Haidar tampil membacakan Al-Quran dengan tenang di acara Mugeb Impressive Achievement. Siswa penghafal 3 Juz Al-Quran itu cermin kolaborasi apik antara sekolah dengan orang tua.
Tagar.co – Dengan tenang Haidar menuju podium meski musik instrumental yang diputar operator bergemuruh mengiringi langkah-langkahnya. Mengenakan setelan jas hitam berwarna senada dengan kopiah yang ia kenakan, Haidar tampak berwibawa.
Sementara videotron raksasa menampilkan fotonya dalam penampilan yang berbeda: memakai seragam merah putih dan berpeci hitam. Hanya pose tangan kanannya yang sama, membawa mushaf Al-Qur’an.
Tepat pukul 07.35 WIB, pemilik nama lengkap Haidar Azfar Abdurahman itu mengucapkan salam. Setelah itu, ia menarik napas panjang lalu membaca taawuz “a`ūdzu billāhi minasy-syaitānir-rajīmi”—doa perlindungan kepada Allah dari gangguan setan itu dia lafalkan dengan lirih.
Baca juga: Jadi Sekolah Produktif di Masa Liburan
Tarikan napas panjang berikutnya mengantarkan Haidar membaca basmalah. Kemudian dua tarikan napas ia ambil lagi sebelum membaca dengan indah Surat An-Nisa’ Ayat 77.
Bendera Palestina beberapa kali muncul di layar LED berukuran 9×3 meter itu, bersanding dengan namanya, selama 5,5 menit saat Haidar membaca ayat suci tersebut dengan irama Hijaz.
Haidar bukan sedang membaca ayat suci di tengah aksi solidaritas Palestina melainkan menunaikan kepercayaan sekolahnya, SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik (Mugeb School).
Dia bertugas melantunkan tilawah di acara Mugeb Impressive Achievement (MIA) Ke-24, sebuah puncak acara bagi 120 siswa kelas VI, Rabu (26/6/2024).
Ada 400 pasang mata yang menyaksikannya. Mulai dari kepala sekolah, tamu undangan, guru, siswa kelas VI, dan orang tua, atau wali siswa kelas VI yang hadir di Ballroom Aston Gresik Hotel and Conference Center.
Menurut Kepala Mugeb School Mochammad Nor Qomari, S.Si., bendera Palestina sengaja dikibarkan secara online di videotron untuk menunjukkan dukungan terhadap Palestina.
Tilawah Berjalan Mulus
Tilawah siswa Kelas V Civil Mugeb School itu berjalan mulus. Dari balik panggung, salah satu guru pembinanya Syaiful Rizal, S.Pd. langsung menghela napas panjang. Lega. Hanya, menurutnya, intonasi atau cengkoknya ada yang kurang.
Pasalnya, ketika Haidar gladi bersih, kata Ustaz Rizal, sapaannya, menyadari ada teknik pengambilan napas yang kurang tepat. Padahal napas dilarang putus tidak pada tempat berhenti membaca. Alias mencuri napas ketika membaca.
Ini bukan kali pertama Haidar ditunjuk sekolah untuk tilawah atau membaca Al-Quran di awal acara. Menurut Rizal tilawah di awal acara sekolah ramah anak itu bagaikan atap pada rumah. Sebab membuka forum dengan pembacaan Al-Qur’an hukumnya mubah.
Imam al-Khatib al-Baghdadi, dalam kitab Al-Faqih wal Mutafaqqih meriwayatkan, jika para sahabat duduk-duduk, mereka membuka majelis mereka dengan pembacaan beberapa ayat dari Al-Qur’an.
“Riwayat ini ada di Al-Faqih wal Mutafaqqih dan buku yang lain dengan sanad yang sahih. Ini berarti menghidupkan salah satu sunah para Sahabat Nabi untuk mengharap rahmat dan keberkahan dari Allah SWT,” jelas Ustaz Rizal.
Baca juga: Karakter Literasi Guru, Semoga Baik-Baik Saja
Ayat tersebut sengaja dipilih karena mencerminkan temanya, yakni Present to Outstanding and Religious (Our) Generation. “Mugeb School berupaya mendidik generasi pemenang masa depan hingga unggul di bidang agama. Menjadi pribadi bertakwa dan terus mendirikan salat maupun berzakat,” terang dia.
Bagi Haidar, kenangan istimewa melekat pada ayat tersebut. Ayat itulah yang mengantarkannya meraih harapan II pada lomba Musabaqah Hifzil Qur’an (MHQ) 1 Juz. Yakni pada ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) XXXI Kabupaten Gresik di Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur pada 11 Mei 2024 lalu.
Pada lomba itu, ia meraih nilai MTQ tertinggi. Pun tidak ada kesalahan pada tahfiznya. Hanya saja ia hanya membawakan satu lagu, yakni Jiharqah. Padahal sebenarnya ia juga menguasai dua lagu lainnya, Hijaz dan Rash.
Karakter Positif
Berkali-kali Haidar mendapat kesempatan melantunkan tilawah di hadapan banyak orang ternyata memberikan dampak positif terhadap karakternya. Sebelum acara, yakni saat gladi kotor pada Jumat (21/6/2024), Haidar sempat malu tampil di hadapan kakak kelas. Namun saat gladi bersih, dia sudah merasa lebih santai dan tenang.
Setelah melihat hasil rekaman langsung di kanal YouTube SD Muhammadiyah 1 GKB, dia justru semakin percaya diri dan bangga. Sebab, ia sudah dipercaya mengisi acara untuk kakak kelasnya.
Siswa berusia 11 tahun 7 bulan itu mengaku sempat grogi ketika berlangsung parade kakak masuk ruang di awal acara. “Saya sempat deg-degan,” ungkap siswa yang punka hobi bersepeda dan membaca itu.
Tapi ia bangga dengan tugas ini, “Perasaanku senang dan bangga ditunjuk membacakan Al-Quran sehingga bisa ikut berpartisipasi dalam acara wisuda kakak-kakak kelas VI.”
Antun Wijayati, sang bunda, meyakini semua itu juga tak terlepas dari motivasi dan bimbingan dari ustaz-ustazah. Ia mengucapkan banyak terima kasih untuk amanah, motivasi, bimbingan, dan kesabaran para guru. “Alhamdulillah, Haidar saat ini bisa lebih percaya diri dan konsisten,” ungkapnya.
Dia berharap, membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar ini bisa menjadi kebiasaan yang baik dan terbawa sampai kapan pun. Di sisi lain, Antun bersyukur, putranya terus konsisten menjalankan pembiasaan ibadah selama liburan sekolah ini.
Baca juga: Pedoman Menulis Opini supaya Menembus Media Bergengsi
Antun berkisah setelah salat Magrib dan Subuh, Haidar selalu mengaji, baik tadarus maupun murajaah. Ia juga tetap berlatih qiraah. “Sesuai maqra’ yang sudah dia kuasai secara bergantian. Alhamdulillah, tetap berjalan,” imbuh wanita yang selalu semangat mengantarkan anaknya ke sekolah maupun acara yang sekolah selenggarakan seperti MIA ini.
Konsisten melakukan pembiasaan ibadah ini tak ujuk-ujuk tertanam pada diri Haidar. Orang tuanya sudah memberi bekal sejak sebelum Haidar masuk jenjang sekolah dasar. Ketika berusia tiga tahun, Haidar sudah belajar tajwid di taman pendidikan Al-Quran (TPQ).
“Dia waktu itu suka ganggu anak-anak TPQ. Daripada ganggu, saya TPQ-kan,” tutur Antun.
Tak hanya itu, ayahnya turut berperan penting dalam kemampuan mengajinya. “Abi sering browsing irama Jiharkah. Dikasih tahu abinya, coba dengarkan, tirukan,” ujarnya. Abi adalah panggilan lain untuk ayah.
Antun dan suaminya mulai mengajak menghafal Al-Qur’an Juz 30 sejak Haidar kelas I SD. Kelas II sempat terhenti karena ada serangan Covid-19. Belajar secara daring sempat membuatnya kecanduan ponsel. Antun tak bisa melarang Haidar kecil karena saat itu pun teman-temannya juga intensif menjalin komunikasi maupun bermain pakai ponsel.
Hafalannya berlanjut ketika menginjak setelah pandemi pergi. Kelas III sudah khatmil Al-Qur’an. Di kelas V, Haidar menuntaskan hafalan juz 29. Lagi-lagi, Antun berterima kasih kepada pihak sekolah.
“Alhamdulillah. Saya pribadi dari kemampuan hafalan gak punya. Tadarus saja pokoknya. Saya semangati. Adanya tahfiz pagi di sekolah saya senang. Jadi semakin terkontrol hafalannya setiap pagi. Menambah hafalan meski ayat per ayat,” kenang Antun.
Baca juga: Bikin Cerpen yang wow, Praktikkan Langkah Ini
Dengan berbagai lomba yang Haidar ikuti selama sekolah di Mugeb School, Haidar jadi banyak kenal juri. Apalagi dia rajin salat di Masjid Al-Jabbar Perumahan Alam Bukit Raya, Gresik.
“Itu kan imamnya bergiliran. Ada Ustaz Amar, Ustaz Adi Mustofa. Kalau Haidar salat, dia mendekat ke ustaz untuk bersalaman. Sama imam yang biasa jadi juri lomba pada kenal,” terang wanita yang bekerja di Polres Gresik itu.
Dari sini, Antun makin bersyukur Mugeb School memfasilitasi murajaah hafalan. Juga menempa mental juara lewat lomba.
Meski sudah ikut ekstrakurikuler qiraah di sekolah bersama Siti Romlah, Antun dan suami tak hanya pasrah pada sekolah. Keduanya totalitas mendukung Haidar agar bisa membaca Al-Qur’an dengan benar dan indah. Usai Magrib, Haidar les qiraah.
Ke depan, Antun berharap snaknya bisa menuntaskan hafalan 1 juz yakni juz 28 lagi sebelum lulus. “Itu persembahan terbaik untuk Umi dan Abi,” ujarnya. (#)
Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni