
Puasa Ramadan membawa dua kebahagiaan: kenikmatan berbuka dan manfaat kesehatan bagi tubuh. Dari sudut pandang medis, puasa membantu metabolisme dan meningkatkan hormon kebahagiaan. Bagaimana penjelasannya? Simak ulasannya di sini!
Oleh: dr. Mohamad Isa, Sp.P.
Tagar.co – Bulan Ramadan membawa dua kebahagiaan bagi umat Islam: kebahagiaan saat berbuka puasa dan kebahagiaan yang kelak dirasakan saat bertemu dengan Allah. Kebahagiaan berbuka puasa terasa begitu istimewa setelah menahan lapar dan dahaga seharian. Di Indonesia, durasi puasa rata-rata mencapai 13 jam 10 menit.
Puasa Ramadan bukan sekadar ibadah, tetapi juga memiliki tujuan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Salah satunya adalah memberi waktu istirahat bagi organ pencernaan agar dapat bekerja lebih optimal. Seperti halnya mesin yang perlu istirahat agar tetap awet, tubuh pun membutuhkan jeda untuk menjaga kesehatannya.
Reseptor Lapar dan Sensasi Kebahagiaan
Rasa lapar muncul karena adanya reseptor lapar di dalam tubuh. Tuhan menciptakan reseptor ini agar tubuh dapat mengenali kapan ia membutuhkan asupan makanan. Salah satu reseptor penting dalam proses ini adalah Melanocortin 3 dan 4, yang terletak di hipotalamus dan berperan dalam mengatur rasa lapar dan kenyang.
Agar tetap berfungsi dengan baik, reseptor ini harus dijaga sensitivitasnya. Jika sensitivitasnya menurun, tubuh sulit mengenali rasa lapar dan kenyang dengan benar.
Puasa melatih reseptor ini untuk merespons rangsangan pada ambang yang lebih rendah, sehingga ketika tiba waktu berbuka, rasa lapar yang tertahan sepanjang hari akan menghasilkan sensasi nikmat yang luar biasa. Inilah salah satu bentuk kebahagiaan dalam berpuasa.
Baca juga: Puasa Ramadan: Diklat dengan Peserta Terbesar di Dunia, Ini TOR-nya
Allah telah mengatur agar puasa tidak mengganggu metabolisme tubuh. Salah satu kuncinya adalah niat yang menjadi rukun puasa Ramadan. Dengan niat, terjadi komunikasi dan komitmen antara fisik dan psikis.
Selain itu, dianjurkan untuk mengakhirkan sahur hingga mendekati imsak, meskipun hanya dengan seteguk air. Sebaliknya, saat berbuka, disunahkan untuk segera membatalkan puasa dengan sesuatu yang ringan seperti kurma. Semua aturan ini telah ditetapkan agar puasa tetap menyehatkan.
Ibarat seseorang yang merasakan nikmatnya mendapatkan uang ketika sedang benar-benar membutuhkan, begitu pula dengan berbuka puasa. Rasa lapar yang ditahan sepanjang hari membuat makanan sederhana pun terasa sangat lezat.
Hormon Kebahagiaan
Saat berbuka puasa, tubuh mengalami peningkatan hormon endorfin, yaitu hormon yang berkaitan dengan kebahagiaan. Sama seperti setelah berolahraga, berpuasa juga dapat merangsang pelepasan hormon ini, yang diketahui mampu mengurangi stres dan gangguan depresi. Hormon endorfin akan berfungsi optimal ketika tubuh mengalami sensasi kebahagiaan.
Selain berbuka, kebahagiaan juga hadir melalui kebersamaan dalam berbuka puasa bersama. Silaturahmi yang terjalin dalam momen ini semakin memperkuat rasa kebersamaan dan kepedulian sosial. Banyak donatur yang turut serta dalam berbagi rezeki dengan menyediakan makanan berbuka untuk sesama. Di bulan Ramadan, umat Islam dianjurkan untuk berlomba-lomba dalam bersedekah, karena berbagi rezeki juga merupakan bagian dari kebahagiaan.
Kebahagiaan dalam Ibadah
Rasa bahagia juga dirasakan saat melaksanakan shalat Tarawih. Shalat Tarawih berjamaah, baik dengan jumlah rakaat 11 maupun 23, menciptakan suasana kebersamaan yang penuh kekhusyukan dan kedamaian.
Silaturahmi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Ramadan. Banyak momen yang mempererat tali persaudaraan selama bulan suci ini, mulai dari berbuka bersama, salat berjemaah, hingga sahur bersama keluarga. Makan sahur yang dilakukan pada waktu tertentu menjadi ajang kebersamaan yang memperkuat solidaritas dalam keluarga.
Puncak Kebahagiaan
Salah satu kebahagiaan terbesar di bulan Ramadan adalah saat menunaikan kewajiban zakat, baik zakat fitrah maupun zakat mal. Zakat adalah bentuk tanggung jawab sosial bagi yang mampu, karena tangan yang memberi lebih baik daripada tangan yang menerima.
Pembagian zakat fitrah sebelum shalat Idulfitri memastikan bahwa tidak ada fakir miskin yang kelaparan di hari kemenangan. Jika masih ada orang yang kelaparan di sekitar kita saat Idulfitri, maka dosa akan ditanggung oleh mereka yang mampu tetapi tidak berzakat. Inilah proses berbagi kebahagiaan dengan sesama.
Hari raya Idulfitri menjadi puncak kebahagiaan setelah sebulan penuh berpuasa. Momen ini dipenuhi dengan silaturahmi, saling memaafkan, dan kembalinya seseorang ke fitrah yang suci.
Kesimpulan
Jangan ragu untuk menjalankan puasa Ramadan bagi yang mampu. Di balik ibadah ini, terdapat banyak kebahagiaan yang muncul. Kebahagiaan yang dirasakan selama Ramadan tidak hanya bersifat spiritual, tetapi juga berdampak positif bagi kesehatan fisik dan mental. Dengan bahagia, tubuh dan jiwa pun menjadi lebih sehat. (#)
Banjarmasin, 19 Maret 2025
Penyunting Mohammad Nurfatoni