Telaah

Istikamah, Ganjaran bagi yang Teguh Pendirian

×

Istikamah, Ganjaran bagi yang Teguh Pendirian

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi AI

Apa makna istikamah? Bagaimana pengunaan kata istikamah dalam Al-Qur’an? Siapakah sosok yang sahabat yang istikamah? Apa ganjaran bagi orang yang istikamah?

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM). 

Tagar.co – Istikamah berasal dari kata qama yang artinya berdiri. Istikamah menggambarkan keadaan seseorang yang teguh pendirian, tidak condong ke kanan dan ke kiri, dan tetap lurus pada keyakinannya.

Istikamah digunakan Al-Qur’an dalam kata kerja bentuk lampau (fiil madi), kata kerja bentuk sedang/akan datang (fiil mudari‘), dan kata kerja bentuk perintah (fiil amar).

Baca juga: Sedekah Tidak Harus Berupa Harta

Dalam bentuk fiil madi digunakan sebanyak empat kali, yaitu: At-Taubah/9:7, Fushshilat/41:30; Al-Ahqaf/46:13, dan Jin/72:16.

Salah satu ayat tersebut adalah “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami adalah Allah” kemudian beristikamah, maka malaikat akan turun kepada mereka: ‘Janganlah kamu merasa takut dan jangan bersedih, dan bergembiralah dengan surga yang dijanjikan Allah kepadamu.'” (Fushshilat/41:30).

Dalam bentuk fi’il mudari’ hanya digunakan sekali, yaitu dalam surat At-Takwir/81:28: “Al-Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam, bagi siapa diantara kamu yang ingin beristikamah”.

Dalam bentuk fi’il amar digunakan sebanyak lima kali, yaitu dalam surat: Hud/11:112, Asy-Syura/42:15, Yunus/10:89; At-taubah/9:7, dan Fushshilat/41:6. Salah satu kitipan yang perlu saya sampaikan adalah, “… diwahyukan kepada kamu bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, beristikamahlah padanya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (Fushshilat/41:6).

Baca Juga:  Syarat Dibolehkan Tayamum dan Tata Caranya sesuai Al-Quran dan As-Sunah

Sosok Istikamah

Ketika Abu Amr Sufyan bin Abdullah meminta kepada Nabi Saw agar diberi pelajaran tentang Islam yang (dengan jawaban itu) tidak akan ditanyakan Iagi kepada orang lain, Nabi Saw bersabda: “Katakanlah aku beriman kepada Allah, kemudian beristikamahlah!”

“Peragaan” keistikamahan telah diperlihatkan oleh sahabat Bilal bin Rabbah. Ketika majikannya mengetahui bahwa dia masuk lslam, majikannya menggeret Bilal ke tengah padang pasir yang panas dan menindihnya dengan batu. Saat itu Bilal disuruh menyebut Lata dan Uzza, tetapi yang keluar dari lisan Bilal adalah “Ahad… ahad”.

Istikamah berpangkal pada dua hal, yaitu iman yang benar dan mengikuti ajaran Rasulullah Saw. Iman tanpa istikamah tidak sempurna, sebaliknya istikamah tanpa didasari iman berarti batil (Husaini A. Majid Hasyim, Syarah Radhus Shalihin, Pustaka Islam).

Siapa yang memiliki keduanya—iman dan istikamah—akan mendapat rezeki yang banyak (AI-Jin/76:16). Selain itu akan dikuatkan Allah dengan diberinya pertolongan dan ditemani malaikat, serta kelak ditempatkan di surga (Fushshilat/41:30).

Orang yang istikamah selalu tegak berdiri dalam menghadapi segala cobaan; baik cobaan yang mengandung risiko (kemiskinan, celaan, dan siksaan) maupun cobaan yang bersifat melalaikan [harta, tahta, dan wanita (juga pria)].

Karena Allah dan Rasul-Nya telah memerintahkan, berarti kita diharuskan untuk beristikamah. lnsyaallah bisa! (#)

Penyuting Mohammad Nurfatoni