Telaah

Menjadi Pemuda Islami yang Diidamkan Syariat

×

Menjadi Pemuda Islami yang Diidamkan Syariat

Sebarkan artikel ini
Menjadi pemuda Islami seperti para sahabat Nabi yang memiliki jiwa bersih, pikiran cemerlang, dan berkepribadian tidak dibentuk secara instan. Perlu stimulus tauhid, lalu dikukuhkan dengan amalan sesuai tuntunan syariat.
Pemuda Islami (Ilustrasi AI)

Menjadi pemuda Islami seperti para sahabat Nabi yang memiliki jiwa bersih, pikiran cemerlang, dan berkepribadian tidak dibentuk secara instan. Perlu stimulus tauhid, lalu dikukuhkan dengan amalan sesuai tuntunan syariat.

Oleh Muhammad Haris Nurdiansyah

Tagar.co – Membicarakan pemuda seperti halnya memberikan nutrisi kepada buah agar menjadi buah yang segar dan dinikmati oleh orang banyak.

Melansir dari katadata.co.id, generasi pemuda saat ini sebanyak 71,6 persen. Populasinya di Indonesia meliputi gen z sebanyak 27 persen, generasi milenial 24 persen, dan generasi alpha sebanyak 22 persen.

Salah satu ayat di dalam Al-Qur’an dan menjadi dasar dari perkaderan Muhammadiyah tercantum dalam surat An-Nisa’ dalam ayat ke 9 yang berbunyi:

وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا

Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

Ayat di atas menegaskan kepada manusia yang memiliki akal, agar senantiasa menggunakan akalnya untuk keberlangsungan mereka di dalam kehidupan di dunia.

Ayat tersebut ditegaskan pada kata وَلْيَخْشَ yang memberikan makna mendalam. Agar manusia mendayagunakan akal dan alam pikirannya untuk mempersiapkan bibit-bibit yang unggul, berkualitas, dan dapat memberikan bantuan sesama manusia.

Baca juga: Empat Bekal dari Nabi bagi para Pendakwah

Peneguhan Sikap Tauhid

Sejak Nabi Muhammad Saw dilahirkan dan dipilih oleh Allah Swt sebagai rasul, perintah utama yang diberikan kepada beliau adalah mendakwahkan tauhid kepada umat manusia.

Tauhid menjadi pondasi utama di dalam menjalankan kehidupan dan memiliki timbangan yang kuat. Tauhid merupakan pengimanan yang dilakukan oleh manusia untuk mengesakan Allah Swt.

Tanpa adanya pengimanan kepada tauhid, manusia tidak akan mengetahui arah kehidupan yang dijalaninya. Melalui tauhid yang kokohlah, manusia akan selamat di kehidupan dunia dan akhirat.

Tatkala melihat sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW di Makkah, beliau membina dan membimbing generasi pemuda Islami dengan menanamkan dan meneguhkan sikap tauhid kepada para sahabatnya.

Melalui penanaman dan peneguhan sikap tauhid inilah pada para sahabat memiliki jiwa-jiwa yang bersih, pikiran yang cemerlang, dan memiliki kepribadian yang dapat ditiru oleh umat manusia.

Melalui sejarah kehidupan Nabi Saw tersebut, dapat kita ambil ibrah yang cukup mendalam. Bahwa langkah pertama dan utama untuk melahirkan dan mencetak generasi yang baik, unggul, dan berprestasi, sang pemuda Islami, adalah dengan memberikan stimulus tauhid. Kemudian dikukuhkan dengan amalan-amalan sesuai tuntunan syariat, baik yang bersifat wajib maupun sunnah.

Baca juga: 8 Karakter Munafik

Semangat yang Dihadirkan

Merujuk pada hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan berbunyi:


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قاَلَ: قاَلَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “اَلْمُؤْمِنُ اَلْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلىَ اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِيْ كُلٍّ خَيْرٍ اِحْرِصْ عَلىَ ماَ يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللَّهُ وَماَ شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَـفْتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ.” أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ 

Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah Sallallahualaihiwasallam bersabda: “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. Namun pada masing-masing (dari keduanya) ada kebaikan.”

“Bersemangatlah terhadap hal-hal yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan menjadi lemah. Jika kamu ditimpa sesuatu, jangan berkata seandainya aku berbuat begini, maka akan begini dan begitu, tetapi katakanlah Allah telah menakdirkan, dan kehendak oleh Allah pasti dilakukan. Sebab kata ‘seandainya’ itu dapat membuka perbuatan setan.” (H.R. Muslim)

Dalam hadis tersebut terdapat beberapa poin penting untuk dapat diambil pelajaran serta diamalkan. Pertama, orang mukmin yang lebih dicintai oleh Allah Swt adalah orang mukmin yang kuat.

Kedua, jika mendapatkan sesuatu yang tidak diinginkan hendaklah mengatakan qodarullah (Allah telah mentakdirkan). Sebab jika mengatakan ‘seandainya’, maka hal itu dapat membuka perbuatan setan yang memicu patah semangat atau putus asa dalam melakukan pekerjaan.

Baca juga: 10 Keutamaan Orang yang Sabar

Lomba Kebaikan

Selain dari hadis, Allah Swt juga memberikan pesan semangat kepada pemuda untuk terus melakukan dan menanam pundi-pundi kebaikan. Terdapat dua pesan utama yang di sampaikan Allah Swt di dalam Al-Qur’an.

Pertama di dalam penggalan ayat 148 pada surah AlBaqarah yang berbunyi:
فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ
Artinya: “berlomba-lomba-lah kalian di dalam kebaikan”.

Sedangkan yang kedua tercantum dalam surah Al-Ankabut yang berisi tentang Allah Swt memberikan arah hidup bagi manusia tatkala manusia melakukan pundi-pundi kebaikan.

Bunyi ayatnya sebagai berikut:
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْ۝٦

Artinya: “Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan”.

Melalui dua ayat di atas, Allah Swt menjamin kepastian kepada manusia agar tetap kontinyu dalam melaksanakan kebaikan dan menanamnya. Sehingga mereka akan mendapatkan buah yang segar dan indah, baik ketika di dunia maupun di akhirat. (#)

Penyunting Nely Izzatul

Baca Juga:  Takwa, Meniti Jalan Beronak
Apa makna rajam? Dalam konteks apa saja Al-Qur’an menggunakan kata rajam? Bagaimana implementasi rajam dalam Al-Hadis?
Telaah

Apa makna rajam? Dalam konteks apa saja Al-Qur’an…