Feature

Kolak Ayam Desa Gumeno, Menikmati Lezatnya Resep Tradisi Sunan Giri

259
×

Kolak Ayam Desa Gumeno, Menikmati Lezatnya Resep Tradisi Sunan Giri

Sebarkan artikel ini
Kolak Ayam Desa Gumeno, Gresik, telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Kebudayaan.
Kolak ayam berupa suwir ayam dan daun bawang tinggal dikucuri kuah santan rempah jinten.

Kolak Ayam Desa Gumeno, Gresik, dalam tradisi Sanggring telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Kebudayaan.

Tagar.co – Menjelang malam 23 Ramadan, warga Desa Gumeno Kec. Manyar, Gresik, sangat sibuk. Tua, remaja, dan anak-anak berkumpul di Masjid Jami’ Sunan Dalem menyiapkan makanan khas kolak ayam.

Makanan itu disantap bersama waktu buka puasa Ramadan. Inilah hajatan tahunan tradisi Sanggring Kolak Ayam yang tahun ini berlangsung pada Sabtu (22/3/2025).

Para pengunjung dari luar desa mulai berdatangan ketika Asar. Makin padat menjelang Magrib. Termasuk Wakil Bupati Gresik, dr. Ashluchul Alif, bersama para pejabat Pemda.

Tenda yang berdiri di depan masjid sudah dijubeli pengunjung. Desa Gumeno berjarak 18 Km dari Kota Gresik.

Perayaan tahun ini lebih meriah karena memperingati 500 tahun atau 5 abad tradisi Sanggring Kolak Ayam ini. Pemkab Gresik membantu menyiapkan acara ini dengan menyajikan kolak ayam sebanyak 3.500 porsi yang dibagikan kepada semua pengunjung untuk buka puasa.

Ketua Panitia Didik Wahyudi mengatakan, untuk memasak makanan sebanyak itu menghabiskan 260 ekor ayam, 740 Kg gula merah, 600 butir kelapa, 250 kilogram bawang daun, 60 kilogram jinten bubuk, dan 1.400 liter air.

Baca Juga:  Pasar Bandeng Gresik, Antara Bisnis dan Tradisi

“Ini jumlah kolak ayam terbanyak sepanjang sejarah perayaan Sanggring,” kata Didik Wahyudi.

Peringatan 500 tahun tradisi Sanggring, sambung dia, diharapkan menjadi momentum bersejarah yang penuh keberkahan, kebersamaan, dan nilai spiritual.

“Tradisi ini terus dijalankan setiap malam ke-23 Ramadan sebagai wujud rasa syukur dan doa untuk kesehatan serta keberkahan. Karena memiliki nilai sejarah dan spiritual yang kuat, kami ingin terus melestarikannya agar tidak hilang ditelan zaman,” tuturnya.

Sunan Dalem

Tradisi Sanggring Kolak Ayam berkaitan dengan Sunan Dalem atau Sunan Giri II. Dia anak Sunan Giri dengan Dewi Murthosiah.

Nama aslinya Maulana Zainal Abidin Ali Sumodiro Azmatkhan.  Penerus Kesultanan Giri Kedaton sepeninggal Sunan Giri tahun 1506 M.

Menurut sejarah Desa Gumeno, sekitar tahun 1539 M Sunan Dalem keluar istana Giri Kedaton menuju Desa Gumeno. Di desa ini lalu mendirikan masjid. Setahun masjid selesai dibangun. Namun warga yang membantu membangun masjid sakit karena kelelahan termasuk Sunan Dalem.

Sunan Dalem lantas mendapat inspirasi untuk memasak ayam dengan bumbu rempah jinten, daun bawang, gula merah, dan santan. Daging ayam setelah direbus disuwir-suwir supaya cukup untuk banyak orang. Lalu diberi daun bawang dan disiram kuah santan bercampur jinten dan gula merah.

Baca Juga:  Malam Selawe Tradisi Memburu Lailatulqadar di Giri Gresik

Setelah matang semua warga memakan masakan yang berasa gurih dan manis. Cita rasanya sangat berbeda dengan masakan sehari-hari.

Ternyata masakan itu memulihkan kesehatan Sunan Dalem dan warga yang sakit. Masakan itu dinamai kolak ayam karena berkuah santan.

Peristiwa ini tercatat pada 22 Ramadan 946 H atau 31 Januari 1540 M. Masakan ini lalu ditradisikan setiap tahun hingga lima abad bernama Sanggring Kolak Ayam.

Sanggring berasal dari kata sang berarti raja dan gring dari kata gering, artinya sakit. Kata itu merujuk pada Sunan Dalem yang sakit.

Masjid itu kemudian dikenal dengan Masjid Jami’ Sunan Dalem. Dalam buku Gresik Punya Sejarah tulisan Eko Jarwanto, menerangkan, naskah Babad Gresik memuat candra sengkala pembangunan masjid dengan kalimat jalma mara karya masjid . Artinya, berangka tahun 1461 Saka. Sama dengan 1539 M atau 946 H. (#)

Penyunting Sugeng Purwanto