
Renungan produktivitas dan pentingnya salat terwujud di SMP Miosi. Kepala sekolah ajak calon alumni refleksi diri atas kecepatan salat dan mempersiapkan masa depan melalui berbagai program pengayaan.
Tagar.co — Suasana khidmat menyelimuti musala SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo (Miosi), Selasa (20/5/2025). Di hadapan para calon alumni, Kepala SMP Miosi, Moch Muqhir S.Ag., M.Pd, menyampaikan pesan-pesan mendalam. Muqhir menyentuh aspek spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
Ia membuka dengan pentingnya produktif dalam kehidupan. “Sudah tidak zamannya lagi setelah ujian tidur-tiduran di rumah. Siswa Miosi harus tetap produktif dalam beraktivitas! Termasuk hari ini, kalian mengikuti kegiatan pengayaan,” terangnya.
Menjelang pengumuman kelulusan, SMP Miosi memang tak lantas membiarkan siswanya berleha-leha. Berbagai kegiatan pengayaan pascasumatif akhir jenjang siap menjaga produktivitas siswa.
Program-program tersebut mencakup sosialisasi Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) SMA, penguatan fiqih, pembekalan dalam membuat proposal kehidupan, pelatihan content creator, conversation class, dan informatika.
Renungan Kecepatan Salat
Pesan paling menyentuh dari Muqhir datang saat ia mengajak siswa melakukan refleksi. Ia meminta siswa berpasangan dan bergantian membaca doa salat dari takbir hingga salam.
Stopwatch pun dia acungkan, mengukur seberapa cepat mereka menyelesaikan bacaan. Tanpa sadar, para siswa terpacu untuk beradu kecepatan. Lalu Muqhir berkeliling untuk mencatat menitnya.
Namun, Muqhir segera meluruskan pandangan tersebut. “Membaca doa salat harus dengan pemaknaan, tidak boleh tergesa-gesa,” tegasnya, sembari berkeliling mencatat durasi bacaan masing-masing siswa.
Ia kemudian meminta mereka merenungkan, “Apakah shalat kita selama ini terlalu cepat?”
Pesan ini bukan sekadar kritik, melainkan sebuah ajakan untuk introspeksi. Muqhir ingin menanamkan kesadaran, ibadah bukanlah sekadar rutinitas tanpa makna, melainkan sebuah dialog mendalam dengan Sang Pencipta. Karenanya, ini memerlukan kekhusyukan dan pemahaman.

Pentingnya Salat
Muqhir kemudian menjelaskan pentingnya salat. “Salat itu perintah langsung dari Allah. Bukti keimanan dan ketakwaan, komunikasi dengan Allah, menjaga kedekatan spiritual, mencegah perbuatan buruk, pembersih dosa, dan membangun disiplin ketertiban,” terangnya.
Ia juga mengungkap beberapa alasan orang meninggalkan salat. Yakni kurangnya pemahaman, lingkungan pergaulan, kesibukan duniawi, dan kemalasan atau kebiasaan buruk.
“Jadi salah satu faktor terbesar yakni lingkungan. Maka seseorang yang berteman dengan penjual minyak wangi akan ikutan wangi,” jelasnya.
Dia juga menjelaskan, cara pertaubatan orang yang pernah meninggalkan salah satu rukun Islam ini. Yaitu dengan cara tidak meninggalkannya kembali. Bisa juga dengan menambahkan amalan-amalan sunnah. Seperti memperbanyak salat Rawatib.
Dia mengutip QS. Maryam 59-60 yang artinya: “Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan salat dan memperturutkan nafsunya. Maka mereka kelak akan tersesat, kecuali orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dizalimi (dirugikan) sedikit pun.”
Akhirnya dia berpesan agar siswa tetap menjaga salat apapun keadaanya. “Hanya dua orang yang boleh tidak salat. Yang pertama gila. Yang kedua menstruasi dan nifas bagi wanita,” tegasnya.
Pria tersebut menutup sesi refleksi dengan pertanyaan menggelitik, “Jadi kalau wanita tidak salat berarti termasuk apa anak-anak? Kalau laki-laki tidak salat termasuk apa anak-anak?” (#)
Jurnalis Mahyuddin Syaifulloh Penyunting Sayyidah Nuriyah












