Opini

Merdeka dari Rokok!

×

Merdeka dari Rokok!

Sebarkan artikel ini
Merokok sering dikatakan sebagai bentuk kemerdekaan individu yang tidak boleh diintervensi oleh orang lain. Tetapi, apakah kebebasan berarti mengorbankan kesehatan sendiri dan orang di sekitar kita?
Merdeka dari rokok (Ilustrasi freepik.com premium)

Merokok sering dikatakan sebagai bentuk kemerdekaan individu yang tidak boleh diintervensi oleh orang lain. Tetapi, apakah kebebasan berarti mengorbankan kesehatan sendiri dan orang di sekitar kita?

Opini oleh Sujarwa, S.Th.I., Guru SMK Sunan Giri Menganti, Gresik; aktif diskusi di Forum Studi Islam Surabaya

Tagar.co – Merokok telah menjadi kebiasaan yang, sayangnya, dianggap normal oleh sebagian besar masyarakat. Meski tidak tergolong sebagai makanan atau kebutuhan pokok, mayoritas pria, bahkan sebagian wanita, menyukainya. 

Ironisnya, kebiasaan merokok ini sudah merambah ke kalangan anak-anak yang masih duduk di bangku SMA. Mereka merokok secara sembunyi-sembunyi di sekolah atau dengan bebas di rumah, tergantung bagaimana sikap orang tua mereka terhadap rokok.

Ada orang tua yang mendukung, dan ada pula yang dengan tegas melarang. Sikap sekolah pun beragam, ada yang ketat melarang, ada pula yang bersikap pasif atau pura-pura tidak tahu. Meskipun demikian, satu hal yang pasti: hampir semua orang paham bahwa merokok adalah kebiasaan yang sangat berisiko.

Baca jugaLegenda Putri Sedudo dan Makna Kemerdekaan

Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah: mengapa anak-anak SMA tetap merokok meskipun mereka tahu akibat buruknya? Ada banyak alasan yang melatarbelakangi tindakan ini. Pengaruh iklan rokok yang kerap kali menggambarkan perokok sebagai sosok yang kuat dan “jantan”, tekanan teman sebaya, atau bahkan sekadar keinginan untuk terlihat lebih dewasa, menjadi alasan umum di balik perilaku merokok.

Baca Juga:  Kambing Hitam

Namun, alasan-alasan tersebut sebenarnya menggambarkan ketidaklogisan cara berpikir mereka. Bagaimana mungkin seseorang yang tahu betul bahwa tubuhnya membutuhkan udara bersih untuk hidup sehat, justru memilih untuk memenuhi paru-parunya dengan asap yang membahayakan?

Ada yang berpendapat bahwa merokok adalah bentuk kebebasan atau kemerdekaan individu yang tidak boleh diintervensi oleh orang lain. Tetapi, apakah kebebasan berarti mengorbankan kesehatan sendiri dan orang di sekitar kita?

Perokok dan Kematian

Salah satu alasan klasik yang sering kita dengar dari para perokok adalah, “Banyak kok yang merokok tapi tetap sehat sampai tua.” Mungkin ada satu atau dua orang yang tampak sehat meskipun merokok, namun berapa banyak orang yang menderita penyakit kronis akibat rokok?

Data menunjukkan bahwa jumlah penderita penyakit serius, bahkan keratin, akibat merokokCukup besar. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seperti dikutip kemenkes.go.id, memperingatkan lebih dari 40 persen perokok di dunia meninggal karena penyakit paru-paru, seperti kanker, penyakit pernapasan kronis, dan TBC,

Setiap kali seseorang menyalakan sebatang rokok, dia tidak hanya menempatkan dirinya dalam risiko, tetapi juga orang-orang yang berada di dekatnya, yang terpaksa menjadi perokok pasif. Perokok pasif memiliki risiko yang sama besarnya untuk terkena penyakit serius, termasuk penyakit jantung dan paru-paru. Jadi, ketika seorang perokok pasif jatuh sakit, perokok aktif turut bertanggung jawab atas penderitaan mereka.

Kenyataan ini memaksa kita untuk berpikir ulang tentang logika di balik perilaku merokok. Merokok jelas bukanlah tindakan yang masuk akal. Apa yang seharusnya kita hirup adalah udara segar, bukan asap yang perlahan-lahan menghancurkan tubuh kita. Dengan begitu banyak informasi tentang bahaya merokok yang tersedia saat ini, sulit untuk memahami bagaimana seseorang masih bisa dengan tenang menghisap rokok tanpa memikirkan konsekuensinya.

Baca Juga:  Legenda Putri Sedudo dan Makna Kemerdekaan

Tanggung Jawab Moral

Sebagai seorang Muslim, kita memiliki tanggung jawab moral yang lebih besar untuk menjaga diri kita dari hal-hal yang dapat membawa kepada kehancuran. Dalam Al-Quran, Allah SWT dengan jelas memerintahkan kita untuk menjauhi hal-hal yang membinasakan.

Di dalam Al-Baqarah ayat 195, Allah berfirman, “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.” Merokok adalah contoh nyata dari tindakan yang dapat menjerumuskan kita ke dalam kebinasaan. Setiap batang rokok yang kita hisap membawa kita semakin dekat kepada penyakit, penderitaan, dan bahkan kematian.

Sudah saatnya kita sebagai individu maupun masyarakat menyadari bahwa merokok bukanlah tanda kejantanan atau keberanian. Justru, merokok adalah bukti ketidakpedulian terhadap kesehatan diri sendiri dan orang lain.

Baca juga: Buwuh

Memilih untuk berhenti merokok adalah langkah yang menunjukkan keberanian yang sejati—keberanian untuk melawan kebiasaan buruk, untuk mengambil keputusan cerdas, dan untuk peduli terhadap kesehatan jangka panjang. Jangan biarkan asap rokok menguasai hidup kita dan merusaknya secara perlahan-lahan. Mari kita berhenti merokok dan mulai menjaga diri kita dari kebinasaan, demi masa depan yang lebih sehat dan bahagia.

Berhenti merokok bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda kecerdasan, kepedulian, dan tanggung jawab. Inilah bentuk keberanian sejati yang akan membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik, bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga bagi orang-orang di sekitar kita, yang kita sayangi dan cintai.

Mari kita merdeka dari rokok! (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni