Lima nasihat akan diterima oleh para pemimpin yang berhati indah. Namun bisa sebaliknya. Nasihat bisa menjadi racun yang masuk ke ruangan hati yang kotor. Hati yang marid yaitu hati yang sakit.
Oleh Masro’in Assafani, M.A., Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Tagar.co – Nasihat itu indah dan menggembirakan. Tentu bagi orang-orang yang hatinya indah. Hati yang indah adalah hati yang jernih dalam menyikapi atau merespon nasihat.
Namun bisa sebaliknya. Nasihat bisa menjadi racun yang masuk ke ruangan hati yang kotor. Hati yang marid yaitu hati yang sakit. Apabila mereka merasa besar, pejabat bergengsi, semisal raja, ratu, sultan, presiden. Yang mana mereka berhati sombong, maka bisa juga yang memberi nasihat bisa disebut suversip. Inilah hati yang marid atau yang sakit.
Nasihat itu indah, bagi mereka yang haus akan keindahan hati. Hati yang indah akan menerima nasihat dengan indah, dengan hati yang gembira. Karena hati yang damai akan menerima dengan kedamaian (Al-‘Asr/103: 1-3).
Bila hati sakit maka nasihat pun bagaikan racun yang mengalir dalam aliran darah. Bahkan sampai ke seluruh jiwanya
Baca juga: Teriakan Cinta Samnun Pembohong
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ ۙ فَزَا دَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًا ۚ وَلَهُمْ عَذَا بٌ اَلِيْمٌ ۙ بِۢمَا كَا نُوْا يَكْذِبُوْنَ
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih karena mereka berdusta.”
(Al-Baqarah/2: 10)
Ada juga hati yang semakin keras, sebagaimana ayat berikut:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوْبُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِيَ كَا لْحِجَا رَةِ اَوْ اَشَدُّ قَسْوَةً ۗ وَاِ نَّ مِنَ الْحِجَا رَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْاَ نْهٰرُ ۗ وَاِ نَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَآءُ ۗ وَاِ نَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَا فِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal, dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Al-Baqarah 2/74)
Lima Nasihat
Dalam buku At-Tibr Al-Masbuk fi Nashihah Al-Muluk, Imam Al-Ghazali memberikan setidaknya lima nasihat kepada para pemimpin.
Pertama, pemimpin harus mengetahui kedudukan dan pentingnya kekuatan.
Sesungguhnya kekuatan adalah sebagian nikmat dari Allah Subhanahu wata’ala. Siapa saja yang menjalankan kekuatan dengan benar, maka ia akan memperoleh kebahagiaan yang tidak ada bandingannya. Siapa yang lalai dan tidak menegakkan kekuatan dengan benar, ia akan mendapat siksa karena kufur kepada Allah Subhanahu wata’ala.
Kedua, selalu merindukan petuah ulama dan selalu mendengarkan nasihat mereka.
Hati-hatilah dengan ulama yang disukai dunia. Mereka akan memperdayaimu, mencari kerelaanmu untuk mendapatkan apa-apa yang ada di tanganmu berupa hal-hal buruk dan haram agar mereka mendapatkan sesuatu dengan mereka dan tipu daya.
Orang yang berilmu adalah orang yang tidak menginginkan hartamu, dan orang yang selalu memberimu wejangan serta petuah.
Baca juga: Membangun Romantisme Suami Istri dalam Beribadah
Ketiga, janganlah merasa puas dengan keadaanmu yang tidak pernah melakukan kezaliman.
Umar bin Khatab menulis surat kepada bawahannya, yaitu Abu Musa al-Asy’ary:
“Sesungguhnya wakil yang paling bahagia adalah wakil yang rakyatnya merasa bahagia. Sesungguhnya wakil yang paling celaka adalah wakil yang rakyatnya dalam keadaan paling sengsara.”
Keempat, kebanyakan wakil memiliki sifat sombong. Salah satu bentuk kebencian yaitu bila marah, ia akan menjatuhkan hukuman.
Kemarahan adalah perkara yang membinasakan akal, musuh dan penyakit akal. Jika amarah menguasaimu, maka engkau harus condong kepada sifat pemaaf dan kembali sifat mulia.
Dari Abu Darda radhiyallahuanhu berkata:
“Ya Rasulullah, tunjukkan padaku suatu amalan yang akan memasukkan aku ke dalam surga.”
Rasulullah Sallawahualaihiwasalam bersabda:
“Jangan marah, kamu akan masuk surga.”
Baca juga: Indahnya Kesabaran
Kelima, sesungguhnya pada setiap kejadian yang menimpa diri Anda, Anda harus membayangkan bahwa Anda adalah salah seorang rakyat, sementara selain diri Anda adalah pemimpin.
Dengan itu, apa yang tidak kamu rida bagi dirimu sendiri, tidak pula akan diridhai oleh salah seorang Muslim.
Jika Anda meridai mereka dalam apa yang tidak Anda ridai untuk diri Anda sendiri, berarti Anda menipu dan menipu bawahanmu.
Tanbih yaitu hal yang perlu diperhatikan
- Pemimpin yang hebat adalah yang menerima nasihat dengan keindahan hati
- Pemimpin yang congkak adalah pemimpin yang menerima nasehat dengan arogansi.
- Ingatlah, bahwa kekuasaan itu milik Allah semata. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni