TelaahUtama

Jihad yang Relevan setelah Perang Melawan Penjajah

×

Jihad yang Relevan setelah Perang Melawan Penjajah

Sebarkan artikel ini
Jihad, apa maknanya? Dengan apa kita berjihad? Untuk apa jihad dilakukan? Perang melawan penjajah termasuk jihad? Jihad yang bagaimana setelah penjajah hengkang? Bagaimana balasan bagi para mujahid?
Berjihad untuk Indonesia (Ilustrasi freepik.com premium)

Jihad, apa maknanya? Dengan apa kita berjihad? Untuk apa jihad dilakukan? Perang melawan penjajah termasuk jihad? Jihad yang bagaimana setelah penjajah hengkang? Bagaimana balasan bagi para mujahid?

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).

Tagar.co – Kata jihad digunakan di dalam Al-Qur’an sebanyak empat kali, yaitu: At-Taubah/9:24: Al-Hajj/22:78; Al-Furgan/25:52; dan Al-Mumtahah/60:1. Penyebutan empat tersebut belum termasuk penyebutan derivat kata jihad. 

Jihad berasal dari kata jahd yang berarti usaha atau kekuatan. Secara istilah berarti bersungguh-sungguh mencurahkan segenap kemampuan untuk menegakkan kebenaran dan menentang kebatilan. 

Jihad, dengan demikian, tidak identik dengan perang. Beberapa ayat tentang jihad turun di Makkah, sebelum ada perintah perang (baca Al-Ankabut/29:6,69; Al-Hajj/22:78; An-Naml/16:110). Peperangan pertama—yang dikenal sebagai perang Badar—baru terjadi pada pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-3 Hijriyah. Perang, termasuk melawan penjajah,hanyalah salah satu wujud jihad. 

Baca juga: Syahadat, Proklamasi Kemerdekaan Seorang Muslim

Berjihad bisa dilakukan dengan harta dan anfus—totalitas diri (Asy-Shaff/61:11). Berjihad dengan anfus berarti mencurahkan nyawa, emosi, pengetahuan, tenaga, pikiran, dan waktu yang dimiliki. Rasulullah Saw bersabda, “Berjihadlah terhadap orang musyrik dengan harta, anfus, dan lisan kalian” (H.R. Ahmad dan Nasa’i). 

Jihad dilakukan untuk tegaknya agama Allah. Oleh karena itu, jihad mengandung risiko berhadapan dengan pihak-pihak yang hendak menghambat dan atau menghancurkan Islam. Secara eksplisit Al-Qur’an memerintahkan berjihad terhadap pihak kafir dan munafik (At-Taubah/9:73 dan At-Tahrim/66:9).

Baca Juga:  Ahli Kitab

Tetapi itu bukan pembatas, sebab Rasulullah Saw pun memerintahkan berjihad terhadap kalangan musyrik (H.R. Ahmad dan Nasa’i), bisa juga terhadap setan—sebagai musuh yang nyata (Al-Bagarah/2:168), atau penguasa. Untuk yang terakhir secara khusus Rasulullah Saw juga menjelaskan bahwa jihad yang paling utama adalah kalimat yang benar di hadapan penguasa yang zalim (HR Abu Ahmad dan Tirmidzi). 

Pentingnya Jihad

Pentingnya jihad bisa kita telaah dari penjelasan Allah dalam Al-Qur’an maupun Rasulullah Saw dalam Al-Hadis, seperti tersebut berikut ini:

“”Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu kuatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” (At-Taubah/9:24). 

Baca jugaUmat, Bukan Hanya untuk Menyebut Manusia dan Kaum Beriman

Ketika Rasulullah Saw ditanya tentang amal yang paling utama—seperti diriwayatkan dalam hadis Bukhari dan Muslim—beliau menjawab: iman kepada Allah dan rasul-Nya, setelah itu jihad di jalan Allah (fisabilillah) kemudian haji yang mabrur (Abdul Aziz bin Abdullah bin Haz, Risalah Fadlul Jihad wal Mujahidin). 

Kepada yang berjihad, Allah akan menunjukkan jalan-Nya (Al-Ankabut/29:69), mengampuni dosa-dosanya, memasukkan ke dalam Surga, tempat tinggal yang baik di Surga Adn, pertolongan Allah dan kemenangan dalam waktu yang dekat (Ash-Shaf/ 61:12-13). 

Indonesi kini, memang sudah lepas dari penjajahan secara fisik. Jihad dalam pengertian perang mengusir mereka telah selesai. Tapi bukan berarti berhenti berjihad, karena masih banyak ‘penjajahan’ model lain yang menimpa bangsa Indonesia. Maka berjihad dalam pengertian umum tetap harus dilakukan. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni