
Di ruang praktik dr. Yetty Rohaety di Sidorejo, Bergaslor, Kabupaten Semarang, pemeriksaan rutin Prolanis berubah menjadi ruang silaturahmi, kepedulian, dan perhatian yang tulus bagi para lansia dengan penyakit kronis.
Tagar.co – Di ruang praktik sederhana dr. Yetty Rohaety, di Jalan Sidorejo, Kelurahan Bergaslor, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Jumat (11/4/2025) pagi, aroma teh hangat dan camilan Lebaran menyambut kedatangan puluhan pasien lanjut usia yang tergabung dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).
Mereka datang satu per satu, sebagian diantar anak atau cucunya, untuk menjalani pemeriksaan rutin bulanan. Tak kurang dari 60 pasien hadir pagi itu—membawa serta riwayat panjang diabetes, hipertensi, dan keinginan untuk tetap sehat di usia senja.
Kegiatan ini bukan sekadar pengambilan sampel darah atau cek tekanan darah. Ada nuansa kekeluargaan yang kental. Para pasien, yang sebagian besar sudah saling mengenal karena pertemuan rutin ini, saling menyapa, berbagi cerita, bahkan sesekali bercanda soal “tingkat gula” masing-masing.
Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan saat pasien masih dalam kondisi puasa selama minimal tujuh jam. Lalu, setelah sarapan yang disiapkan dengan penuh perhatian oleh keluarga dr. Yetty—nasi uduk, tahu-tempe, dan buah potong—mereka kembali diambil sampel darahnya untuk tahap kedua. Dengan cara ini, dr. Yetty bisa memantau bagaimana tubuh pasien merespons asupan makanan.

Namun yang tak kalah menarik dari pemeriksaan fisik adalah upaya edukasi digital yang dilakukan dr. Yetty kepada para pasiennya. Ia memperkenalkan penggunaan aplikasi Mobile JKN dan Satusehat, dua platform digital yang kini menjadi tulang punggung integrasi data kesehatan nasional.
“Dengan aplikasi ini, Bapak dan Ibu bisa tahu sendiri hasil pemeriksaan, jadwal kontrol, bahkan tebus obat,” ujarnya di hadapan para pasien.
Kendalanya, tentu saja, bukan pada niat baik, tetapi pada usia. Banyak dari peserta Prolanis kesulitan memahami cara kerja aplikasi—belum lagi urusan mengunduh dan mengakses lewat ponsel pintar.
Menyadari hal itu, dr. Yetty tidak tinggal diam. Tiga admin khusus disiapkan untuk mendampingi para pasien satu per satu. Mereka membantu mengunduh, membuat akun, hingga mengajari cara melihat rekam medis digital.

Kehangatan dan perhatian dalam suasana Idulfitri semakin terasa ketika dr. Yetty dan keluarga menyediakan sarapan dan snack Lebaran bagi para pasien. Bukan hanya untuk menjaga kenyamanan, tetapi juga untuk menciptakan ruang yang lebih manusiawi dalam layanan kesehatan yang kerap terasa kaku dan serba cepat.
Bagi dr. Yetty, kegiatan ini lebih dari sekadar program rutin. Ia ingin memastikan bahwa pasiennya, yang rata-rata sudah memasuki usia senja, tetap mendapat pemantauan kesehatan secara berkelanjutan.
Tapi lebih dari itu, ia juga ingin mereka merasa dihargai, dilibatkan, dan dimampukan untuk mengelola kesehatannya sendiri—meski lewat langkah-langkah kecil seperti memahami aplikasi kesehatan.
“Kalau mereka bisa lebih mandiri, saya yakin kualitas hidupnya juga akan meningkat,” ucap dr. Yetty sambil tersenyum.
Sebagai salah satu pasien, yang rutin mengikuti program Prolanis dan menjalani kontrol setiap bulan saya meraskan manfaat besar dari edukasi kesehatan yang diberikan. Saya selalu mendapatkan pengetahuan baru tentang cara mengelola diabetes dan kolesterol agar tetap stabil.
Dan mungkin, di balik pemeriksaan gula darah dan edukasi aplikasi itu, tersembunyi hal paling penting dalam praktik medis: rasa peduli yang tak bisa digantikan oleh teknologi apa pun. (#)
Jurnalis Dwi Taufan Hidayat Penyunting Mohammad Nurfatoni