Misi Aisyiyah Jatim di bidang lingkungan dan kesehatan adalah terpenuhinya air bersih, sanitasi, dan perang melawan stunting.
Tagar.co – Dalam sebuah ruangan yang penuh dengan semangat di Gedung Muhammadiyah Jawa Timur, sebuah peristiwa unik terjadi.
Bayangkanlah, di antara peserta dari berbagai daerah—Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Kab. Pasuruan, Kota Pasuruan, Kab. Malang, Kota Malang, Kab. Blitar, Kab Probolinggo dan Kab. Bojonegoro—terdengar tawa dan diskusi serius tentang hal yang biasanya tak pernah terangkat di meja makan: pengelolaan limbah manusia: tinja (Jawa, maaf, telek)
Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur, bersama IUWASH Tangguh, menggelar Workshop Air Bersih, Sanitasi, dan Stunting pada Kamis-Jum’at, 21-22 November 2024.
PWA Jatim melibatkan Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB), Majelis Tabligh dan Ketarjihan (MTK), Majelis Kesehatan (MKes).
Wakil Ketua PWA Jawa Timur, Dra. Farida Muwafiq, membuka acara dengan sebuah cerita dari masa lalu yang mengingatkan kita pada kebijaksanaan Nabi Muhammad Saw tentang penggunaan air.“Diajarkan sudah 15 abad yang lalu, untuk tidak berlebihan dalam menggunakan air. Dan tentu saja, jangan buang air kecil di tempat yang menggenang,” ujarnya dengan nada yang penuh penghormatan pada tradisi.
Farida juga mengingatkan tentang ajaran Al-Qur’an, Ar-Rum ayat 41, yang menyatakan bahwa kerusakan di darat dan laut disebabkan oleh tangan manusia sendiri.Pesan ini disampaikan dengan harapan agar para peserta tidak hanya menjadi penonton, tetapi aktor utama dalam perubahan lingkungan yang lebih baik.
Tinja dan Sanitasi
Dia bersyukur karena setelah serangkaian webinar, mereka akhirnya bisa bertemu langsung, “Mengobrol tentang telek,” kata Nelly dengan senyum, “bukan sesuatu yang biasa kita diskusikan di meja teh.”
Achmad Dardiri dari IUWASH Tangguh memperkenalkan programnya yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang air minum dan sanitasi, serta memastikan bahwa GESI (Gender Equality and Social Inclusion) tidak hanya konsep, tetapi praktik nyata dalam setiap langkah pengkajian partisipatif.
Pelatihan ini tidak hanya berakhir dengan pembelajaran, tetapi dengan satu misi nyata: membuat rencana tindak lanjut (RTL) yang akan diterapkan di daerah masing-masing.
Para peserta, dengan semangat baru, siap untuk memulai revolusi kecil mereka di komunitas, mengubah cara mereka mengelola telek menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan aman.
Dengan doa keselamatan negeri, acara ditutup. Namun, cerita ini bukanlah akhir, tetapi awal dari banyak cerita kecil tentang perubahan di berbagai penjuru Jawa Timur, satu telek pada satu waktu. (#)
Jurnalis Dwi Parwati Penyunting Mohammad Nurfatoni