Kultum Ramadan

Kultum Ramadan: Bahaya Tersembunyi, Tiga Hal yang Bisa Membinasakan Kita

277
×

Kultum Ramadan: Bahaya Tersembunyi, Tiga Hal yang Bisa Membinasakan Kita

Sebarkan artikel ini
Kultum Ramadan Aji Damanuri

Tiga sifat ini bisa membinasakan manusia. Bagaimana cara menghindarinya? Simak kultum ini agar selamat dunia dan akhirat!

Kultum Ramadan (Seri 16): Bahaya Tersembunyi, Tiga Hal yang Bisa Membinasakan Kita; Oleh Dr. Aji Damanuri, M.E.I., Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tulungagung, Ketua Dewan Pengawas Syariah Lazismu Tulungagung.

Tagar.co Bahaya Tersembunyi, Tiga Hal yang Bisa Membinasakan Kita paling tepat menjadi bahan Kultum Ramadan kali ini. Baca selengkapnya:

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

ٱلَّذِىٓ أَرْسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلْهُدَىٰ وَدِينِ ٱلْحَقِّ لِيُظْهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًا حَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kita petunjuk melalui Al-Qur’an dan sunnah Rasul-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang senantiasa mengikuti ajaran beliau.

Baca juga: Kultum Ramadan: Momentum Menjadi Insan Filantropis

Pada kesempatan ini, mari kita renungkan tentang tiga hal yang dapat membinasakan manusia, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw:

ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“Tiga hal yang membinasakan: kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman terhadap diri sendiri.” (H.R. Thabrani)

Baca Juga:  Masjid sebagai Pusat Peradaban: Menghidupkan Kembali Fungsi Sosial hingga Ekonomi

Tiga hal ini adalah penyakit hati yang dapat merusak kehidupan dunia dan akhirat. Lalu, bagaimana cara kita terhindar dari kebinasaan tersebut?

Pertama, Kekikiran yang Ditaati
Kekikiran adalah sifat enggan memberi dan terlalu cinta kepada harta. Allah Swt berfirman dalam Surah Al-Hasyr ayat 9:

وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan siapa yang dijaga dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Ayat ini menjelaskan bahwa kebahagiaan sejati terletak pada kemampuan mengendalikan sifat kikir.

Cara menghindari kekikiran adalah dengan mengingat bahwa harta tidak akan dibawa mati, kita akan lebih mudah untuk berbagi. Rasulullah Saw bersabda:

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ: أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ، يَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ

“Mayit akan diikuti oleh tiga hal: keluarga, harta, dan amalnya. Dua akan kembali (keluarga dan harta), dan satu akan tetap (amalnya).” (H.R. Bukhari)

Yang kekal bagi kita setelah kematian adalah harta benda yang kita sedekahkan. Amal perbuatan kita yang akan menemani perjalanan kita di akhirat kelak.

Kedua, Hawa Nafsu yang Diikuti
Hawa nafsu adalah keinginan yang cenderung mengajak kepada keburukan. Allah Swt berfirman dalam Surah Yusuf ayat 53:

Baca Juga:  Kultum Ramadan: Rahasia Sehat di Balik Puasa

إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي

“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.”

Ayat ini mengingatkan kita bahwa nafsu harus dikendalikan, bukan diikuti.

Ketiga, Kekaguman terhadap Diri Sendiri

Kekaguman terhadap diri sendiri atau ‘ujub adalah penyakit hati yang membuat seseorang merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Bahkan merasa paling berjasa terhadap semua hal, selalu mengatakan, ”kalau bukan karena saya, andai tidak ada saya, semua karena saya.”

Allah Swt mengingatkan kita dalam Surah An-Najm ayat 32:

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

“Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui siapa yang bertakwa.”

Ayat ini mengingatkan kita bahwa hanya Allah yang tahu siapa yang benar-benar bertakwa. Tugas kita di dunia ini hanya taat dan tunduk terhadap semua ketentuan Allah, bukan untuk menyombongkan diri.

Cara menghindari ‘ujub adalah dengan selalu mengingat kelemahan diri. Sikap ‘ujub muncul karena lupa akan kelemahan diri, apalagi mengingat dosa-dosa dan kekurangan kita.

Setiap kali kita merasa bangga atas pencapaian-pencapaian dan prestasi keduniaan kita, ingatlah bahwa semua itu adalah karunia Allah. Rasulullah Saw bersabda:

إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ قَدْ أُعْطِيَ زُهْدًا فِي الدُّنْيَا وَقِلَّةَ مَنْطِقٍ فَاقْتَرِبُوا مِنْهُ فَإِنَّهُ يُلْقَى الْحِكْمَةَ

Baca Juga:  Khotbah Idulfitri 2025: Merdeka dari Nafsu, Menebar Rahmat untuk Semesta

“Jika kamu melihat seseorang yang diberikan kezuhudan terhadap dunia dan sedikit bicara, maka dekatilah dia, karena dia akan mendapatkan hikmah.” (H.R. Ibnu Majah)

Kekikiran, hawa nafsu, dan ‘ujub adalah penyakit hati yang harus diobati dengan ilmu, amal, dan muhasabah. Kunci menghindari kebinasaan adalah dengan selalu mengingat Allah dan mengendalikan diri dari godaan dunia.

Seorang pedagang sukses selalu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu anak yatim dan fakir miskin. Dia tidak ingin hartanya menjadi sumber kebinasaan baginya.

Seorang pemuda yang gemar berolahraga selalu menjaga dirinya dari pergaulan bebas dan mengisi waktunya dengan kegiatan positif seperti membaca Al-Qur’an dan menghadiri majelis ilmu.

Seorang ustaz yang terkenal selalu mengingatkan dirinya bahwa semua ilmu yang dimilikinya adalah karunia Allah. Dia tidak pernah merasa lebih baik dari orang lain.

Marilah kita senantiasa berusaha menghindari tiga hal yang membinasakan: kekikiran, hawa nafsu, dan ‘ujub. Dengan mengendalikan diri dan selalu mengingat Allah, kita akan menjadi orang yang selamat dunia dan akhirat.

Semoga Allah Swt memberikan kita kekuatan untuk selalu menghindari kebinasaan dan menjadi hamba-Nya yang bertakwa. Amin Yarabalalamin.

Nasrumminallah wafathunqarib. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni