Antre termasuk pelajaran hidup yang diajarkan pada siswa SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo sebagai Gen Z dan Alpha. Hidup mereka yang serba cepat dan mudah mendapat tantangan.
Oleh Mahyuddin Syaifulloh, Waka Kurikulum SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo
Tagar.co – Jika ada yang bisa menguji kesabaran Generasi (Gen) Z dan Gen Alpha, bukanlah koneksi internet yang lemot, tapi antre untuk makan dan mandi.
Di SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo , atau lebih dikenal dengan nama Miosi, antre ini bukan sekadar aktivitas, namun sebuah pelajaran hidup yang berlangsung setiap Jumat sebagai bagian dari program One Day Boarding.
Pada Kamis malam, tepatnya setelah salat Magrib, para siswa mulai menyusun diri dalam antrean yang panjang di depan kamar mandi.
Baca juga: Meluruskan Persepsi Negatif tentang (Bahan) Kimia
Dengan hanya sembilan kamar mandi untuk laki-laki dan dua belas untuk perempuan, 200 siswa ini mesti bersabar. Kadang-kadang, aliran air seperti mengikuti aturan slow living sendiri, menguji kesabaran mereka lebih dalam.
Setelah mandi, giliran antre untuk makan. Para siswa menghampiri meja sambil membawa piring masing-masing, berbaris dengan rapi.
Laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan, mereka mengambil nasi dan lauk secara bergantian, lalu makan bersama. Ini adalah momen yang tidak hanya mengisi perut, tetapi juga jiwa dengan pelajaran tentang kesabaran dan kerjasama.
Pelajaran dari Antre
Antre makan dan mandi seperti terlihat sederhana, tetapi di dalamnya ada pembelajaran sosial emosional. Apalagi bagi generasi Z dan Alpa, yang lahir di rentang tahun sekitar 2010 hingga 2012.
Generasi Z dan Generasi Alpha memiliki kesamaan dalam hal adaptasi terhadap teknologi, akses informasi yang cepat, dan kehidupan sosial yang terintegrasi dengan dunia digital.
Mereka terbiasa dengan layanan serba cepat. Perlu makan atau sesuatu lainnya tinggal pesan lewat HP. Ingin mencari informasi tidak perlu membaca beberapa buku, tetapi tinggal klik-klik. Jadi mereka terbiasa dengan hal-hal yang serba cepat.
Tantangan mereka ketika kondisi tidak terlayani serba cepat, mereka harus bersabar ketika melalui proses menunggu, termasuk antre makan dan mandi ini.
Hal ini termasuk keterampilan sosial emosional dalam aspek kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Semua itu berperan penting dalam membentuk perilaku yang tertib dan empatik. Dalam konteks antre, siswa belajar untuk mengelola diri dengan mengendalikan emosi dan dorongan untuk tidak mendahului orang lain.
Mereka juga harus bisa mengontrol emosi seperti kesabaran dan frustrasi saat menunggu giliran.
Baca juga: Darurat Depresi, Solusi Falsafah Bahagia Buya Hamka
Antre juga bisa untuk memahami perspektif orang lain dengan menghormati hak orang lain dalam antrean, membangun relasi positif melalui interaksi sopan dan menghargai aturan bersama, mengambil keputusan bertanggung jawab dengan mengikuti aturan antri.
Secara tidak langsung para siswa Miosi belajar menghargai norma sosial, menumbuhkan kesabaran, dan menunjukkan sikap saling menghormati dalam interaksi sehari-hari.
Ini bukan hanya meningkatkan kualitas hubungan sosial tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih tertib dan harmonis.
Keuntungan di Masa Depan
Para orang tua mungkin tergoda untuk memanjakan anak-anak mereka dengan segalanya yang instan, namun Miosi mengajarkan bahwa hidup bukan hanya tentang klik dan pesan.
Ini adalah cara untuk membuat anak-anak tangguh, tidak mudah depresi, dan tidak mudah menyerah. Antre adalah seni yang diajarkan untuk membesarkan generasi yang tangguh dan penuh semangat.
Jadi, meski mungkin tidak nyaman, antre makan dan mandi di Miosi adalah sebuah kurikulum hidup yang berharga, yang mengajarkan bahwa kadang-kadang, untuk mendapatkan sesuatu yang baik, Anda harus bersabar menunggu giliran Anda. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni