Jabatan, rezeki, kenikmatan, dan kebahagiaan tidak ada yang hilang. Hanya berpindah ke orang lain atau bentuk lain.
Opini oleh dr. Mohamad Isa
Tagar.co – Ada awal dan akhir dalam suatu siklus kehidupan. Demikian juga dalam jabatan.
Jabatan bisa dalam berbagai bentuk: politik, struktural, fungsional, dan jabatan-jabatan yang lain.
Khususnya saat ini menjelang perebutan secara serentak jabatan politik—gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, dan walikota/wakil walikota—dalam pemilihan kepala daerah tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Mereka berebut untuk menggapai suatu jabatan politik. Dengan segala upaya berupa pikiran, waktu, tenaga, perasaan, maupun dana. Bahkan di beberapa daerah, ada inovasi yang spektakuler dilakukan para kandidat calon pimpinan daerah.
Apa yang Kita Cari?
Di saat yang lain ada pejabat yang mengakhiri jabatan. Ada yang tuntas di dalam masa jabatan. Ada pula yang berhenti di tengah masa jabatan, baik selesai secara tidak hormat maupun terhormat. Ada yang karena sakit maupun mengundurkan diri.
Penulis, alhamdulillah, telah selesai menjalankan tugas sebagai Ketua Program Studi Spesialis Paru Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, yang diawali tahun 2016 dan diakhiri tahun 2024.
Rasa bahagia telah selesai menjalankan tugas, bersamaan dengan serah terima dengan ketua program studi yang baru.
Para pensiunan PNS/ASN, juga telah mengakhiri jabatan sebagai PNS/ASN. Setelah mengawali dengan SK sebagai PNS/ASN, dan mengakhiri dengan SK pensiun dan kartu pensiun.
Penulis juga telah mengakhiri jabatan fungsional menjadi pensiunan PNS/ASN, setelah bekerja selama 34 tahun, dengan mendapatkan Satyalancana Karya Satya 30 Tahun (warna emas).
Dianugerahkan kepada PNS, sebagai penghargaan atas dedikasinya yang dalam melaksanakan tugasnya telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, dan kedisiplinan serta telah bekerja terus menerus , tanpa cacat selama 30 tahun. Penghargaan ini merupakan kebahagiaan dan kebanggaan sebagai PNS/ASN.
Setelah pensiun tentulah ada yang hilang atau berkurang dalam keuangan atau previlage sebagai ASN. Pada hakikatnya tidak ada yang hilang, tapi berpindah atau berubah ke tempat lain atau ke bentuk lain.
Dalam Ilmu Kimia dikenal dengan “Hukum Kekekalan Massa Lavoiser” yang diformulasikan oleh Antoine Lavoisier pada tahun 1789.
Bunyinya: Massa total zat sebelum reaksi sama dengan massa total setelah zat reaksi.
Di alam ini tidak ada yang hilang tapi berubah bentuk atau tempat. Seperti air jadi uap, uap jadi awan dan awan jadi hujan, hujan turun jadi air lagi.
Demikian juga masalah rejeki, jabatan, kenikmatan, kebahagiaan tidak ada yang hilang, hanya berpindah ke orang lain atau bentuk lain.
Mulai awal sampai akhir suatu jabatan, ada yang disebut dengan proses pekerjaaan. Di sinilah dinamika yang harus dihadapi, ada dinamika positip maupun negatif.
Dua Falsafah Jawa
Dalam menjalani kehidupan ada falsafah Jawa yang dikenal dengan: Hidup gak neko–neko artinya hidup yang mengalir.
Sareh, Sumeh, Sumeleh artinya sabar, senyum, ikhlas/tawakal.
Dua falsafah ini, perlu direnungkan dan dikerjakan, agar dalam menjalani kehidupan dan akhir kehidupan bisa happy ending.
Akhir dari suatu jabatan, akan didapatkan kesan dari yang dipimpin. Kesan baik dan buruk tergantung dari proses kehidupan.
Ada jabatan yang tidak kalah penting, yaitu jabatan kehidupan. Jabatan dimulai dari saat bayi lahir dengan tangisan bayi dan senyum keluarga. Lalu di akhir kehidupan ditandai dengan tangisan dari keluarga yang ditinggalkan. Dalam akhir kehidupan, diharapkan dengan cara yang baik dan husnul khatimah.
Semua orang punya tanggung jawab mengisi kehidupan. Isi dengan hal yang baik akan menjadi modal untuk akhir kehidupan.
Sebagai penutup pepatah mengatakan:
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.
Seorang manusia terutama diingat jasa-jasanya atau kesalahan-kesalahannya. Perbuatannya ini, baik maupun buruk akan tetap dikenal meskipun seseorang sudah mati.
Nama baik itu lebih berharga daripada harta, karena di saat orang wafat, nama baiklah yang dikenang.
Jika kehidupannya buruk, nama buruk atau belangnya yang terlihat atau terungkap pada saat kematian.
Di saat hidup, manusia bisa saja menyembunyikan perbuatan baik atau buruk. (#)
Banjarmasin, 16 Nopember 2024.