Pernahkah berpikir tentang kondisi masyarakat sebelum Islam masuk ke Indonesia? Penasaran bagaimana kondisi budaya, kepercayaan, perekonomian, maupun sosial dan politiknya?
Penulis Samsul Arifin , Guru MTs Muhammadiyah 2 Kedungadem
Tagar.co – Indonesia sebuah negara yang dulu dikenal sebagai Nusantara. Mempunyai sejarah tentang bagaimana tatanan masyarakatnya. Lantas bagaimana keadaan masyarakatnya sebelum Islam datang? Ini menjadi materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas IX SMP/MTs.
Mari kita mulai dari segi sosial budaya. Indonesia meliputi beragam suku dan budaya. Dalam buku karangan Suryadi (2023: 191) disebutkan, penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang masing-masing daerahnya mempunyai corak seni, budaya dan bahasa yang beragam.
Agama dan Kepercayaan
Sebelum Islam datang ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah menganut agama Hindu dan Buddha. Selain itu juga menganut kepercayaan Kapitaya.
Suryadi (2023: 191) menjelaskan, Kapitaya merupakan pemuja sang Hyang Taya yang bermakna hampa atau kosong. Mereka mendefinisikan sang Hyang Widi tan kena kinaya ngapa yen ono palah dudu. Maksudnya, Tuhan tidak boleh diserupakan atau terlintas gambarannya di pikiran kita. Kalau diwujudkan maka itu bukan Tuhan.
Kepercayaan Kapitaya dikenal dengan istilah dinamisme dan animisme. Sriyana (2020: 160) menjelaskan, dinanisme merupakan bentuk keyakinan atau pandangan dunia yang meyakini adanya kekuatan atau roh di dalam suatu benda dan bisa memberi manfaat. Sedangkan animisme adalah keyakinan adanya roh-roh gaib yang mengatur, menaungi, mengayomi serta mengendalikan kehidupan manusia.
Itulah keadaan masyarakat terdahulu sebelum Islam datang. Masyarakat hidup dengan penuh kemistisan. Mereka menganggap suatu benda atau yang lainnya memberi manfaat alias keramat. Contohya, jika ingin mendapatkan rezeki banyak maka orang tersebut harus membawa keris atau benda lainnya.
Selain itu, mereka juga pergi membawa sesaji ke tempat-tempat keramat seperti pohon besar, batu, sungai dan tempat keramat lainya. Tujuannya, untuk diberi berkah kesehatan dalam hidupnya.
Baca juga: Pengertian Teks Deskripsi dan Unsur Kebahasaan Materi Bahasa Indonesia Kelas IX
Perekonomian
Sekitar abad ke-8 Sebelum Masehi (SM), mata pencaharian dan penghidupan masyarakat prasejarah di Indonesia berkisar antara kehidupan berburu dan meramu masyarakat hutan hingga kehidupan pertanian yang rumit. Mereka punya kemampuan bercocok tanam padi-padian, memelihara hewan ternak, hingga mampu membuat kerajinan tenun dan tembikar (Wikipedia, 2024).
Dari berbagai sumber pada masa Kerajaan Sriwijaya, para penduduk Sriwijaya mayoritas seorang pedagang. Namun di sisi lain, pada masa Kerajaan Tarumanegara–kerajaan Hindu Buddha tertua kedua–dalam buku Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI IPS terbitan Grasindo terungkap, para penduduk memiliki mata pencarian pertanian, peternakan, pelayaran, perburuan, perikanan, pertambangan dan perdagangan.
Itulah mata pencaharian masyarakat sebelum Islam masuk di Indonesia. Masyarakat hidup sesuai keahliannya masing-masing.
Baca juga: Cara Belanja Bahan untuk Menulis Story Telling
Sosial Politik
Pada masa itu ada sebuah kerajaan Hindu Buddha yang berkembang di Indonesia. Salah satunya ada Kerajaan Sriwijaya, Singosari dan Majapahit. Alhasil, tatanan pemerintahan maupun kehidupan sosial terpengaruh agama Hindu dan Buddha.
Merujuk Suryadi (2023: 193), sebelum Islam datang pada abad ke-7 hingga ke-12, Kerajaan Sriwijaya mengalami kejayaan baik dalam bidang politik, sosial maupun ekonomi. Namun di antara masa kejayaannya, Kerajaan Sriwijaya lama-lama mengalami masa kemunduran. Sebab, ada serangan dari Kerajaan Singosari dari Jawa melalui ekspedisi Pamalayu.
Setelah Kerajaan Singosari berkuasa, muncullah Kerajaan Majapahit yang dikenal dengan sumpah Palapanya. Sehingga kekuasaannya meluas sampai ke luar teritorial Nusantara.
Di bawah pengaruh Kerajaan Hindu dan Buddha, mayoritas yang berkuasa dari penganut agama Hindu dan Buddha. Dua kerajaan berkuasa pada masa itu yaitu Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
Semoga materi SKI kelas IX ini bermanfaat buat pembaca dan pembaca tetap semangat memperjuangkan ajaran-ajaran Islam sehingga ajaran Islam membumi di masyarakat. (#)
Penyunting Sayyidah Nuriyah