Opini

Hidup Berhati-hati Menuju Perjumpaan yang Hakiki

276
×

Hidup Berhati-hati Menuju Perjumpaan yang Hakiki

Sebarkan artikel ini
Iluastrasi freepik.com premium

Bisakah bertemu Allah. Bisa, bila kita nanti dianggap pantas sebagai tamu-Nya, menghadap wajah-Nya. Adapun cara bagi yang menginginkan bertemu dengan Allah, adalah dengan menjalankan syariat-Nya.

Hidup Berhati-hati Menuju Perjumpaan yang Hakiki; Oleh Anisah Machmudah, dokter gigi tinggal di Gresik

Tagar.co – Ketahuilah, bahwa setiap diri kita haruslah berharap akan bertemu Allah nanti. Ini suatu nikmat yang amat besar, bertemu Zat Yang Maha Besar. Berjumpa Pencipta langit dan bumi. Bersua Penguasa atas seluruh mahluk, besar dan kecil termasuk diri kita yang bernama manusia.

Mari bandingkan! Bertemu tokoh panutan saja bahagianya selangit. Diundang Raja Brunei Darussalam saja, misalnya, persiapan bisa berbulan-bulan. Lalu, bagaimana jika diminta bertemu Allah?

Ketat Berhitung

Bagaimana dengan undangan dari Allah, Tuhan Penguasa Seluruh Alam? Mestinya, persiapan harus kita lakukan seumur hidup.

Bisakah bertemu Allah. Bisa, bila kita nanti dianggap pantas sebagai tamu-Nya, menghadap wajah-Nya. Adapun cara bagi yang menginginkan bertemu dengan Allah, adalah dengan menjalankan syariat-Nya.

Sebaliknya, celakalah mereka yang tidak menginginkan pertemuan dengan Allah. Mereka adalah yang puas dengan kehidupan dunia dan merasa tenteram dengannya. Mereka bahagia hidup di dunia dengan segala kesenangan dan kemewahan yang dimilikinya.

Baca Juga:  Pesantren Al-Amien dan Aroma Gontor di Madura

Mereka orientasinya hanya dunia. Mereka peroleh harta bendanya dengan segala cara, asal dirinya berkelimpahan. Orang di sekitar tak menjadi pikiran mereka. ”Hidup mewah dan senang, cukup. Keluarga tak kekurangan, itulah kepuasan,” demikian prinsip hidup mereka.

Kita harus berhati-hati. Perasaan bahwa tak ada yang perlu diindahkan, amat berbahaya. Rasa tak ingin berbagi, sikap tak merasa diawasi, pandangan tak ada yang harus dipertanggung-jawabkan, amat riskan. Hal itu akan berbuah sesal di kemudian hari. Hal ini, karena kita milik Allah dan kepada-Nya kita nanti kembali.

Baca juga: Allah Menciptakan Alam Semesta dari Diri-Nya Sendiri?

Hal yang sangat harus kita perhatikan sejak awal, bahwa perbuatan kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Bagaimana diri kita bersikap setiap detik, bagaimana harta kita peroleh dan bagaimana membelanjakannya. Tak sedetikpun yang tak terekam.

Allah punya bala tentara, di antaranya adalah Malaikat Raqib dan Atid yang senantiasa mencatat. Ingatlah anakku, kelak kita akan melihat segala perbuatan kita. Sekecil apapun, kita akan melihat akibatnya. Berhati-hatilah!

Baca Juga:  Cara Mendidik Anak agar Nanti Sesurga

Allah akan memberi petunjuk bila kita beriman dan mengerjakan perbuatan yang baik-baik. Misalnya, menolong orang, tak menyia-nyiakan waktu karena meski hanya sedetik atau dua detik akan ditimbang amalnya. Sungguh, kita butuh selalu kehati-hatian.

Baca, Bacalah!

Ingin surga, pasti! Caranya, senantiasa berhati-hati. Buatlah Allah suka dengan iman dan amal kita yang baik-baik. Bermanfaatlah untuk orang lain. Senantiasalah lisan ini berdzikir “Subhanallah”, Maha Suci Allah.

Apabila berdoa, tutuplah dengan kalimat “Alhamdulillahi Robbil Aalamiin”. Insya Allah, kelak Malaikat akan menyambut dengan segala hormat: “Salam untukmu, wahai hamba Allah yang dirindukan”. Silakan, baca Yunus: 7 -10.

Subhanallah! Alhamdulillah! Allahu Akbar! (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Opini

Presiden Prabowo mengucapkan “ndasmu” tiga kali dalam orasi…