Sejak 2016, kuliner rujak cingur Surabaya terdaftar di Situs Kemdikbud sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Provinsi Jawa Timur. Makanan tradisional ini juga menjamur di Gresik. Salah satunya Rujak Cingur Bu Endang.
Tagar.co – Sebagai kabupaten yang tepat bersebelahan dengan kota asalnya, Surabaya, di Kota Santri Gresik juga mudah ditemukan rujak cingur. Salah satu yang legendaris dan wajib dicoba adalah rujak cingur Bu Endang.
Rasanya belum afdal kalau ke Gresik tapi belum mencicipi nikmatnya rujak cingur ini. Setiap hari, dari pukul 11.00-16.00 WIB, tak kurang dari 50 porsi rujak ludes terjual. Jika sedang weekend, Sabtu-Ahad, biasanya laris-manis. Sampai terjual 70-80 porsi sehingga pukul 14.00 WIB sudah habis.
Porsi Rujak Cingur Bu Endang terkenal jumbo. Potongan buah sampai cingurnya besar-besar dan banyak. Dalam bahasa Jawa, cingur merupakan hidung dan mulut sapi. Irisan cingur rebus inilah yang bikin rujak super nikmat.
Belum lagi bumbunya yang melimpah. Kalau beruntung, Anda juga bisa mendapatkan bonus cecek (olahan kulit sapi). Endang biasanya menawarkan, “Mau cecek?” Kalau pembeli mau, dia akan menambahkan beberapa iris cecek ke hidangan rujak.
Versi Matangan dan Campur
Pembeli bisa pesan rujak cingur versi matangan atau versi campur. Kalau versi matangan, artinya tanpa irisan buah. Hanya berisi bahan yang dimasak, matang. Seperti lontong, tahu-tempe goreng, cingur sapi, dan sayuran yang sudah direbus. Sayuran terdiri dari kecambah, kangkung, dan bendoyo (krai rebus).
Kalau beli versi campur, pembeli akan dapat seporsi isian di atas plus irisan buah-buahan. Seperti mangga muda, krai (timun khas Jawa Timur), mentimun, belimbing, nanas, kedondong dan bengkuang.
Yang bikin enak, rasa bumbunya medok. Pembeli bisa langsung melihat proses Endang mengulek bumbu di cobek besar. Ada kacang yang sudah diblender, cabe rawit, bawang merah goreng, bawang putih, gula, kecap, micin, dan bumbu kaldu sapi penyedap instan. Jumlah cabe rawitnya bisa menyesuaikan permintaan pembeli.
Baca juga: Segarkan Dahaga dengan Dawet Siwalan Paciran
“Pakai irisan gedang kluthuk biar sedap,” terang Endang Cuatin (60) sambil mengiris tipis pisang kluthuk. Ia lalu mengulek bumbu lagi.
Setelah cukup halus, Endang berhenti mengulek dan menambahkan sesendok bawang putih kating goreng. “Bawang goreng harus kating! Kalau bawang biasa kurang sedap,” imbuh perempuan asli Cirebon itu.
Bawang putih kating berbentuk siung kecil-kecil yang bergerombol menjadi satu. Bawang putih jenis ini sukses menyedapkan masakan karena aromanya menyengat.
Setelah itu, tak tanggung-tanggung, Endang menambahkan petis ke dalam cobek. “Petisnya lima macam. Enak, gak enak, murah, sedang, dan asin,” terang nenek enam cucu yang awet muda itu.
Seporsi rujak cingur seharga Rp 34 ribu itu juga biasa disajikan dengan tambahan kerupuk. Di sini, kerupuk bawangnya dijual terpisah seharga Rp 500/biji. Ada pula kerupuk ikan khas Bawean seharga Rp 4 ribu.
Lokasi Jualan
Endang berjualan sejak tahun 2005. Saat itu, ia berjualan di pinggir Jalan Raya Kembangan Asri, depan gerbang masuk Perumahan Griya Kembangan Asri (GKA). Kalau dari Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) tinggal menyeberang ke timur sekitar 20 meter.
Usai tiga belas tahun berjualan di sana, Endang memutuskan pindah berjualan di halaman rumahnya sendiri. Akhirnya sejak 2018 hingga kini, ia berjualan di Jalan Merpati II No. 16 Perumahan GKA, Randuagung, Kebomas, Gresik, Jawa Timur.
Baca juga: Soto Cak Har Bikin Ketagihan
Pembeli bisa makan di sana atau dibawa pulang. Tersedia kursi plastik dan meja kayu sehingga pembeli bisa makan dengan nyaman. Anda bisa membawa rombongan sampai 20 orang untuk menikmati bersama rujak di sana. Bisa pakai alas pincuk dari daun pisang berlapis kertas minyak atau piring kaca.
Rasanya semakin nikmat dengan segelas es cao, setup pisang, atau semangkuk kolak ubi, pisang dan singkong hangat. Seporsi kolak seharga Rp 22 ribu. Jika terlalu banyak, boleh beli setengah porsi seharga Rp 12 ribu.
Agar tak mengantre lama atau kehabisan, pembeli juga bisa memesan dulu melalui WhatsApp. Jadi setibanya di sana, tinggal mengambil pesanan.
Bersih
Endang menikmati perannya berjualan rujak. Sejak sebelum subuh, wanita berdarah Sunda dan Madura ini sudah berangkat ke pasar. Setibanya di rumah pukul 04.00 WIB, ia langsung mulai memasak.
Mengolah aneka bahan rujak itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Sekitar pukul 10.00 WIB, ia biasanya baru selesai. Bagi Endang, proses membersihkan cingur sapi paling menguras energi. Butuh waktu sejam sendiri.
Baca juga: Balung Dinosaurus Bakar, Kuliner Yogyakarta yang Menggoda
Sekitar pukul 10.00 WIB, barulah Endang bisa lanjut bersih diri dan persiapan membuka lapak di halaman rumah. Kini ia memiliki seorang asisten. Kalau sedang weekend, anaknya juga turut membantu.
Soal kebersihan, Rujak Cingur Bu Endang tak diragukan lagi. Wanita yang biasa berjualan memakai daster dan celemek itu selalu berusaha menjaga kebersihan lapak maupun bahan rujak. Setiap usai mengambil buah, sayur, maupun lontong, ia selalu menutupinya agar terbebas dari lalat. (#)
Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni