Opini

Mendidik: Keseimbangan Hati dan Materi, Refleksi Hari Guru

×

Mendidik: Keseimbangan Hati dan Materi, Refleksi Hari Guru

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi AI
Mendidik dengan hati adalah inti dari seorang guru sejati. Tetapi guru perlu dukungan materi agar mereka bisa lebih fokus pada mengajar.
Opini oleh Nurkhan, Kepala MI Muhammadiyah Campurejo, Panceng, Gresik

Tagar.co – Pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, tetapi juga perjalanan membentuk karakter dan nilai hidup. Di balik setiap anak yang berhasil, ada guru yang mendidik dengan lebih dari sekadar otak; mereka mendidik dengan hati.

Mendidik dengan hati adalah inti dari seorang guru sejati. Mereka tidak hanya mengajarkan pelajaran, tetapi juga menginspirasi, membimbing, dan mencintai setiap murid mereka.

Guru yang mendidik dengan hati melihat potensi di balik kekurangan, memberikan semangat saat siswa hampir menyerah, dan merayakan setiap keberhasilan, besar atau kecil. Mereka tidak hanya melihat siswa sebagai angka di rapor, tetapi sebagai individu dengan mimpi dan tujuan.

Dengan empati, kesabaran, dan perhatian, guru menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya efektif tetapi juga menyenangkan.

Namun, mendidik dengan hati bukanlah tugas yang mudah. Di era digital ini, guru sering dihadapkan pada berbagai tekanan, mulai dari tuntutan administrasi hingga harapan yang tinggi dari orang tua. Meski begitu, guru yang tulus akan selalu memprioritaskan kebutuhan siswa, memastikan bahwa pendidikan adalah tentang mendidik jiwa, bukan hanya otak.

Pendidikan sejati bukan hanya tentang apa yang diajarkan, tetapi juga bagaimana cara mengajarkan. Guru yang mendidik dengan hati mampu menanamkan nilai-nilai kehidupan, seperti kejujuran, kerja keras, dan kasih sayang.

Baca Juga:  Sekolah Perlu Belajar dari Warung Bakso

Sebuah Refleksi

Di Hari Guru Nasional, 25 November 2024, ini mari kita merefleksikan kembali peran luar biasa guru dalam hidup kita. Mereka adalah pilar yang membangun tidak hanya kecerdasan, tetapi juga karakter anak-anak yang akan memimpin masa depan.

Esensi dari seorang guru adalah keikhlasan mendidik dengan hati, menjadikan profesi ini lebih dari sekadar pekerjaan, tetapi panggilan jiwa.

Mendidik dengan hati berarti menempatkan nilai kasih sayang, empati, dan keikhlasan di atas segalanya. Mereka berfokus pada perkembangan karakter dan moral siswa dengan tulus, tanpa terlalu memikirkan keuntungan materi.

Dukungan Finansial

Tapi, mendidik dengan (balasan) materi juga penting. Guru perlu dukungan finansial yang memadai untuk menjaga kualitas hidup, menyediakan sumber belajar yang baik, dan menciptakan lingkungan pendidikan yang optimal.

Kesejahteraan materi guru berpengaruh pada kinerja mereka; jika kebutuhan dasar terpenuhi, mereka bisa lebih fokus pada mengajar.

Idealnya, pendidikan harus seimbang antara hati dan materi. Guru yang dihargai secara finansial akan lebih termotivasi untuk mendidik dengan hati, menghasilkan generasi yang cerdas dan berbudi pekerti.

Untuk mencapai keseimbangan ini:

  • Penghargaan finansial yang layak bagi guru untuk mengabdikan diri sepenuhnya.
  • Fasilitas pendidikan yang lengkap untuk mendukung proses belajar-mengajar.
  • Pelatihan berkelanjutan untuk menjaga kompetensi guru terkini.

Dengan mendidik menggunakan hati dan dukungan materi, guru dapat menciptakan generasi yang berkualitas, cerdas, dan bermoral tinggi.

Baca Juga:  Empat Macam Kemerdekaan, Sudahkah Dirasakan Bangsa Indonesia?

Melalui Kemendikdasmen, pemerintah Indonesia diharapkan bisa berperan dalam menciptakan keseimbangan ini. Guru sebagai ujung tombak pendidikan membutuhkan perhatian dalam kesejahteraan dan pengembangan, yang akan langsung berdampak pada kualitas generasi mendatang.

Dengan demikian, wacana tentang ‘Generasi Emas 2046’ bisa menjadi kenyataan, mempersiapkan anak-anak Indonesia untuk bersaing di dunia global. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni