Dekan FK Unair Prof. BUS dicopot dari jabatannya. Pencopotan itu diduga karena dia mengkiritisi kebijakan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mendatangkan dokter asing. Prof. BUS termasuk dokter langka.
Kolom oleh Prima Mari Kristanto, Ksatria Airlangga Angkatan Reformasi 1997/1998
Tagar.co – Agenda mewujudkan Indonesia Emas 2045 membutuhkan manusia-manusia waras jasmani dan rohani untuk membangun dan mengisinya. Masa depan Indonesia yang gemilang harus bisa dinikmati dan memberi manfaat sebesar-besarnya pada orang-orang Indonesia, bukan untuk orang-orang asing seperti masa kolonial Belanda.
Usulan Menteri Kesehatan mendatangkan dokter asing di Indonesia menuai kecaman dan memakan korban. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Prof. Dr. dr. Budi Santoso, Sp.OG, FER yang mengkritisi kebijakan tersebut diberhentikan dari jabatannya oleh Rektor Unair Prof. Dr. Mohammad Nasih, S.E., M.T. Ak.
Terhitung sejak 3 Juli 2024 Prof. BUS, sapaan akrab Dekan FK Unair, itu nonaktif dari jabatannya karena disebut melampaui wewenang dengan mengatasnamakan Universitas Airlangga dalam pernyataan kritisnya tentang wacana impor dokter asing.
Baca juga: Bagi-Bagi Kursi Komisaris untuk Tim Sukses
Beragam spekulasi muncul di antaranya ada tekanan dari Budi Gunadi Sadikin. Tetapi kepada beberapa awak media Menteri Kesehatan itu mengaku tidak melakukan intervensi apapun.
Prof. Bus bisa disebut sosok langka yang berani bersuara kritis dan vokal ketika masih memegang jabatan. Dalam banyak kesempatan para mantan pejabat baru berani “sok jagoan” kritis dan vokal ketika tidak lagi memegang jabatan.
Demi tetap memegang jabatan beberapa pejabat memilih diam daripada bersikap kritis pada kebijakan pemerintah yang berpotensi menimbulkan masalah. Kepada para “mantan” yang berani kritis dan vokal perlu tetap diberi rasa hormat, meskipun kewenangan untuk bisa ikut memperbaiki keadaan hampir tidak ada.
Baca juga: Ludruk Unair Happy Ending
Dokter Asing
Dokter asing di Indonesia bukan hal “asing”, khususnya yang berstatus ahli dalam melakukan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi. Rencana impor dokter asing yang menuai kecaman berkaitan dengan dokter-dokter pekerja yang kemampuannya tidak jauh beda dengan dokter-dokter Indonesia.
Keberadaan dokter-dokter asing tidak bisa disamakan dengan kehadiran pemain asing dalam Liga Indonesia atau pemain naturalisasi tim nasional. Olahraga termasuk sepakbola tidak menyangkut hajat hidup orang banyak seperti dunia kesehatan.
Baca juga: Sura Bulan Hijrah Masyarakat Jawa
Prestasi sepak bola tidak ada hubungan dengan indeks pembangunan manusia, sekadar mengangkat rangking FIFA. Menyamakan keberadaan pemain asing dalam olahraga dengan dokter asing di dunia medis sebagai perumpamaan yang miskin akal serta dalil.
Sikap kritis Prof. BUS dalam rangka melindungi masa depan mahasiswanya di FK-Unair yang bisa terancam keberadaan dokter asing. Dari sisi usia dan jabatan, jika hanya mementingkan hidup aman, nyaman tidak mungkin Prof. BUS berani mengkritisi rencana kedatangan dokter pekerja asing di Indonesia.
Menjaga Excellent with Morality
Sejarah profesi dokter di Indonesia sejak era Hindia Belanda selain di bidang kesehatan juga diwarnai aktivitas pergerakan. Dokter Soetomo, Cipto Mangunkusumo, Wahidin Sudirohusodo, dan kawan-kawan menjadi motor Kebangkitan Nasional 1908.
Organisasi Budi Utomo yang didirikan para dokter mengajak masyarakat bumiputera berpikir waras menyikapi pemerintahan kolonial Belanda. Bersama Sarekat Dagang Islam, Budi Utomo menjadi gerakan perlawanan baru di abad ke 20 terhadap sistem penjajahan dengan pemikiran dan berorganisasi.
Sikap kritis Prof. BUS selain mengingatkan pada kiprah dokter-dokter Budi Utomo juga mengingatkan keberanian dr. Siti Fadillah Supari, Sp.JP.
Baca juga: Dilema Ormas dalam Izin Usaha Pertambangan
Saat menjabat sebagai Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia Bersatu 2004-2009, dia berani bersikap kritis pada agenda asing dalam urusan kesehatan rakyat Indonesia.
Suara kritis Dekan FK selayaknya disikapi secara bijak oleh Rektor Universitas Airlangga, tidak adigang adigung aji mumpung berkuasa semena-mena menyikapi perbedaan pendapat antar kolega dalam rumah besar sivitas akademika.
Slogan Universitas Airlangga “Excellent with Morality” harus dijaga dengan sikap yang menjunjung etika, dicontohkan oleh jajaran pemimpinnya.
Penyunting Mohammad Nurfatoni