
Orang sesat tidak akan menyesatkanmu. Pada kesempatan Ngaji Tafsir kali ini, Authon mengajak rekan-rekannya untuk memahami konsep takdir dengan lebih baik.
Tagar.co – Ngaji Tafsir Ibnu Katsir alias Ngijir hari kelima, Jumat (7/3/2025) pagi, kembali bersama A. Mujahidul Authon, S.Pd.I. Guru Ismubaqu Mugeb School ini mengupas tafsir Q.S. Al-Maidah ayat 105.
Masih berpenampilan sama seperti hari sebelumnya, cosplay ala Imam Nawawi, ia membacakan ayat tersebut. Sementara jamaah dari kalangan guru SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik (Mugeb School) membaca dari layar smart TV yang berdiri di sisi Authon.
Begini bunyinya,
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا عَلَيۡكُمۡ اَنۡفُسَكُمۡۚ لَا يَضُرُّكُمۡ مَّنۡ ضَلَّ اِذَا اهۡتَدَيۡتُمۡ ؕ اِلَى اللّٰهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِيۡعًا فَيُـنَـبِّـئُكُمۡ بِمَا كُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu; (karena) orang yang sesat itu tidak akan menyesatkanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu semua akan kembali, kemudian Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.’
Dari ayat ini, Authon menegaskan, “Orang-orang yang sesat tidak akan mampu merusak iman dan personality Njenengan selama Njenengan memegang teguh agama Allah.”
Karena itu, Authon mengingatkan agar mereka tidak menuduh seseorang atas rusaknya diri mereka sendiri atau buruknya akhlak mereka. “Meski tidak menutup kemungkinan ada faktor lingkungan atas perubahan akhlak Njenengan,” imbuhnya di Perpustakaan Al-Hikmah Mugeb School.

Allah Berkehendak
Lulusan Pondok Modern Darussalam Gontor tahun 2010 ini lantas mengaitkannya dengan pesan Allah pada surat Yunus ayat 107.
وَاِنْ يَّمْسَسْكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗٓ اِلَّا هُوَۚ وَاِنْ يُّرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَاۤدَّ لِفَضْلِهٖۗ يُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖۗ وَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Artinya, “Jika Allah menimpakan suatu mudarat kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia dan jika Dia menghendaki kebaikan bagimu, tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikannya (kebaikan itu) kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Berdasarkan ayat inilah Authon berpesan, “Ketika Njenengan mendapati musibah, tidak ada yang mampu mencegah musibah itu datang kepada Njenengan. Ketika Allah menghendaki kebaikan, tidak akan ada seorang pun yang mampu menolak karunia-Nya yang Dia kehendaki kepadamu.”
Sekali lagi pria bersorban dan berkacamata ini menegaskan, “Jangan salahkan seseorang ketika Njenengan terkena masalah. Dia atau mereka itu cuma sebab munculnya sesuatu yang Njenengan anggap masalah. Yang menghendaki itu terjadi ya Allah.”
Begitulah cara Authon mengajak jemaah memahami konsep takdir dengan baik.
Amar Makruf Nahi Munkar
Hikmah kedua, kata Authon, amar makruf nahi munkar harus mereka lakukan bersama-sama. Bahu-membahu.
“Tapi ketika di dalam kelompok ada perseteruan antara satu dan lain maka lebih utama, urusi dirimu sendiri. Muhasabahlah. Tidak usah menyalahkan orang lain. Saling mendukung,” ajaknya.
Ketiga, dalam Al-Maidah ayat 105 ada kata “anfusakum“. Authon menjelaskan, anfusakum itu godaan yang mengganggu manusia. Maka manusia mendapat perintah untuk menjaga dirinya. Sebab, banyak elemen yang bikin manusia semakin jauh dari Allah.
“Saya sering mengatakan, nggak apa kita berdebat keras terhadap permasalahan. Tapi, selama yang mendebat itu tidak mewakili ia sendiri, atau kelompok tertentu yang hanya menguntungkan ia dan merugikan orang lain, itu yang bahaya,” tutur Authon.
Lalu ia menggarisbawahi, selama perdebatan itu untuk kemaslahatan bersama. (*)
Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni