh di sakunya. Ponselnya berdering. Ia mengeluarkan ponsel itu dan melihat sebuah pesan singkat yang muncul di layar: “Mereka tahu kalian ada di sana. Waktu kalian terbatas.”
Isabella mendekat, dan Ricardo memberikan ponselnya untuk dibaca. Ketegangan kembali meningkat. “Apa maksudnya ini?” Isabella bertanya dengan panik.
Santiago menghela napas berat, seakan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. “Waktu memang terbatas,” katanya dengan suara datar. “Pilihan kalian harus segera dibuat.”
Sebuah suara langkah kaki kembali terdengar, kali ini lebih berat dan lebih cepat. Dinding ruangan bergetar sedikit, memberi pertanda bahwa sesuatu yang besar sedang terjadi. Tiba-tiba, pintu terbuka, dan sosok yang dikenal oleh Ricardo muncul—Victor. Wajahnya dingin, tetapi ada sesuatu yang berbeda dalam caranya bergerak kali ini. Ia tidak lagi terlihat seperti seorang agen intelijen biasa. Ada ketegangan yang melingkupinya, seperti seseorang yang tengah berada di persimpangan jalan yang tak bisa dihindari.
Victor melangkah maju, pistol di tangan, menatap Ricardo dan Isabella dengan tatapan penuh ancaman. “Sudah saatnya memilih. Beri kami dokumen itu, atau kalian akan kehilangan lebih dari sekadar kesempatan.”
Ricardo bisa merasakan keringat dingin di dahinya. Sebelum ia bisa merespons, suara Santiago terdengar keras, penuh kekuatan. “Jangan beri mereka apa pun. Ini adalah ujian terakhir kalian.”
Victor menatap Santiago dengan tatapan tajam. “Kamu tahu kami tidak bisa mundur sekarang.”
Ricardo merasa seluruh tubuhnya kaku. Waktu semakin menipis. Jalan mana yang harus mereka pilih? (#) Bersambung!
Penyunting Mohammad Nurfatoni