Feature

Mencari Makna Hidup di Malam Seribu Bulan

146
×

Mencari Makna Hidup di Malam Seribu Bulan

Sebarkan artikel ini
Ridwan Ma’ruf

Lailatulqadar bukan sekadar malam penuh berkah, tapi momentum menata makna hidup. Hidup akan lebih bermakna jika dijalani sebagai ibadah, ujian, dan ladang kebaikan.

Oleh Ridwan Ma’ruf; Oleh Ridwan Ma’ruf: Anggota Majelis Pemberdayaan Wakaf Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Sidoarjo, Pendiri Tahfiz Quran Islamic School Al-Fatih Sidoarjo, dan Praktisi Spiritual Parenting Sidoarjo

Tagar.co – Mencari makna hidup adalah perjalanan batin yang tidak boleh disepelekan. Salah dalam memilih arah bisa membuat seseorang tersesat dalam kekosongan makna. Lailatulqadar hadir sebagai momentum besar yang penuh petunjuk bagi kehidupan manusia.

Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surah Al-Qadr 3:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Lailatulqadar lebih baik daripada seribu bulan.”

Malam tersebut memiliki keutamaan luar biasa, karena amal saleh di dalamnya lebih utama daripada amal seribu bulan yang tidak memiliki keistimewaan malam qadar.

You Are What You’re Thinking

Engkau adalah apa yang engkau pikirkan (you are what you’re thinking). Pepatah ini mengajak kita untuk senantiasa berpikir positif. Apa yang terjadi pada diri kita adalah bagian dari takdir Allah yang harus disikapi dengan prasangka baik.

Baca Juga:  Ramadan, Waktu Terbaik untuk Bertumbuh dan Berubah

Dalam sebuah hadis Qudsi, Nabi Muhammad Saw. bersabda:

أَنَا عِندَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

“Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku.” (Muttafaqun ‘alaih)

Al-Qadhi ‘Iyadh menafsirkan hadis ini sebagai bentuk kasih sayang Allah yang akan memberi ampunan bila diminta, menerima tobat bila hamba bertobat, mengabulkan doa bila dimohonkan, dan mencukupi kebutuhan hamba yang memohon kecukupan.

Baca juga: Makna Kesejahteraan dalam Surah Al-Qadr: Hikmah dan Keutamaan Lailatulqadar

Dengan keyakinan dan sikap positif seperti ini, seseorang akan lebih bersyukur dan bijaksana dalam memaknai waktu, umur, dan harta yang telah Allah titipkan. Semua itu kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surah Al-Isra’ 36:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُلَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.”

Agar Hidup Lebih Bermakna

Agar hidup lebih bermakna dan bernilai ibadah, Al-Qur’an mengarahkan kita untuk fokus pada tiga hal:

Baca Juga:  Benarkah Lailatulqadar Turun di Malam Ke-27 Ramadan

1. Hidup adalah Ibadah

Allah Swt. berfirman dalam Surah Az-Zariyat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”

Makna ayat ini menegaskan bahwa hidup kita sepenuhnya diarahkan untuk menyembah Allah, bukan sekadar rutinitas, tapi ibadah yang dilandasi ilmu dan keikhlasan.

2. Hidup adalah Ujian

Dalam Surah Al-Mulk ayat 2, Allah Swt. berfirman:

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

“Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.”

Ujian hidup adalah sarana untuk meningkatkan kualitas diri dan amal saleh kita di hadapan Allah.

3. Berlomba dalam Kebaikan

Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-Maidah ayat 48:

فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

“Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan.”

Baca Juga:  Jangan Lewatkan Diskon Terbesar di Akhir Ramadan

Artinya, dalam setiap aktivitas, kita diajak untuk menjadikan akhirat sebagai orientasi utama, bukan sekadar mengejar dunia semata.

Kesimpulan

Spirit Lailatulqadar bagi orang beriman tercermin dalam kesehariannya. Mereka akan lebih menghargai waktu, ilmu, dan harta dengan memanfaatkannya di jalan Allah. Hidup yang demikian akan penuh makna, karena keberadaannya membawa manfaat bagi sesama. Wallahua‘lambisawab. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni