Feature

Literasi, Fondasi Membangun Peradaban Baru tanpa Kekerasan

×

Literasi, Fondasi Membangun Peradaban Baru tanpa Kekerasan

Sebarkan artikel ini
Mendikdasmen Abdul Mu’ti menerima cenderamata dari Ketu Umum PP Nasyiatul Aisyiyah Ariati Dina Puspitasari

Kekerasan merupakan masalah yang sangat serius. Kunci untuk mengatasinya adalah dengan membangun kesadaran sosial dan peradaban baru yang berfondasi pada literasi.

 

Tagar.co – Dalam dunia pendidikan, literasi bukan sekadar kemampuan membaca, tetapi juga kunci untuk menciptakan generasi yang inklusif dan bebas dari kekerasan.

Menyadari hal ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui pusat Penguatan Karakter (Puspeka) bekerja sama dengan Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, mengadakan acara “Peningkatan Literasi Kesetaraan untuk Masyarakat dalam Pencegahan dan Penanganan Kekerasan” di Medan, Jumat (22/11/24).

“Kekerasan merupakan masalah yang sangat penting. Kuncinya adalah bagaimana kita membangun kesadaran sosial dan peradaban baru yang berfondasi pada literasi,” kata Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, saat membuka acara tersebut.

Acara ini mengangkat isu bahwa literasi di Indonesia masih rendah, terutama dalam hal pemahaman bacaan. “Masalah dalam rendahnya angka literasi kita adalah anak tidak memahami apa yang mereka baca. Sehingga target kita adalah membaca yang disertai dengan kemampuan memahami,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya Nasyiatul Aisyiyah dalam program Wajib Belajar 13 Tahun, terutama di jenjang PAUD dan TK.
Untuk mendukung ini, Abdul Mu’ti mengumumkan rencana untuk mengurangi muatan pelajaran, memberikan lebih banyak ruang refleksi bagi siswa, dan memperbanyak bahan bacaan yang relevan dengan kurikulum.
Mendikdasmen Abdul Mu’ti memakai pakaian adat Sumatra Utara

Tren Kekerasan Meningkat

Acara ini dihadiri oleh 196 peserta dari berbagai elemen Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah dan Pimpinan Wilayah Nasyiatul aisyiyah  dan organisasi otonom Muhammadiyah di Sumatera Utara, dengan tujuan: meningkatkan pemahaman tentang kesetaraan gender dan pencegahan kekerasan; mendorong peserta untuk menjadi agen perubahan di komunitas masing-masing; dan memperkuat kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan komunitas.
Ariati Dina Puspitasari, Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, memperkenalkan Rumah Literasi Nasyiatul Aisyiyah (Ralina) sebagai inisiatif literasi komunitas yang juga berfungsi sebagai pusat pemberdayaan, terutama bagi perempuan dan anak-anak.
“Kami harapkan kegiatan ini tidak hanya menambah pengetahuan, tapi juga menjadi motivasi bagi mereka untuk bergerak dan mengadvokasi perubahan di lingkungan mereka,” harap Suharti.

Desi Ratna Sari, Ketua Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur, mengapresiasi acara ini sebagai media untuk berbagi pengalaman dan motivasi antar wilayah. “Dengan kegiatan ini, kami bisa saling menguatkan dan belajar dari satu sama lain,” ujarnya. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni