Feature

Ketika Rektor UMG Bicara Teori Kepemimpinan di Depan Kepala Sekolah

276
×

Ketika Rektor UMG Bicara Teori Kepemimpinan di Depan Kepala Sekolah

Sebarkan artikel ini
Rektor UMG
Rektor UMG Prof. Dr. Khoirul Anwar, S.Pd., M.Pd. saat menyampaikan materi di acara Penguatan Ideologi Muhammadiyah untuk Kepala dan Wakil Kepala Sekolah/Madrasah Muhammadiyah di Sang Pencerah Hall, Rabu (23/4/2025). (Tagar.co/Ichwan Arif)

Dalam menjalankan amanahnya, kepala sekolah harus mampu menjalankan strategi inovatif, bagaimana cara meningkatkan kualitas pendidikan di Muhammadiyah?

Tagar.co – Mengenakan peci hitam dan berbaju warna abu-abu, Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) Prof. Dr. Khoirul Anwar, S.Pd., M.Pd. menyampaikan materi di acara Penguatan Ideologi Muhammadiyah untuk Kepala dan Wakil Kepala Sekolah/Madrasah Muhammadiyah di Hall Sang Pencerah UMG, Rabu (23/4/2025).

Dalam acara yang diselenggarakan Majelis Dikdasmen dan PNF Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik ini, dia berbicara tiga teori kepemimpinan. Teori pertama adalah transformasional. “Di teori ini pemimpin menginspirasi perubahan positif pada organisasi,” katanya dalam materi bertema Profil Kader Kepala Sekolah dan Spirit Perjuangan Kepemimpinan.

Kedua, lanjutnya, teori situasional. Di sini kepemimpinan disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan individu. Ketiga, teori servant leadership. Pemimpin berorientasi pelayanan dan membangun lingkungan harmonis.

“Dari ketiga teori tersebut, mana yang lebih baik?” tanya sambil berjalan ke arah peserta.

Selain menyampaikan teori kepemimpinan, dia juga menjelaskan pertanyaan kunci dalam kepemimpinan sekolah. Pertama, kesesuaian model kepemimpinan. “Apakah sudah sesuai dengan tantangan zaman saat ini?”

Pertanyaan kedua, tantangan terbesar. “Apa kendala utama dalam mengelola pendidikan berbasis nilai Islam?” Ketiga, strategi inovatif, “Bagaimana cara meningkatkan kualitas pendidikan di Muhammadiyah?”

Studi Kasus

Dalam penjelasan materi, dia juga melempar dua studi kasus ke peserta. Pada sesi ini, peserta dua bagi menjadi dua kelompok: putra dan putri. Masing-masing kelompok memiliki studi kasus yang nantinya setiap peserta harus menjawab enam pertanyaan.

Baca Juga:  Wisuda Bersama, Ini Motivasi Internal Guru Mugeb School Ujian Tahfiz 

Kasus 1, kepala sekolah dengan spirit pejuang dan karakter kader Muhammadiyah. Kasus 2 tentang kepala sekolah yang minim spirit pejuang dan karakter kader Muhammadiyah.

Narasi kasus 1, Pak Hasan adalah kepala sekolah Muhammadiyah yang memiliki visi transformasional dan semangat perjuangan dalam memajukan sekolah. Sejak menjabat, ia aktif menerapkan pendekatan berbasis Islam Berkemajuan, memastikan bahwa seluruh program sekolah tidak hanya berorientasi akademik tetapi juga pembentukan karakter Islami. Ia memotivasi guru dan siswa untuk memiliki etos kerja tinggi, disiplin, dan produktivitas yang sejalan dengan nilai-nilai Al-Ma’un.

Selain itu, ia menjalin kerja sama dengan komunitas sekitar untuk memperluas dampak sosial sekolah, memastikan bahwa pendidikan yang diberikan melahirkan kader Muhammadiyah yang berkomitmen terhadap dakwah dan pembangunan masyarakat.

Tidak hanya berorientasi administratif, Pak Hasan juga dikenal sebagai pemimpin pesulap yang mampu mengubah sekolahnya dari biasa menjadi unggul. Melalui inovasi dalam kurikulum dan manajemen, ia berhasil meningkatkan mutu pendidikan dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Ia membangun budaya kolaborasi, di mana guru, siswa, dan tenaga kependidikan merasa memiliki sekolah dan terlibat aktif dalam setiap pengambilan keputusan. Semangatnya yang gigih membawa perubahan besar, membuat sekolahnya menjadi model inspiratif bagi sekolah Muhammadiyah lainnya.

Di dalam studi kasus tersebut, memuat pertanyaan:

  1. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah ini membentuk karakter kader Muhammadiyah di lingkungan sekolah?
  2. Apa bukti konkret bahwa sekolah telah berkembang baik secara individu maupun kelompok di bawah kepemimpinannya?
  3. Bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja tinggi dan produktivitas guru serta siswa?
  4. Dalam hal inovasi pendidikan, bagaimana kepala sekolah mengelola tantangan dan memastikan keberlanjutan program yang telah dijalankan?kolah dalam meningkatkan etos kerja tinggi dan produktivitas guru serta siswa?
  5. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah ini selaras dengan nilai-nilai Al-Ma’un dalam memberdayakan kaum dhuafa di sekitar sekolah?
  6. Apa bentuk kolaborasi yang dilakukan dengan komunitas luar untuk mendukung pencapaian visi kepemimpinannya?
Baca Juga:  UMG Dorong Inovasi Layanan Kesehatan Digital

Narasi kasus 2, Pak Joko adalah kepala sekolah yang menjalankan tugasnya secara administratif, tetapi kurang memiliki visi perjuangan untuk memajukan sekolah Muhammadiyah. Ia lebih fokus pada prosedur birokrasi daripada pengembangan karakter dan kualitas pendidikan. Alih-alih mendorong inovasi, ia cenderung mempertahankan rutinitas tanpa ada perubahan yang signifikan.

Kurangnya semangat dalam membangun sekolah menyebabkan minimnya partisipasi guru dan siswa, sehingga lingkungan belajar terasa stagnan dan kurang inspiratif. Tidak ada upaya konkret untuk meningkatkan kualitas akademik atau membangun sekolah sebagai pusat kaderisasi Muhammadiyah.

Selain itu, gaya kepemimpinannya yang pasif membuat sekolah kurang memiliki daya saing dan karakter Islami yang kuat. Ia tidak mengambil inisiatif untuk menjalin kerja sama dengan komunitas sekitar maupun organisasi Muhammadiyah yang lebih luas.

Akibatnya, potensi sekolah untuk berkembang menjadi lembaga pendidikan unggul berbasis Islam tidak terwujud. Banyak guru dan siswa merasa kurang mendapat arahan serta motivasi yang jelas dalam mengembangkan diri, sehingga sekolah tetap berada dalam zona nyaman tanpa ada dorongan untuk mencapai prestasi lebih tinggi.

Baca Juga:  Smamdela Siapkan Haflah Akhirissanah dengan Sentuhan Berbeda

Setelah semua peserta membaca narasi 2 kasus, mereka mengisi 6 pertanyaan di hp-nya masing-masing dengan durasi waktu yang sudah ditentukan. Setelah semua peserta mengisi, MC acara menunjuk peserta untuk membacakaan jawaban dari kasus yang dipilih dan soal yang sudah ditentukan.

Di dalam studi kasus tersebut, memuat pertanyaan:

  1. Apa dampak dari kepemimpinan kepala sekolah ini terhadap motivasi guru dan siswa dalam meningkatkan kualitas pendidikan?
  2. Bagaimana sikap kepala sekolah terhadap perubahan dan tantangan yang dihadapi sekolah? Apakah ia hanya menjadi “pemimpin pemimpi” tanpa aksi nyata?
  3. Apa saja kekurangan utama dalam kepemimpinannya jika dibandingkan dengan prinsip kader Muhammadiyah yang seharusnya dimiliki?
  4. Bagaimana pola komunikasi kepala sekolah ini dengan guru, siswa, dan masyarakat sekolah dalam mendorong semangat perubahan?
  5. Apa saja faktor yang menyebabkan kepemimpinannya gagal dalam menciptakan lingkungan sekolah yang progresif dan Islami?
  6. Jika ingin melakukan perubahan besar, apa langkah pertama yang perlu diambil untuk mengubah kepemimpinan kepala sekolah ini menjadi lebih baik?

“Bapak ibu, itu semua adalah studi kasus kepemimpinan sekolah Muhammadiyah. Masalah itu pasti kita alami bersama. Maka kita harus mampu mempraktikan teori kepemimpinan dengan baik dan benar,” tekannya ke peserta. (#)

Jurnalis Ichwan Arif.