Feature

Guru-Guru di Gresik Belajar Bikin Video Pembelajaran, Narasumbernya Sarungan!

381
×

Guru-Guru di Gresik Belajar Bikin Video Pembelajaran, Narasumbernya Sarungan!

Sebarkan artikel ini
Akhmad Sutikhon memberi penghargaan hasil video terbaik kepada Febria Zela Syabilla (Tagar.co/Nurkhan)

Penampilan Akhmad Sutikhon hari itu cukup mencuri perhatian. Dengan kepala plontos, mengenakan baju koko cokelat muda berlengan panjang, dan sarung batik hitam, ia tampil beda dari biasanya, saat menyampaikan materi videografi.

Tagar.co – Kamis (9/1/2025) menjadi hari yang istimewa bagi para guru MI Muhammadiyah 2 (MI Mutwo) Campurejo, Panceng, Gresik. Musala madrasah yang biasanya menjadi tempat ibadah, hari itu disulap menjadi ruang pelatihan videografi yang penuh semangat.

Di tengah ruangan bernuansa putih, hadir sosok inspiratif, Akhmad Sutikhon, anggota Majelis Pustaka dan Informasi Digital (MPID) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik, sekaligus founder kabargresik.com.

Kedatangan Sutikhon disambut antusias oleh para guru dari empat lembaga pendidikan, yakni MI Mutwo Campurejo, TK Aisyiyah 02 Campurejo, SMP Muhammadiyah 13, dan SMA Manarul Qur’an Boarding School Paciran Lamongan. Mereka berkumpul untuk menimba ilmu tentang seni membuat konten video yang menarik dan efektif.

Baca juga: Siswa dan Wali Siswa MI Mutwo Senam Bugar Muhammadiyah

Penampilan Sutikhon hari itu cukup mencuri perhatian. Dengan kepala plontos, mengenakan baju koko cokelat muda berlengan panjang dan sarung batik hitam, ia tampil beda dari biasanya. Sontak, celetukan bernada canda dari salah satu peserta menggema, “Pak, baru pulang dari haji ya?” Ruangan pun dipenuhi tawa renyah.

Baca Juga:  Perlawanan di Tepi Senja

Dengan senyum khasnya, Sutikhon menanggapi, “Sejak dulu saya belum pernah memakai sarung, baru hari ini saya memakainya. Salat Jumat saja, saya biasanya pakai celana panjang.”

Ia kemudian melanjutkan, “Hari ini saya sengaja pakai sarung dan baju koko supaya berbeda, agar Bapak, Ibu, dan adik-adik di sini bertanya-tanya. Sama seperti membuat video—kalau ingin dilihat orang, buatlah sesuatu yang berbeda dan menarik perhatian.”

Akhmad Sutikhon memberikan pelatihan pembuatan video pembelajaran (Tagar.co/Nurkhan)

Bukan soal Alat, tapi Kreativitas dan Cerita

Kalimat pembuka tersebut menjadi gerbang menuju sesi pelatihan yang interaktif dan penuh inspirasi. Sutikhon menekankan, membuat video menarik tak melulu soal peralatan canggih. “Kita tidak perlu peralatan mahal untuk menghasilkan video bagus,” tegasnya, “Yang penting adalah memahami teknik dasar, seperti pencahayaan, sudut pandang, dan menjaga stabilitas kamera.”

Ia menjelaskan secara detail pentingnya pencahayaan yang tepat untuk menghasilkan gambar yang jelas dan detail. “Kalau cahayanya kurang, objek akan sulit dilihat. Kalau terlalu terang, detailnya hilang,” ujarnya sambil memberi contoh.

Tak hanya itu, Sutikhon juga mengajak peserta untuk bereksperimen dengan berbagai sudut pandang kamera (angle). “Setiap sudut pandang bisa menyampaikan pesan yang berbeda,” imbuhnya sembari mempraktikkan pengambilan gambar dari berbagai angle, mulai dari high angle, low angle, hingga eye-level.

Namun, Sutikhon menegaskan teknik saja tidak cukup. “Kreativitas adalah kunci,” katanya. Sebuah video yang bagus, menurutnya, adalah video yang mampu menyentuh hati penonton. Ia memotivasi peserta untuk berani mencoba hal-hal baru dan tidak takut gagal.

Baca Juga:  Momen Berkesan di Kajian Ramadan: Ketika Ilmu, Kebersamaan, dan Spiritualitas Menyatu

“Kadang, ide yang paling sederhana justru yang paling kuat. Tapi, bagaimana kita menyajikan ide itu yang membuatnya menarik,” tuturnya.

Sebagai ilustrasi, Sutikhon memutar sebuah video pendek yang direkam hanya dengan menggunakan ponsel. Video sederhana yang merekam aktivitas sehari-hari itu dikemas dengan narasi yang kuat dan alur cerita yang mengalir, sehingga mampu menarik perhatian penonton. “Lihat, tidak perlu efek mewah untuk membuat orang tertarik. Yang penting adalah ceritanya,” tegasnya.

Sutikhon kemudian mengajak peserta untuk mempraktikkan langsung membuat video singkat. Setelah memberi contoh, dia memberikan kesempatan kepada peserta untuk merekam video menggunakan ponsel masing-masing.

Peserta pelatihan pembuatan video pembelajaran (Tagar.co/Nurkhan)

Praktik Langsung dan Apresiasi

Pelatihan ini tak hanya berhenti pada teori. Sutikhon mengajak para peserta untuk langsung mempraktikkan ilmu yang telah didapat. Dengan menggunakan ponsel masing-masing, mereka diminta untuk merekam diri mereka sendiri yang sedang berada di ruang pelatihan.

Suasana musala pun berubah menjadi studio mini. Para peserta dengan antusias mencari sudut terbaik, mencoba berbagai teknik pengambilan gambar, dan merangkai cerita sederhana dari rekaman mereka.

Setelah sesi praktik, Sutikhon dengan teliti meninjau hasil karya para peserta, memberikan masukan konstruktif, dan tak lupa memberikan pujian. “Ini bagus sekali untuk langkah pertama,” katanya. “Bapak Ibu sudah punya potensi besar. Tinggal terus belajar dan mencoba.”

Baca Juga:  Luka Fatimah

Bahkan, Sutikhon memberikan penghargaan khusus kepada salah satu peserta, Febria Zela Syabilla, guru SMA Manarul Qur’an Boarding School Paciran Lamongan, yang dinilai menghasilkan video terbaik.

Menyentuh Hati dan Menginspirasi

Di akhir sesi, Sutikhon memberikan penguatan kepada peserta, “Teknologi adalah alat. Bagaimana kita memanfaatkannya tergantung pada kreativitas dan usaha kita. Jangan takut mencoba hal baru, karena dari keberanian itu akan muncul karya yang luar biasa.”

Akhmad Sutikhon tak hanya berbagi ilmu videografi hari itu, tetapi juga menyalakan semangat kreativitas di hati para peserta. Ia menginspirasi mereka untuk tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga menjadi kreator yang mampu menghasilkan karya yang bermanfaat, mendidik, dan menginspirasi banyak orang.

Pelatihan ini menjadi bukti nyata bahwa kreativitas dan teknologi dapat berjalan beriringan, membuka peluang besar bagi dunia pendidikan untuk menghasilkan konten-konten edukatif yang menarik. MI Mutwo Campurejo menjadi saksi lahirnya semangat baru bagi guru-guru dari empat lembaga untuk mendobrak batas dan mengubah dunia pendidikan berbasis teknologi.

Jurnalis Nurkhan Penyunting Mohammad Nurfatoni