Feature

Keteladanan Kepala Sekolah: Dakwah, Akhlak, dan Tantangan Zaman

266
×

Keteladanan Kepala Sekolah: Dakwah, Akhlak, dan Tantangan Zaman

Sebarkan artikel ini
Ketua PDM Gresik Muhammad Thoha Mahsun (Tagar.co/IchwanArif)

Ketua PDM Gresik Muhammad Thoha Mahsun mengingatkan kepala sekolah Muhammadiyah untuk menjaga roh dakwah, membentuk akhlak Asmaul Husna, dan menyiapkan strategi hadapi tantangan pendidikan baru.

Gresik — Rabu pagi, 23 April 2025, Hall Sang Pencerah Universitas Muhammadiyah Gresik dipenuhi semangat para kepala dan wakil kepala sekolah dari berbagai jenjang pendidikan Muhammadiyah di Kabupaten Gresik. Mereka hadir dalam acara Penguatan Ideologi Muhammadiyah, sebuah agenda penting yang diselenggarakan oleh Majelis Dikdasmen PNF PDM Gresik sebagai bentuk pembekalan ruhani dan ideologis bagi para pengelola amal usaha pendidikan.

Di tengah suasana yang hangat dan penuh khidmat, Ketua PDM Gresik, Muhammad Thoha Maksun, tampil menyampaikan pidato yang menggugah. Dengan nada bersahabat namun sarat ketegasan, ia menyampaikan apresiasi sekaligus amanat kepada para kepala sekolah yang selama ini menjadi ujung tombak dakwah Muhammadiyah melalui jalur pendidikan.

“Saya percaya 100 persen kepada ustaz-ustaz dan kepala sekolah yang telah diamanahi untuk memajukan sekolahnya masing-masing. Ini bukan sekadar tugas manajerial, ini bagian dari dakwah amar makruf nahi mungkar,” ujarnya membuka sambutan.

Baca Juga:  SDM Unggul dan Kemajuan Bangsa, Kuncinya Pendidikan

Dalam pesannya, Thoha menekankan pentingnya peran kepala sekolah sebagai figur teladan yang terus belajar dan berkembang. Menurutnya, seorang kepala sekolah seharusnya selalu selangkah lebih maju dibanding guru-guru lain, bukan hanya dalam hal teknis pendidikan, tetapi juga dalam pembinaan spiritual dan akhlak.

“Kepala sekolah harus melatih dan mempertajam rohani. Dekatkan diri kepada Allah, lalu turunkan nilai-nilai-Nya ke dalam kehidupan. Kalau kita benar-benar dekat dengan Allah, maka kasih sayang-Nya—Ar-Rahman, Ar-Rahim—harus menjadi akhlak kita,” katanya.

Ia mengingatkan bahwa Allah memiliki sifat Al-Wafi, yang berarti setia. Dan sebagai hamba, manusia seharusnya bisa membawa kesetiaan itu dalam interaksi sesama. “Setelah selesai ibadah, kita harus membawa turun sifat-sifat itu dalam diri kita, agar akhlak kita menjadi cerminan dari kedekatan kita kepada Allah,” tambahnya.

Namun, sambutan itu tidak hanya bicara soal rohani. Thoha juga menyentuh isu strategis di bidang pendidikan Gresik. Ia mengabarkan adanya rencana pembangunan sekolah besar dari jenjang SD hingga SMA di wilayah Sidowayah, yang telah mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah.

Baca Juga:  Tugas Mulia Kepala Sekolah Muhammadiyah: Menjadikan AIK sebagai Napas

“Waktu itu Pak Wakil Bupati mengatakan, ‘Ustaz Thoha, jangan khawatir dengan sekolah Muhammadiyah, kami tidak akan mengganggu.’ Tapi tetap, ketika sekolah besar berdiri di sekitar kita, pasti ada dampaknya. Maka kita harus siap. Harus bisa membuktikan bahwa sekolah Muhammadiyah tetap unggul,” tegasnya.

Ia melanjutkan bahwa pemerintah juga tengah berupaya mencari lahan seluas 10 hektare untuk sekolah unggulan yang direncanakan. Ada dua opsi lokasi: di Gresik Selatan dan di wilayah Panceng, yang sebagian merupakan tanah milik Perhutani. Situasi ini, katanya, harus menjadi bahan evaluasi dan perencanaan strategis bagi sekolah-sekolah Muhammadiyah.

Menjelang akhir sambutannya, Thoha mengajak para kepala sekolah untuk tidak hanya kuat dalam menyusun rencana dan program, tetapi juga kokoh dalam berserah diri kepada Allah.

“Perencanaan itu penting, tapi kadang kita lupa berdialog dengan Allah. Setelah kita susun semua rencana, jangan lupa bertawakal, minta pertolongan-Nya agar apa yang kita rancang benar-benar membawa manfaat untuk anak-anak kita dan umat,” katanya menutup dengan suara yang sarat kehangatan.

Baca Juga:  Cerita Lucu Masa Sekolah Iringi Reuni dan Halalbihalal Alumni Spemdalas

Sebelum benar-benar menutup, ia mengingatkan dengan gaya khasnya, “Tolong acara ini diikuti sampai selesai. Kalau ada yang pulang sebelum selesai tanpa alasan syar’i, hati-hati, dosa.” (#)

Jurnalis Ichwan Arif Penyunting Mohammad Nurfatoni