OpiniUtama

Miskin Cari Tuhan, Kaya Jadi Tuhan

×

Miskin Cari Tuhan, Kaya Jadi Tuhan

Sebarkan artikel ini
Miskin Cari Tuhan, Kaya Jadi Tuhan adalah tema menarik yang disampaikan Drs. Abu Nasir, M.Ag. dalam Kajian Bakda Subuh di Masjid Faqih Oesman Universitas Muhammadiyah Gresik, Ahad (20/10/2024). Berikut bagian pertama materi yang ditulis ulang oleh jurnalis Sayyidah Nuriyah.
Abu Nasir di Masjid Faqih Oesman UMG Ahad (20/10/2024) (Tagar.co/Sayyidah Nuriyah)

Miskin Cari Tuhan, Kaya Jadi Tuhan adalah tema menarik yang disampaikan Drs. Abu Nasir, M.Ag. dalam Kajian Bakda Subuh di Masjid Faqih Oesman Universitas Muhammadiyah (UMG) Gresik, Ahad (20/10/2024).

Berikut bagian pertama materi yang ditulis ulang oleh jurnalis Sayyidah Nuriyah. Bagian kedua baca di sini.

Tagar.co – Sekarang banyak orang galau karena banyak sebab. Terutama karena kesulitan di dalam hidup.

Di sisi lain, ada orang yang sangat berlebihan (atau sudah cukup) tapi masih merasa miskin terus. Sampai-sampai mengambil hak orang lain. Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. menyebut golongan ini hakikatnya adalah orang miskin. Di antaranya, para koruptor.

Orang-orang yang korupsi itu sebenarnya miskin. Karena sudah berjibun uangnya, menguasai banyak hal, tapi masih terus mengambil hak yang bukan miliknya.

Kalau kita pahami miskin dalam konteks ekonomi, dilihat dari sudut pandang berapa banyak harta yang dia miliki. Jadi diukur dari pendapatan seseorang dan daya beli setiap anggota masyarakat.

Maka, orang miskin tidak punya cukup uang. Bahkan tidak punya cukup usaha untuk bisa menghasilkan uang.

Baca juga: Manusia jika Kaya Cenderung Jadi Tuhan

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) RI, jumlah orang miskin yang taraf hidupnya rendah, belum mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari, pada 2024 ini sebanyak 25,2 juta orang. Mereka tersebar di perkotaan dan di pedesaan.

Baca Juga:  Pro Kontra Sastra Masuk Kurikulum Sekolah

Termasuk di antaranya para guru. Menurut salah satu anggota DPR yang baru dilantik, guru berkategori miskin. Jika dilihat dari daya beli dan tingkat penghasilannya rata-rata terendah.

Guru di Indonesia paling rendah pendapatannya dibandingkan negara-negara lain di ASEAN. Guru di Malaysia, pendapatan terendahnya 5,4 juta. Di negara Barat justru jauh lebih tinggi.

Kecenderungan orang semacam ini jatuh pada pinjaman online. Sebanyak 35 persen guru Indonesia terjebak pinjaman online.

Kebalikan dari orang miskin adalah orang kaya. Orang kaya tetap butuh kerja agar mendapatkan penghasilan. Sama seperti orang berpengetahuan. Kalau tidak belajar, gradenya akan turun.

Abu Nasir di Masjid Faqih Oesman UMG Ahad (20/10/2024) (Tagar.co/Sayyidah Nuriyah)

Miskin Mencari Tuhan

Kenapa orang miskin gampang mencari Tuhan? Tapi kalau sudah kaya, dia bisa lupa Tuhan? Dalam hal ini, orang miskin versi Prof. Mu’ti tidak termasuk.

Dalam Hadis Riwayat Bukhari No. 1476, disebutkan laisal miskinulladhi tarudduhu aklatu wal aktan. Orang miskin dalam konteks hadis Nabi tersebut, bukan orang yang berkeliling dari rumah ke rumah lalu mendapat sesuap nasi. Jadi memang berkekurangan secara ekonomi, tapi malu keliling meminta-minta.

Dalam Al-Baqarah ayat 273 disebutkan:

لِلْفُقَرَاۤءِ الَّذِيْنَ اُحْصِرُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ ضَرْبًا فِى الْاَرْضِۖ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ اَغْنِيَاۤءَ مِنَ التَّعَفُّفِۚ تَعْرِفُهُمْ بِسِيْمٰهُمْۚ لَا يَسْـَٔلُوْنَ النَّاسَ اِلْحَافًاۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ۝٢٧٣

“(Apa pun yang kamu infakkan) diperuntukkan bagi orang-orang fakir yang terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah dan mereka tidak dapat berusaha di bumi. Orang yang tidak mengetahuinya mengira bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka memelihara diri dari mengemis. Engkau (Nabi Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya (karena) mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Kebaikan apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Mahatahu tentang itu.”

Baca Juga:  Dampak TikTok pada Budaya Digital

Jadi, orang miskin itu mau berjihad di jalan Allah tapi tidak bisa memiliki kesempatan untuk bekerja secara lapang dan cukup. Sampai-sampai orang lain mengira ia kaya karena menjaga diri untuk meminta-minta. Orang seperti inilah yang berhak menerima infak.

Jemaah wanita Pengajian Bakda Subuh di Masjid Faqih Oesman UMG Ahad (20/10/2024) (Tagar.co/Sayyidah Nuriyah)

Teori Masa Krisis

Dalam teori masa krisis oleh E. Crawley (1905), the tree of life (pohon kehidupan), orang yang suka mencari Tuhan adalah orang yang ketika dalam situasi tidak enak dan tidak menguntungkan.

Dalam sejarah manusia, akan ditemukan orang-orang yang selalu mencari tempat perlindungan justru ketika merasa krisis. Baik krisis ekonomi maupun kesehatan.

Maka jangan heran, orang yang sering menyebut nama Allah itu justru mereka yang hidupnya mengenaskan. Orang sakit misalnya yang sering menyebut Allah.

Ketika naik kendaraan, dalam keadaan tenang dan aman, rata-rata apa yang kita lakukan? Tidur. Tidak menyebut nama Allah kecuali orang-orang tertentu. Kalau kendaraan ini berguncang, barulah orang-orang menyebut nama Allah.

Jemaah pria Pengajian Bakda Subuh di Masjid Faqih Oesman UMG Ahad (20/10/2024) (Tagar.co/Sayyidah Nuriyah)

Teori Supranatural

Dalam teori Supranatural yang dikemukakan R. R. Marett (1909), sepanjang hidup manusia merasa dirinya lemah. Maka manusia berusaha memperoleh perlindungan dari yang maha. Manusia merasa dalam kekuasaan yang maha kuasa.

Untuk melindungi dirinya, maka manusia selalu melakukan upacara tertentu. Bahkan melakukan pengorbanan.

Sepanjang ada manusia, sebenarnya agama (usaha mencari Tuhan) sudah ada. Sepanjang sejarah, tidak ada manusia yang tidak membutuhkan supranatural. Maka setiap mengalami persoalan, dia selalu memohon perlindungan kepada supranatural.

Baca Juga:  Sastra dan Seksualitas 

Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, orang yang dalam hidup berkekurangan, merasa tidak mendapatkan hak dan sumber daya yang memadai. Baik akses sumber daya ekonomi maupun akses pekerjaan.

Mengambil jalan pintas. Berpikir pendek. Baik dengan kekerasan, mencuri, dan lainnya. Berusaha melampiaskan yang dia galaukan tentang kekurangan itu lalu ambil jalan pintas. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni