LGBT, sejarahnya sudah ada di zaman Nabi Luth. Kaumnya berperilaku seks yang menyimpang, menyukai sesama jenis. Lalu mereka diazab Allah Swt. Kini kaum LGBT terang-terangan menunjukkan sikapnya.
Oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku Berdekat-dekat kepada Yang Mahadekat dan sebelas judul lainnya
Tagar.co – Azab yang melumat kaum Nabi Luth Alaihissalam telah memberi pelajaran sangat jelas. Azab itu luar biasa, tidak pernah terlintas dalam pikiran kaum Luth. Selanjutnya kisah itu bisa menjadi pengingat bagi umat-umat yang lain, yang mau berpikir.
Azab di masa Luth tak hanya membinasakan para pelaku seks menyimpang, tapi juga para pemberi fasilitasnya. Maka, tak takutkah mereka yang melanjutkan perilaku LGBT yang merusak itu?
Rusak Tiada Tara
Kaum Nabi Luth mempelopori satu perbuatan dosa yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun dari keturunan Adam Alaihissalam. Dosa itu adalah kaum pria mencampuri sesama mereka dan membiarkan makhluk yang sebenarnya diciptakan oleh Allah untuk mereka campuri (Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, 2015: 315).
Sejarah kelam kaum Luth masih akan terus menjadi pengingat, sebab diabadikan di Al-Qur’an. Bahwa, kaum Luth banyak yang melakukan praktik terlarang yaitu LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender).
Bacalah Asy-Syuara’ 160-166 ini: “Kaum Luth telah mendustakan Rasul-Rasul, ketika saudara mereka (Luth) berkata kepada mereka: Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu. Bahkan, kamu adalah orang-orang yang melampaui batas’.”
Kita ulang Asy-Syuara’, khusus ayat 165: ’Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia.’ Sementara untuk ayat yang sama, di Tafsir Al-Azhar, Hamka (2003: 5152) menerjemahkan: ’Adakah patut kamu menyetubuhi manusia yang laki-laki?’
Lebih lanjut, Hamka menulis tafsir: ”Inilah kesalahan paling besar itu, kerusakan akhlak yang tiada taranya, termasuk penyakit jiwa.” (2003: 5154).
Sejarah Hitam
Sejarah buruk itu masih akan terus menjadi pengingat, sebab diabadikan di Al-Qur’an. Bahwa,istri Nabi Luth memang bukan pelaku LGBT. Hanya saja, dia adalah pendukung. Bahkan, dia memberi jalan lapang bagi dilakukannya LGBT.
Alkisah, inilah puncak tragedi. Kala itu Nabi Luth menerima tamu yaitu sejumlah lelaki berparas tampan (yang sebenarnya mereka adalah para malaikat). Tentang keberadaan tamu itu tidak ada yang tahu, kecuali anggota keluarga Luth saja.
Tiba-tiba istri Luth keluar dan menceritakan kepada kaumnya. Bahwa, “Di rumah kami saat ini sedang menerima beberapa tamu laki-laki yang sangat rupawan. Aku tidak pernah melihat seorangpun yang memiliki wajah serupawan itu sebelumnya” (Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, 2015: 326).
Mendengar kabar tersebut, bersegeralah kaum yang tak beriman itu merapat ke rumah Luth, berniat melampiaskan syahwatnya. Nabi Luth yang tahu gelagat itu sekuat tenaga menolak. Adapun di antara usahanya termasuk dengan menawarkan anak-anak perempuannya untuk dinikahi.
Atas tawaran itu mereka menggeleng. Perhatikan ayat ini: “Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan (syahwat) terhadap putri-putrimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki’.” (Hud 79).
Azab Allah
Lalu, datanglah azab Allah yang mengerikan itu. Perhatikan ayat ini: “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi” (Hud 82).
“Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu), maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu” (Asy-Syu’araa’173).
“Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia)” (Al-Hijr 73-76).
Ketika Nabi Luth bersama kaum beriman selamat dari azab Allah, sang istri justru tidak dalam posisi bersama sang suami. Dia ada di golongan yang mendapat azab karena telah bersekutu dalam tindak kemunkaran.
Jangan Terlambat
Mencermati kedahsyatan azab Allah bagi kaum yang membangkang Nabi Luth As, wajar jika kemudian Nabi Muhammad Saw mewanti-wanti kita untuk tak mengulang praktik LGBT. Simak hadits ini: “Sesungguhnya yang paling aku takuti (menimpa) umatku adalah perbuatan kaum Luth.” (H.R. Ibnu Majah).
Kini, LGBT benar-benar merupakan ancaman serius bagi kita. Bahaya LGBT semakin terasa, sebab sikap dari para pelaku LGBT makin mengkhawatirkan. Belakangan, para pelaku LGBT seakan tidak takut lagi menunjukkan sikap mereka.
Kita harus menolak LGBT. Islam keras melarang liwath yaitu aktivitas seksual antarsesama jenis.Tak boleh laki-laki “berhubungan” dengan sesama laki-laki dan perempuan dengan sesama perempuan sebagaimana dulu kali pertama dilakukan oleh kaum Nabi Luth As.
Sungguh, jangan terlambat untuk beriman dan bertakwa kepada Allah. Ingatlah kisah kaum Nabi Luth As yang diazab Allah. Terkait erat dengan itu, semoga kita tak mengulang peran istri Nabi Luth As yang menjadi semacam fasilitator bagi praktik LGBT. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni