Feature

Kemendikdasmen Dorong Lahirnya Ilmuwan Cilik lewat Eksperimen Menyenangkan

147
×

Kemendikdasmen Dorong Lahirnya Ilmuwan Cilik lewat Eksperimen Menyenangkan

Sebarkan artikel ini
Aksi Ilmuwan Cilik (Tangkapan layar YouTube PAUDPedia)

Dalam webinar “Aksi Ilmuwan Cilik”, Kemendikdasmen mengajak anak usia dini mengembangkan kemampuan berpikir kritis melalui eksperimen menyenangkan, mendorong lahirnya ilmuwan cilik yang kreatif dan inovatif sejak dini.

Tagar.co – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menggelar webinar bertajuk “Aksi Ilmuwan Cilik: Membangun Kemampuan Berpikir Ilmiah pada Anak Usia Dini melalui Kegiatan Bermain yang Menggembirakan”, Selasa (15/4/25).

Kegiatan yang merupakan bagian dari perayaan Hari Anak Nasional 2025 ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah pada anak usia dini. Dengan pendekatan berbasis bermain, acara ini juga diharapkan dapat menumbuhkan minat dan bakat anak dalam bidang Sains, Teknologi, Engineering, Seni, dan Matematika (STEAM), yang mendukung kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTs) mereka.

Baca juga: Ilmuwan Cilik Siap Tampil: Kemendikdasmen Gaungkan STEAM sejak Dini lewat Webinar Interaktif

Dalam sambutannya, Direktur Jenderal PAUD Dikdasmen, Gogot Suharwoto, menekankan pentingnya tiga kunci dalam membangun pembelajaran yang efektif dan mendalam (deep learning), yakni pembelajaran yang menggembirakan (joyful), bermakna (meaningful), dan penuh perhatian (mindful). Menurutnya, kunci ini sangat penting agar siswa dapat belajar secara optimal sesuai dengan perkembangan psikologis dan minatnya.

Baca Juga:  Kemendikdasmen Perkuat Bahasa Ibu sebagai Identitas Bangsa

“Setiap kegiatan yang dirancang untuk anak-anak, terutama anak PAUD, harus memastikan bahwa itu sesuai dengan bakat, potensi, dan perkembangan psikologis mereka,” tegasnya dalam webinar yang disiarkan melalui YouTube PAUDPedia.

Webinar ini juga dihadiri oleh beberapa tokoh penting, di antaranya Direktur PAUD, Nia Nurhasanah; Kepala Satuan TK Haraki Pre-School, Eka Nurmala Annisa; dan Dosen PGPAUD Universitas Negeri Jakarta, Azizah Muis.

Nia Nurhasanah menjelaskan bahwa rasa ingin tahu anak usia dini yang tinggi perlu terus diasah untuk membentuk karakter ilmuwan cilik. Pendekatan sains yang diterapkan pada anak-anak melibatkan proses mengamati objek, mencari tahu, dan menyampaikan pendapat berdasarkan pemikiran anak, yang dapat menumbuhkan sikap kritis dan ilmiah.

“Melalui kegiatan yang menyenangkan dan berbasis eksperimen, kita dapat menumbuhkan karakter ilmuwan cilik pada anak-anak, sekaligus mendukung mereka untuk menjadi calon inovator yang siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa,” ujar Nia.

Ilmuwan cilik perlu dikembangkan karena dapat menanamkan pemikiran inovatif sejak dini yang menjadi dasar bagi pengembangan kapasitas inovasi dan teknologi di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkenalkan konsep-konsep sains dan teknologi secara sederhana.

Baca Juga:  MUI Dukung Visi Kemendikdasmen "Pendidikan Bermutu untuk Semua"

“Pengenalan sains pada anak usia dini bukan semata-mata mempelajari konten, tetapi juga menumbuhkan sikap kritis, rasa ingin tahu, ketelitian, eksplorasi, serta berpikir teratur dan sistematis melalui eksperimen yang menyenangkan,” tambah Nia.

Dengan pendekatan yang menyenangkan dan berbasis eksperimen, anak-anak dibantu menjadi calon inovator yang siap berkontribusi pada kemajuan bangsa. Program ini diharapkan tidak hanya mendukung perkembangan kognitif anak, tetapi juga membentuk karakter dan kesadaran global mereka sejak dini.

Dalam paparannya, Eka Nurmala Annisa menjelaskan bahwa anak usia dini memiliki rasa ingin tahu alami yang perlu terus dikembangkan. Kegiatan pembelajaran harus dirancang dengan pendekatan sains, di mana anak-anak mengamati objek, mencari tahu, dan membuat pendapat berdasarkan pemikiran mereka sendiri. Proses ini tidak hanya menumbuhkan karakter ilmuwan cilik, tetapi juga sikap ilmiah seperti berpikir kritis, teliti, dan eksploratif.

Azizah Muis mengajak pendidik untuk mendokumentasikan praktik pembelajaran, baik dalam bentuk video maupun modul ajar yang sesuai dengan tema utama “Cintai Bumi Demi Masa Depan Indonesia Emas”.

Setiap satuan PAUD hanya diperbolehkan mengirimkan satu karya yang melibatkan peserta didik usia 3–6 tahun dan dilakukan minimal dalam lima kali pertemuan. Karya yang dikirim harus orisinal dan dilengkapi dengan dokumen administratif seperti surat pernyataan, persetujuan orang tua, serta identitas satuan PAUD. Pengumpulan karya dimulai pada 5–24 Mei 2025, dan karya terpilih akan mendapatkan penghargaan serta didaftarkan hak ciptanya oleh kementerian.

Baca Juga:  Akhirnya Punya Rumah: Haru Bahagia Guru Penerima Program Hunian

Melalui program ini, Kemendikdasmen berharap dapat membentuk generasi ilmuwan cilik yang tidak hanya memiliki kemampuan berpikir kritis, tetapi juga rasa ingin tahu yang tinggi, ketelitian, dan kemampuan berpikir sistematis. (#)