Apa yang dimaksud istiazah? Kapan kita beristiazah? Bagaimana lafal istiazah?
Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).
Tagar.co – Istilah istiazah artinya permintaan perlindungan. Kata istiazah sendiri tidak ditemui dalam Al-Qur’an, namun perintah untuk meminta perlindungan kepada Allah didapati paling sedikit sebanyak 4 kali, yaitu dalam surat Al-Araf/7:200; An-Nahl/16:98; Al-Mu’min/40:56; dan Fushilat/41:36.
Kapan Beristiazah
Berikut ini situasi-situasi yang menyebabkan kita diperintah beristiazah:
a. Ketika Membaca Al-Qur’an
“Apabila kamu membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”. (An-Nahal/16:98).
Dilihat dari penggunaan kata iza qara’ta (jika kamu telah membaca), perintah beristiazah itu berlaku setelah membaca Al-Qur’an.
Namun jumhur ulama menerjemahkan, “Jika kamu akan membaca Al-Quran”, sehingga istiazah dilakukan sebelum membaca Al-Qur’an. Penerjemahan bentuk lampau menjadi bentuk akan ini juga terjadi pada kalimat, “iza kuntum ilas salati“, yang diterjemahkan, “jika kamu akan melakukan shalat”. (lihat Al-Maidah/5:60).
b. Berhadapan dengan Orang yang Memperdebatkan (untuk Diingkari) Ayat-Syat Allah.
“Sesungguhnya orang-orang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka, tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Al-Mukmin/40:56).
c. Diganggu Setan
“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. ” (Fushilat/41:36; lihat juga Al-Araf/7:200).
Baca juga: Perbedaan Lausyaallah dengan Insyaallah
Contoh Kalimat Istiazah
a. Al-Mukminun/23:97-98
“Katakanlah, ‘Rabbi auzu bika min hamazati syayathin wa a’uddzu bika rabbi an yahdurun‘ (Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari gangguan setan dan aku berlindung kepada-Mu dari kedatangan mereka kepadaku)”
b. Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim
Dari Sulaiman bin Shurad ia berkata: Ketika saya sedang duduk bersama Nabi Saw dua orang lelaki saling mencaci. Salah satu dari keduanya telah memerah wajahnya dan bercucuran keringatnya.
Maka Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimat yang apabila ia ucapkan, niscaya hilanglah apa yang sedang dialaminya (kemarahan). Kalau ia mengucap A’uzu billahi minas syathani rajim‘ (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk), maka akan hilang dari padanya apa yang sedang ia dapati (kemarahan).”
c. Dari Abi Sa’id Al Khudriy berkata: adalah Rasulullah SAW jika bangun malam memulai shalatnya dengan takbir kemudian membaca `Subhanakallahumma wabihamdika watabarakasmuka wata’ala jadduka wa la ilaha ghairuka’ kemudian berkata ‘la ilaha illaallah’ (3x) kemudian berkata ‘A’udzu billahis sami’il ‘alim minas syaithanir rajim min hamzihi wa nafkhihi wa naftsihi’ (Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari gangguan syaithan yang terkutuk dari tusukannya, bisikan tipuannya, dan tipuan-tipuannya)” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir).
Saat ini setan, baik dari kalangan jin dan kalangan manusia, berkeliaran di sekitar kita. Penampakan mereka menyenangkan orang yang memandangnya, padahal mereka bertujuan menyesatkan manusia. Jika kemaksiatan sudah terasa nyaman di mata kita, segeralah ber-istiazah! (#)
Pentunting Mohammad Nurfatoni