Telaah

Ikhtilaf, Melihat Perbedaan Pendapat para Sahabat Nabi

×

Ikhtilaf, Melihat Perbedaan Pendapat para Sahabat Nabi

Sebarkan artikel ini
Ikhtilaf, bagaimana sahabat menghadapi perbedaan pendapat yang terjadi di antara mereka? Apa pelajaran yang bisa diambil dari perbedaan pendapat sahabat Rasulullah SAW?
Ikhtilaf (Ilustrasi freepik.com premium)

Ikhtilaf, bagaimana sahabat menghadapi perbedaan pendapat yang terjadi di antara mereka? Apa pelajaran yang bisa diambil dari perbedaan pendapat sahabat Rasulullah SAW?

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).

Tagar.co – Perbedaan pendapat di antara para sahabat sudah terjadi sejak pada masa Rasulullah SAW, perbedaan pendapat ini terjadi pula pada masa Khalifah Abu Bakar. Berikut ini beberapa perbedaan di antara dua sahabat:

Abu Bakar dan Umar

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (At-Taubah/9:103)

Sepeninggal Rasulullah ada sebagian umat Islam yang enggan untuk mengeluarkan zakat, kepada mereka yang enggan mengeluarkan zakat ini terjadi perbedaan pendapat antara Abu Bakar dengan Umar dalam menyikapinya. Abu Bakar menghendaki sikap yang tegas atas mereka, sementara Umar menghendaki cara yang lemah lembut.

Baca juga: Alhamdulillah, Kewajiban Hamba Memuji Tuhan

  • Abu Bakar, ’Demi Allah sekiranya mereka tidak mau menyerahkan kepadaku sekalipun hanya seekor anak kambing, tentu akan aku perangi mereka’
  • Umar, ’Bagaimana Engkau memerangi mereka padahal Rasulullah SAW telah bersabda, ’Saya diperintahkan untuk memerangi manusia, hingga mereka mengucapkan lailaha illallah. Barangsiapa yang mengucapkannya maka terpeliharalah dariku jiwa dan hartanya, kecuali dengan hak, dan cukup perhitungannya kita serahkan kepada Allah.’
  • Abu Bakar, ’Sesungguhnya zakat adalah hak harta dan untuk itu kita berhak memerangi kaum murtad.’ Selanjutnya berseru kepada Umar, ’Saya senantiasa mengharapkan bantuanmu, mengapa justru engkau menentang dan enggan membantuku? Apakah Engkau hanya perkasa di jaman jahiliah saja dan menjadi pengecut di jaman Islam?’
  • Umar, ’Saya memahami bahwa Allah telah membuka dada Abu Bakar untuk berperang sehingga sadarlah saya bahwa dia itu benar.’
Baca Juga:  Alhamdulillah, Kewajiban Hamba Memuji Tuhan

Umar dan Abdullah bin Mas’ud

Perbedaan antara Umar dengan Abdullah bin Mas’ud relatif banyak. Salah satu di antaranya tentang perkataan seorang suami kepada isterinya, ’Kamu haram bagiku.’ Abdullah bin Mas’ud mangkategorikan kalimat itu sebagai sumpah, sementara Umar mengkategorikan jatuhnya talak satu si suami kepada istrinya. Walaupun mereka sering berbeda pendapat, namun mereka saling menghargai.

Baca jugaFahisyah, Perbuatan Keji yang Dikutuk di Al-Qur’an

Suatu saat  Abdullah bin Mas’ud berkata tentang Umar, ’Sekiranya ilmu Umar diletakkan pada salah satu daun timbangan dan ilmu manusia seluruhnya pada daun timbangan lainnya, masih lebih berat ilmu umar’. Pada suatu saat ketika umar melihat Abdullah bin Abbas dari kejauhan, Umar berkata, ’Sungguh ia terpelihara oleh kefakihan dan ilmunya.’

Berbeda dalam pemahaman memang sangat dimungkinkan terjadi, tetapi pada tataran aplikasi salah satu dari pemahaman itu harus ditegakkan. Pemahaman itu dipilih yang paling sesuai dengan syariat, selanjutnya disepakati oleh jumhur ulama. Sahabat telah memberikan contoh yang baik ketika berbeda pendapat, bukankah kita juga bisa meneladaninya? (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni