Menjaga kesehatan mental dengan mencintai diri sendiri menjadi teman hangat dalam kajian remaja yang digelar oleh Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Probolinggo.
Tagar.co – Ahad yang cerah 27 Oktober 2024 menjadi saksi kegigihan para remaja Kota Probolinggo meraih ilmu tentang kesehatan mental dan cinta diri.
Di Aula TK Aisyiyah 1 Kota Probolinggo, mereka berkumpul, bukan hanya untuk belajar, tapi juga untuk menemukan jati diri mereka, dalam sebuah kajian remaja yang diselenggarakan oleh Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Probolinggo.
Dengan antusias, 87 siswa dari perguruan Muhammadiyah mendengarkan dengan seksama paparan dari Anik Widayanti EWT, S.Psi, M.Psi, Psi., yang membagi ilmu tentang bagaimana menjaga kesehatan mental dan mulai mencintai diri sendiri.
Baca juga: Rihlah Penuh Makna di Kota Legenda Muhammadiyah
Tema ini bukan hanya relevan, tapi juga sangat dekat dengan kehidupan remaja era digital yang serba cepat dan penuh tekanan.
Hadir pula tamu-tamu istimewa dari berbagai OPD (organisasi perangkat daerah) seperti Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Kementrian Agama, dan Bappeda, yang duduk bersama Pimpinan Daerah Muhammadiyah, menyaksikan pembukaan acara ini.
Dra Endang Dewi Fatimah, Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah, dengan hangat mengucapkan terima kasih atas kehadiran semua pihak, menegaskan bahwa kajian ini adalah bagian dari upaya besar untuk membangun generasi muda yang tangguh.
Kajian ini, yang dinamakan Jirem (Ngaji Kanggo Ngerem Ati), telah menjadi tradisi yang terus berlanjut dari periode sebelumnya. “Kajian ini adalah wadah untuk membina remaja menjadi lebih sabar dan taat kepada Allah,” ujar Endang dengan penuh harapan.
Didik Kurniawan, Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Probolinggo, turut menyoroti kebutuhan akan peningkatan kapasitas diri para remaja. “Mereka harus belajar untuk menjaga diri dengan baik, terutama dengan banyaknya tantangan yang mereka hadapi,” tambahnya, sambil memaparkan tentang meningkatnya angka kematian ibu dan anak serta pernikahan dini di kota ini.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Drs. Dawam Ichsan, M.Si., menggarisbawahi pentingnya mengetahui asal-usul pengetahuan yang mereka terima. “Hindari kelompok yang tidak jelas latar belakangnya, apalagi yang anti NKRI. Kalian akan menjadi pemimpin Indonesia di masa depan,” tegas mereka.
Menjaga Kesehatan Mental
Dalam paparannya, Anik Widayanti membuka mata para remaja tentang apa itu kesehatan mental menurut WHO, dan bagaimana faktor-faktor seperti ekonomi, lingkungan keluarga, dan pengalaman hidup mempengaruhi mental mereka.
Mengutip WHO, ksehatan mental merupakan kondisi di mana individu memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.
Kesehatan mental tidak terlepas dari faktor-faktor yang membahayakan dan yang melindunginya. “Faktor risiko yang memunculkan rentan terhadap stres dipicu oleh ketidakmampuan diri terhadap tekanan hidup karena kondisi ekonomi yang rendah, tumbuh dilingkungan penuh kekerasan dan adanya pengalaman trauma,” ujarnya.
Menurut dia kesehatan mental dapat muncul dari berbagai sudut, seperti penyalahgunaan zat terlarang, kejahatan dan kekerasan.
Juga faktor diri, keluarga, dan lingkungan berkontribusi terhadap kesehatan mental. “Faktor genetik, temperamen, pola asuh dan kelekatan terhadap orang tua turut menyumbang kesehatan mental seseorang,” terangnya.
Baca juga: Mengobarkan Semangat Kepahlawanan dari Tari Glipang
Anik menjelaskan, self love atau mencintai diri sendiri adalah perilaku positif yang bisa menerima dan menghormati diri sendiri. Hal ini berguna untuk menumbuhkan dan memelihara individu menjadi sehat secara fisik dan psikologis.
“Ayo, berhenti mengkritik diri sendiri, terima apa adanya. Tidak usah lagi mencela diri. Berhenti meneror diri sendiri. Kenapa hidung saya tidak semancung hidung teman,” jelasnya sambil tersenyum.
Dia mengajak peserta untuk lebih sering memaafkan diri sendiri dengan cara memaafkan masa lalu yang membebani pikiran.
Ruangan semakin menghangat saat dia mengajak mereka untuk mempraktikkan langsung bagaimana cara mengeluarkan dan membuang hal-hal negatif dari pikiran dengan teknik CTC (creative trauma clincing).
Teknik ini dilakukan dengan cara menempelkan tangan pada telinga, seperti gerakan orang berbisik. Ibu jari dilekatkan pada telinga bawah, empat jari menempel pelipis dan pipi, dipukulkan perlahan, bergantian kanan dan kiri jika terasa lelah.
“Pilih salah satu hal negatif dalam diri, misal aku malas belajar. Buanglah hal negatif itu dengan teknik CTC tadi,” pintanya.
Pada bagian akhir penjelasan Anik mengajarkan afirmasi positif. Mulai untuk memasukkan pikiran positif. Secara bertahap alihkan pikiran negatif menjadi pikiran positif. “Lakukan hal menyenangkan untuk menghargai diri sendiri,” pesannya. (#)
Jurnalis Izza El Mila Penyunting Mohammad Nurfatoni