Malik Ibrahim diperkirakan hidup di zaman Kerajaan Majapahit di masa Raja Kusumawardani Wikramawardhana hingga Ratu Suhita.
Tagar.co – Malik Ibrahim begitu namanya tertulis di nisan makam yang terletak di kampung Gapuro di tengah kota Gresik. Tanpa gelar maulana. Banyak peziarah berkunjung setiap hari ke makamnya.
Disebut juga sebagai Sunan Gresik. Tiap tanggal 12 Rabiul Awal diadakan haul hari wafatnya yang bersamaan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW.
Riwayat hidupnya hanya sekelumit yang tertulis dalam inskripsi batu nisannya. Kisah lainnya berasal dari sejarah lisan.
Batu nisan itu terbuat dari marmer putih seperti marmer Tulungagung. Ukiran kaligrafinya bagus dan halus. Tapi peneliti Belanda Jean Pierre Moquette mengatakan, batu nisan dan kijing Malik Ibrahim kemungkinan diimpor dari Cambay di Gujarat, India.
Baca Juga Orang Cina di Majapahit dan Asal-usul Wali Sanga
Alasannya dia melihat nisan batu dengan motif seperti itu terdapat di makam-makam kuno di Gujarat. Seperti juga nisan makam Raja Aceh Malikus Saleh corak kaligrafinya mirip. Kemungkinan juga impor dari sana.
Bunyi kaligrafi yang terukir dalam nisan Malik Ibrahim berisi pujian dari orang-orang yang menghormatinya.
Isi Kaligrafi Nisan
Pertama, kaligrafi besar berbunyi bismillahirrahmaanirrahiim. Di atasnya masih huruf besar berbunyi Laa ilaha illallah Muhammadurrasulullah.
Kalimat syahadatain itu dilingkari surat Ali Imran (3) ayat 185.
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
Di bawah syahadatain surat ar-Rahman (55) ayat 26-27
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ
Di bawah basmalah surat at-Taubah (9) ayat 21.
يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُم بِرَحْمَةٍ مِّنْهُ وَرِضْوَٰنٍ وَجَنَّٰتٍ لَّهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُّقِيمٌ
Di bawahnya lagi surat at-Taubah ayat 22
خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥٓ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Ayat Kursi dalam surat al-Baqarah: 255-256 menjadi akhir kaligrafi yang diukir melingkari pinggiran nisan.
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ
آ إِكْرَاهَ فِى ٱلدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشْدُ مِنَ ٱلْغَىِّ ۚ فَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Orang Terhormat
Di deretan itu ada pujian dan doa yang menjelaskan kedudukan orang yang dikubur di situ.
Hadza qabru almarhum almaghfur arrajii ila rahmatillah ta’ala
Ini kubur yang dirahmati yang diampuni yang berharap kepada rahmat Allah yang maha tinggi.
Mufaharu umdatun al amra’ assalathiin wa liwuzara muhibu almasaakin wal fuqara
Kebanggaan dan tiang bagi pangeran-pangeran, sultan-sultan dan para wazir, pecinta orang miskin dan fakir.
Assa’idu asysyahidu burhanu addaulah waddiin Malik Ibrahim alma’ruf mukabir
Yang berbahagia yang syahid bukti untuk negara dan agama Malik Ibrahim yang terkenal kebaikannya.
….tagamadahu Allah birahmah walridwaanan askinhu fi daril jinaan tuufii fi yaumi
…semoga Allah memberi rahmah dan keridhoan ditempatkan dia di rumah surga yang wafat pada hari
Al isnin tsaanii asyara min rabiil awal wa itsnay wa isyrina wa tsamaaniyati miah
Senin 12 Rabiul Awal 822 H
Zaman Majapahit
Kaligrafi nisan ini tidak menjelaskan asal usul Malik Ibrahim yang wafat pada 822 H atau 1419 M. Biasanya tokoh besar atau ulama selalu menuliskan bin pada namanya untuk menjelaskan nasab dan nisbah lokasi tanah kelahirannya.
Namun nisan Malik Ibrahim tidak mencantumkan itu. Akibatnya muncul spekulasi tentang asal usulnya. JP Moquette mengatakan dia berasal dari Kasyan, Iran. Entah dari mana sumbernya. Di nisan itu tak disebutkan asal daerahnya. Ada juga sejarawan yang menulis dia berasal dari Kerajaan Aceh.
Baca Juga Holopis Kuntul Baris, Begini Asal-usul Kalimat Itu
Dalam buku Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh karya Sayid Alwi bin Thahir al-Haddad bercerita tentang Kerajaan Cermin, dekat Brunei, Kalimantan, yang berkerabat dengan Malik Ibrahim.
Kerajaan Cermin merupakan perluasan dakwah Kerajaan Islam di Mangindanau Filipina Selatan. Kerajaan Mangindanau asal muasalnya dibangun oleh dakwah Raja Baginda dan Makhdum Awal dari Minangkabau serta Syarid Abu Bakar dari Johor.
Dikisahkan Raja Cermin berlayar bersama keluarganya muhibah ke Majapahit di Jawa. Dia mampir ke Leran Gresik menemui pamannya, Malik Ibrahim.
Melihat angka tahun kematian Malik Ibrahim bisa dipastikan hidup di zaman Kerajaan Majapahit. Diperkirakan dia berada di Jawa antara 1391-1419. Berarti di masa Raja Kusumawardani Wikramawardhana (1389-1399 M) dan Suhita (1399-1429 M).
Raja Suhita memerintah di ambang keruntuhan Majapahit. Bhre Kertabumi menjadi raja Majapahit terakhir setelah ibukota Trowulan diserang oleh Girindrawardhana Dyah Ranawijaya dari Kediri. Pusat kerajaan kemudian dipindah ke Daha. Girindrawardhana memerintah dengan membentuk dinasti Brawijaya.
Nisan Malik Ibrahim menyebutkan dia merupakan mufaharu umdatun al amra’ assalathiin wa liwuzara muhibu almasaakin wal fuqara. Artinya,kebanggaan dan tiang bagi pangeran-pangeran, sultan-sultan dan para wazir, pecinta orang miskin dan fakir.
Membaca kalimat itu timbul pertanyaan, apakah benar dia ulama istana Majapahit dan mengajarkan agama Islam kepada pangeran, sultan, wazir? Tidak ada sumber yang menjelaskan itu.
Buku Negarakertagama tulisan Empu Prapanca menjelaskan, yang mengajarkan agama di istana adalah dharmmadyaksa kasogatan (pendeta Budha) dan dharmmadyaksa kasaiwan (pendeta Syiwa). Tidak ada disebut pendeta Islam.
Makam Troloyo
Di selatan bekas kraton Majapahit, Desa Sentonorejo, Trowulan, terdapat makam Troloyo. Ini makam muslim kuno. Sudah ada sejak zaman Raja Hayam Wuruk. Makam Jumadil Kubro menjadi makam utama yang populer.
Makam Troloyo menandakan ada permukiman muslim di selatan kraton Majapahit. Beberapa pejabat Majapahit yang muslim di zaman Raja Bhre Kertabumi adalah Adipati Palembang Arya Damar. Dia mengasuh Jimbun atau Raden Patah.
Baca Juga Karbala, Terbunuhnya Husain Cucu Nabi
Di Troloyo juga ada makam pejabat Majapahit muslim dikenal dengan kuburan pitu. Tujuh kuburan ini batu nisannya terukir kalimat syahadat dan simbol surya Majapahit.
Berangka tahun 1302 Saka (1380 M), 1298 Saka (1376 M), 1329 Saka (1407 M), 1340 Saka (1418 M),1349 Saka (1427 M), 1377 Saka (1455 M), 1397 Saka (1457 M).
Makam lainnya Tumenggung Satim Singomoyo. Sayangnya nisan makam ini tidak ada penjelasannya sehingga tak diketahui identitasnya. (*)
Penulis/Penyunting Sugeng Purwanto