
Salat Iduladha di UMM menjadi momen refleksi tentang makna kurban dan karakter. Dr. M. Sholihin Fanani menekankan pentingnya rela berkorban demi sesama, sementara UMM menyalurkan kurban hingga ke Filipina.
Tagar.co — Suasana penuh khidmat menyelimuti pelataran Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) saat ribuan jemaah berkumpul menunaikan salat Iduladha, Jumat pagi (6/6/25). Bertindak sebagai khatib adalah Dr. M. Sholihin Fanani, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Dalam khotbahnya, Fanani menekankan bahwa karakter seseorang berperan besar dalam menentukan takdir hidupnya.
“Dan kita bisa menjaga perasaan orang lain ketika kita memiliki sifat dan kemauan untuk berkurban untuk kepentingan orang lain. Jika tidak memilikinya, rasanya sulit untuk bisa menjaga perasaan orang lain,” ujarnya di hadapan ribuan jemaah yang memadati lapangan utama kampus.
Fanani menjelaskan bahwa inti dari beragama adalah tauhid kepada Allah Swt., sementara inti dari tauhid adalah salat lima waktu. Dari salat itu pula tercermin akhlak mulia, dan pada akhirnya semua itu bermuara pada karakter—terutama kemauan untuk berkurban.
“Maka dari itu, penting membentuk karakter yang baik,” lanjutnya. “Baik buruknya hidup dan sukses tidaknya seseorang juga ditentukan oleh karakternya.”
Dalam khotbah tersebut, ia juga mengutip pandangan Imam Al-Ghazali yang menyebut ada empat faktor utama pembentuk karakter seseorang: agama, ilmu, lingkungan, dan kebiasaan. Fanani menekankan bahwa agama tidak boleh dipahami sekadar sebagai ritual, tetapi sebagai sarana membangun kesadaran diri untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat.
“Ketika orang memiliki ilmu, maka ia bisa memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat, menghasilkan sesuatu yang bisa jadi solusi masalah yang ada,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti pentingnya lingkungan, khususnya keluarga, yang menurutnya berkontribusi 60 persen dalam membentuk perilaku dan karakter seseorang. Tantangan membangun karakter di era digital juga menjadi perhatian khusus dalam khutbahnya.

Sementara itu, Rektor UMM Prof. Dr. Nazaruddin Malik menambahkan bahwa makna kurban bukan sekadar penyembelihan hewan, tetapi merupakan simbol pengorbanan diri demi kebaikan yang lebih besar.
“Pengorbanan dapat memberikan kemaslahatan dalam kehidupan, termasuk di level keluarga. Sikap ini tentu dapat menjadi teladan dan sinar pencerahan serta mencegah kemungkaran dan mengutamakan kemakrufan,” jelasnya.
Ia mengajak seluruh sivitas akademika UMM dan masyarakat untuk merayakan Iduladha dengan penuh kesadaran spiritual dan sosial. “Mari merayakan Iduladha dengan sebaik-baiknya dan semata-mata karena Allah Swt.,” ujarnya.
Tahun ini, UMM menyembelih lebih dari 100 ekor hewan kurban, terdiri atas sapi, kambing, dan domba. Hewan-hewan kurban tersebut tidak hanya disalurkan ke berbagai wilayah di Jawa dan luar Jawa, tetapi juga sampai ke Filipina, sebagai bagian dari komitmen kemanusiaan dan dakwah lintas batas. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni