
Senja di Jimbaran menjadi saksi kebersamaan hangat keluarga K3S SD/MI Muhammadiyah Surabaya. Bukan sekadar wisata, tapi perjalanan hati yang menyulam cinta, tawa, dan semangat baru.
Tagar.co – Kamis sore, 29 Mei 2025. Matahari perlahan meluncur ke balik cakrawala, langit Jimbaran memerah seperti pipi mereka yang tertawa. Angin laut datang membawa bisikan rindu, menyapu lembut langkah rombongan keluarga besar Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) SD/MI Muhammadiyah Kota Surabaya yang baru saja tiba.
Setelah pagi hingga siang menikmati panorama megah Pantai Melasti, sore ini mereka tak hanya melanjutkan perjalanan wisata, tapi melanjutkan perjalanan hati. Family gathering (famghat) bukan cuma agenda kumpul-kumpul: ia adalah perayaan cinta. Cinta pada keluarga, cinta pada pekerjaan yang luhur, cinta pada kebersamaan.
Senja yang Merajut Kehangatan
Di Furama Seafood Cafe, sebuah kafe pinggir pantai yang terkenal dengan pesona senja dan sajian lautnya, rombongan berkumpul. Ada anak-anak yang berlarian di pasir, meninggalkan jejak-jejak kecil yang sebentar lagi akan dihapus ombak. Ada para ibu yang tertawa pelan sambil memandang anak dan suami. Ada para kepala sekolah yang untuk sesaat melupakan angka, laporan, target, dan administrasi.
Sambil menunggu sajian utama, hidangan pembuka datang: semangkuk sop jagung yang mengepul hangat, segelas sirup lemon yang dinginnya menyegarkan, kelapa muda yang sabar menanti untuk diseruput. Angin laut membelai wajah, dan senandung hati bergema seperti lirik lama yang tiba-tiba teringat:
Kemesraan ini … janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini … ingin kukenang selalu …

Cinta Tak Selalu Perlu Kata
Saat hidangan utama tiba, meja-meja penuh dengan kerang harum, udang bakar bumbu khas Bali, dan ikan kerapu yang tampak menggoda. Tidak ada yang membicarakan sekolah sore itu. Tidak ada yang membahas program kerja. Yang ada hanyalah tangan-tangan lapar yang saling berbagi, mata-mata yang saling memandang hangat, dan tawa yang pecah bersama suara anak-anak yang bermain pasir.
“Ini bukan hanya perjalanan rekreasi, tapi juga wisata hati,” ucap Dian Firsa sambil tersenyum, seolah mewakili suara hati semua yang hadir.
Laut bersenandung dalam desah,
saat tawa anak-anak pecah.
Cinta tak selalu harus terucap,
kadang cukup hadir dalam irisan lemon,
dalam udang yang dibagi bersama.
Bekal untuk Esok
Menjelang malam, langit mulai gelap. Satu per satu keluarga berdiri, meninggalkan pantai dengan senyum yang tetap tersisa. Tidak ada yang pulang dengan tangan kosong—semua membawa bekal kenangan.
Karena besok, ketika mereka kembali ke ruang kelas, mereka bukan hanya membawa pulang oleh-oleh dari Bali, tapi juga membawa semangat baru. Semangat bahwa guru yang bahagia akan mencetak generasi hebat. Semangat bahwa kemesraan kecil di pinggir pantai bisa mengisi ulang energi untuk tugas besar: mendidik anak bangsa dengan cinta.
Jimbaran malam itu bukan hanya tentang wisata. Ia adalah kisah tentang hati. (#)
Jurnalis M. Khoirul Anam Penyunting Mohammad Nurfatoni