Opini

Manusia Setengah Malaikat

171
×

Manusia Setengah Malaikat

Sebarkan artikel ini
Manusia yang menembus lailatulqadar rasanya seperti dilahirkan kembali. Penuh pencerahan dan inspirasi.
Langit

Manusia yang menembus lailatulqadar rasanya seperti dilahirkan kembali. Penuh pencerahan dan inspirasi.

Oleh Sugeng Purwanto

Tagar.co – Menjelang akhir puasa Ramadan, saatnya mengukur diri. Apakah puasa kita cukup berkualitas ataukah sekadar berbasa-basi kepada Allah.

Dalam surah Al-Qadar, Allah menerangkan, sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Quran) dalam lailatulqadar. Lailatulqadar maknanya malam berkadar. Malam berbobot yang berbeda dengan malam-malam lainnya.

Disebut berbobot karena malam itu ada peristiwa turunnya ayat Al-Quran. Itu malam Ramadan seperti dijelaskan surah Al-Baqarah: 185.

Bobot malam itu lebih baik dari seribu bulan. Nilai satu malam itu sama dengan hidup selama 83 tahun.

Pas malam itu diturunkan banyak malaikat dan ruh. Dengan izin Allah malaikat dan ruh diturunkan untuk mendatangi seluruh urusan manusia.

Jika seluruh urusan manusia didatangi malaikat dan ruh itu artinya pasti Allah pada malam itu benar-benar memperhatikan keinginan dan kebutuhan manusia.

Kalau semua urusan manusia didatangi malaikat atas perintah Allah maka semua urusan manusia dijamin lancar. Seluruh harapan terwujud. Doa-doa terkabul.

Itulah suasana keselamatan dan kedamaian yang terjadi hingga terbit fajar. Suasana kedamaian itu pengaruhnya terus terasa dan menjadi kenangan sepanjang masa.

Jadi ketika di akhir bulan Ramadan Anda  merasakan kedamaian, tidak ada perasaan khawatir, selalu optimistik, bersemangat, pikiran makin terang, muncul ide segar, maka Anda telah menembus lailatulqadar.

Baca Juga:  Benarkah Takdir Diperbarui tiap Bulan Syakban?

Malaikat telah mendampingi Anda menyelesaikan segala urusan. Segala persoalan yang Anda hadapi menemukan jalan keluarnya (Surah Ath-Thalaqa: 2). Anda telah mencapai derajat takwa setelah puasa. (Al-Baqarah: 183)

Malaikat

Malaikat adalah makhluk pelayan Allah yang setia. Tidak membantah, tidak bernafsu. Hobinya bertasbih memuji Allah dan menyucikan namanya (Al-Baqarah : 30).

Kata malaikat berbentuk jamak artinya banyak malaikat. Kata mufradnya mala’ artinya penjaga.

Ada tafsir yang menerangkan seluruh alam semesta,kehidupan, dan tiap urusan di dunia dan akhirat dijaga oleh mala’. Angin bergerak yang mengatur adalah mala’. Gunung meletus yang berperan adalah mala’.

Makhluk lahir, mati, dan rezeki di sisinya ada mala’. Ketakutan, keberanian, dan cinta digerakkan oleh mala’. Jadi semua kekuatan alam semesta yang bergerak dan berkembang bahkan dalam gerak benda sekecil atom, di situ ada mala’ yang menjaga sunatullahnya.

Orang-orang Rumawi dan Hindu sadar kekuatan alam itu ada penjaganya. Kemudian dua bangsa ini mempersonofikasi kekuatan alam itu sebagai makhluk perkasa di atas kekuatan manusia yang disebut dewa.

Baca Juga:  Meraih Kemuliaan di Sepuluh Hari Terakhir Ramadan

Maka mereka pun memberi nama-nama makhluk personofikasi kekuatan alam itu sesuai dengan fungsinya. Ada Dewa Angin, Dewa Api,  Dewa Laut, Dewi Padi, Dewa Gunung, Dewa Amor, Dewi Fortuna, dan nama dewa lainnya.

Dewa-dewa ini mereka sembah, dipuja-puji, diberi sesaji karena dianggap berpengaruh dengan kehidupan manusia. Padahal mereka sebenarnya adalah malaikat.

Dua bangsa ini menganggap tidak begitu penting Tuhan yang sebenarnya sebab tidak langsung bersentuhan dengan kehidupan mereka.

Begitulah paham ini kemudian tersebar ke penjuru dunia menjadi agama. Al-Quran menjelaskan semua urusan alam semesta itu dipegang oleh malaikat. Dan malaikat bukanlah Tuhan yang patut disembah. Allah Tuhan yang sebenarnya yang menciptakan dan mengatur semua itu yang seharusnya disembah.

Ruh

Ruh yang disebut dalam surat Al-Qadar adalah jibril. Dia mendatangi manusia untuk memberikan wahyu, ilham, inspirasi, ide, gagasan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi manusia.

Manusia yang didatangi malaikat dan ruh tentu saja adalah manusia yang dimensinya sudah sefrekuensi dengan gelombang malaikat.

Itu bisa dicapai oleh orang yang benar-benar melaksanakan puasa dan qiyamullail. Disambung dengan iktikaf, berdiam, konsentrasi, semedi, sebagai upaya untuk menciptakan keheningan, menemukan frekuensi yang sama.

Baca Juga:  Bolehkah Iktikaf Malam Genap di Rumah dan Malam Ganjil di Masjid?

Inilah puasa berkualitas. Puasa yang nuansa ruhaninya mampu mencapai frekuensi malaikat. Manusia setengah malaikat.

Hanya orang-orang yang berpuasa seperti ini yang bisa menembus lailatulqadar. Didatangi malaikat untuk dibantu segala urusan kehidupannya. Mendapatkan keselamatan, kedamaian, selama malam hingga fajar.

Menembus Lailatulqadar

Setelah bulan Ramadan ini berakhir, saatnya mengukur diri ketika memasuki Syawal. Jika kehidupan Anda terus berkembang menjadi lebih baik, rezeki bertambah, prestasi meningkat, hidup rumah tangga makin tentram, akal makin cerdas menemukan solusi, muncul ide-ide brilian, konflik dan sengketa terselesaikan, serasa mendapat energi baru, itu tandanya Anda mendapatkan lailatulqadar.

Manusia yang menembus lailatulqadar rasanya seperti dilahirkan kembali. Menjadi manusia baru penuh pencerahan. Menjadi manusia fitrah yang dilahirkan memasuki dunia Idulfitri.

Disambut dengan suka cita lewat kumandang takbir, tahlil, dan tahmid mulai malam hingga pagi.

Sebaliknya jika kehidupan Anda sesudah Ramadan datar-datar saja, sama seperti biasanya atau bahkan menurun, sadarilah bahwa kualitas puasa Anda juga biasa-biasa saja sehingga lailatulqadar tidak menghampiri Anda.

Lebih buruk lagi bila Anda hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Pahala pun tidak karena puasa sekadar basa-basi.

Taqabalallahu minna wa minkum. Taqabal Ya Kariim.(#)