Pasar malam. Wahana Bianglala seperti roda kehidupan berputar di malam hari. Kadang di atas, kadang di bawah. Ketika di puncak karier, maka ada saatnya berada di tengah, bahkan di bawah.
Tagar.co – Musim liburan sekolah, musim pasar malam. Ya, inilah yang terjadi di berbagai daerah, khususnya di Bungah, Gresik, Jawa Timur. Di Lapangan Gembus Desa Bungah, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, yang lokasinya berada di tepi jalan raya jalur pantai utara (pantura) ini, Taman Ria Laskar Timur dari Blitar menawarkan berbagai wahana permainan.
Pasar malam adalah tempat yang selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat untuk mencari berbagai macam kebutuhan dan juga hiburan. Salah satu daya tarik utama dari pasar malam adalah wahana-wahana yang menyenangkan, menantang, dan seru. Tanpa adanya wahana-wahana tersebut, pasar malam mungkin tidak akan sepopuler sekarang.
Mulai dari wahana bianglala, kora-kora, komedi putar, obak banyu, kereta api mini, mendayung, rumah bola, melukis di gabus. Ada juga sajian makanan minuman, mulai dari es kepal, gula-gula, martabak, ceker iblis, sampai dengan menu sempol.
Malam itu, sepeda motor saya parkir tepat di depan mulut pintu masuk pasar malam dengan ongkos parkir Rp 3 ribu. Memasuki pasar malam, senyum kedua anak saya merekah, tanpa diaba-aba. Di wajahnya terlukis rona keceriahan tak terhingga.
“Apakah boleh salaman dengan robot megatron,” kata Sean Muhammad Raka, anak saya saat melangkahkan kaki masuk pasar malam, Rabu (26/6/2024).
Ya, robot dengan tinggi sekitar dua meter inilah yang menyambut anak saya pertama. Tangan kanannya diulurkan, secepat kilat, senyumnya mengembang bak bunga di taman. Saya pun bahagia tak terhingga.
Setelah menyapa robot, kedua anak saya pun berlari kecil menuju wahana bianglala. Melawati miniatur Menara Eiffel yang berada di pusat pasar malam, saya langsung menuju ke loket untuk membeli tiket wahana.
Saya pun membeli dua tiket seharga 10 ribuan. Dua tiket ini akan dapat bonus, orang tua bisa mendampingi anak yang masih belum belum berumur tujuh tahun.
Kami menempati tempat duduk berwarna orange bernomor 8. Setelah menunggu antre sekitar lima menit, kami berkesempatan masuk. Bianglala pun berputar seperti roda kehidupan yang berputar di malam hari. Dari atas wahana ini, tampak warna warni lampu dan pengunjung pasar malam yang mulai memadati area pasar.
“Kayak film Upin dan Ipin,” ucap Sean ketika bianglala berputar sedikit cepat. Senyum anak saya pun terus mengembang. Matanya berbinar dengan sorotan kebahagiaan.
Hampir 15 menit, saya berada di bianglala. Berputar-putar. Kadang di atas, kadang di bawah. Inilah potret kehidupan, gumam saya dalam hati ketika melihat lukisan malam di pasar ini. Udara segar karena seharian langit tertutup mendung tipis.
Setelah keluar dari bianglala, wahana kedua yang dinaiki Sean adalah komedi putar. Wahana ini sangat favorit bagi anak-anak. Wahana ini biasanya terdiri dari kursi-kursi yang berputar-putar sambil menampilkan berbagai dekorasi yang menarik.
Pengunjung dapat menikmati sensasi berputar sambil menikmati pemandangan pasar malam yang ramai. Mereka menikmati sensasi berputar yang menyenangkan.
“Pasar malam ini sekitar dua pekan di sini. Kami buka sore dampai malam. Untuk malamnya tergantung sepinya pengunjung. Ya, biasanya sekitar pukul 23.00 kami sudah tutup,” ujar Warno, penjaga wahana komedi putar.
Naik komedi putar, tubuh anak saya melayang di atas kursi. Putarannya kadang lambat, kadang kencang. Kadang juga berhenti, ketika petugas menaikkan penumpang baru. Tubuh Sean dan Kenzo Muhammad Attallah terus terbawa putaran wahana ini.
Turun dari komedi putar, tak membuat kedua anak saya berhenti mengeksplorasi malam ini. Langkahnya seakan ingin menjelajah area pasar malam ini. Saya pun terus menggandeng kedua tangan anak Sean dan Kenzo.
“Boleh naik itu?” tanya Kenzo seraya menunjuk ke wahana kora-kora.
“Berani, Dik?” tanya saya balik. Kenzo hanya menggeleng pelan, memberikan jawaban.
“Itu permainan apa, Ayah? Kok seperti perahu?” tanyanya kembali.
“Itu permainan perahu melayang,” jawab saya cepat, sambil melempar senyuman.
Permainan ini sering disebut wahana kora-kora. Dengan model seperti perahu pesar yang dihiasai aneka lampu dan juga ada penanda sirine seperti layaknya kapal, pengunjung bisa mendapatkan sensasi berputar-putar dengan kecepatan menantang. Pengunjung dapat merasakan adrenaline yang tinggi ketika naik kora-kora dan berputar di udara.
Tidak hanya wahana permainan, pengunjung pasar malam pun dimanjakan dengan makanan minuman yang bisa membuat lidah bergoyang. Pengunjung bisa memilih makanan dan minuman yang disuka. Harganya pun ringan di kantong, rata-rata Rp 10 ribu per porsinya.
Ada juga stan-stan yang menjajakan baju, celana, topi, mainan, dan juga produk kerajinan tangan yang bisa dijadikan cenderamata atau koleksi unik pengunjung pasar malam.
Ya, saya telah membeli kebahagiaan untuk kedua anak saya di pasar malam. Malam ini, selembar senyum kedua anak saya bermekaran yang diumbar sampai pulang ke rumah, ketika di kedua tangannya memegang es kepal.
“Kayak di film Upin dan Ipin. Es kepalnya enak,” kata Kenzo Muhammad Attalah, saat turun dari sepeda motor, dengan ekspresi terang-benderang. (#)
Jurnalis Ichwan Arif Penyunting Mohammad Nurfatoni