
Hujan deras membasahi perkemahan Smamsatu di Dlundung. Meski tenda bocor dan baju basah, semangat tetap membara dengan hangatnya sop malam dan api unggun penuh refleksi di malam hari.
Tagar.co – Kegiatan English Scientific Adventure kelas X SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik di Perkemahan Dlundung, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (16/4/25), berlangsung penuh kejutan.
Cuaca cerah dan udara sejuk menyambut kedatangan para peserta yang tiba di lokasi pada pukul 09.20 WIB. Suasana tampak kondusif saat para siswa-siswi mendirikan 43 tenda dan mengikuti acara pembukaan serta salat berjemaah.
Baca juga: English Scientific Adventure Smamsatu: Berkemah, Belajar, dan Bertumbuh
Namun, kondisi cuaca berubah drastis. Hujan deras tiba-tiba mengguyur kawasan perkemahan, membuat suasana jadi ricuh. Tenda-tenda yang bocor dan rembes tak kuasa menahan derasnya hujan, memaksa para peserta berlarian ke sana kemari mencari tempat berteduh. Lapangan perkemahan mendadak berubah warna oleh pemandangan jas hujan berbagai rupa yang dikenakan siswa-siswi.
Belum sempat beristirahat, para siswi harus mengungsi membawa barang-barang mereka ke tempat aman di dekat warung bakso. Sementara para siswa berlindung di warung kopi terdekat, menyeduh kopi hangat sambil menyaksikan hujan yang terus turun.

Meski tubuh basah kuyup, semangat mereka tak ikut luntur. Tawa dan sorak-sorai tetap terdengar di tengah hujan. Setelah sekitar tiga jam hujan mengguyur, agenda pun dilanjutkan. Para peserta membersihkan area sekitar tenda, lalu bersiap memasak makan malam.
Baca juga: Serunya Hari Terakhir English Scientific Adventure Smamsatu di Trawas
Dengan menu utama sop sayur hangat dan kreasi lauk masing-masing kelompok, kegiatan masak-memasak menjadi pengalaman berkesan. Tak hanya siswi yang beraksi di dapur lapangan, para siswa pun antusias menunjukkan kemampuannya. Masakan dimasak dengan kompor lapangan, bukan magic com, menciptakan sensasi yang tak biasa namun sangat cocok dengan dinginnya cuaca selepas hujan.

Malam harinya, udara segar pascahujan menemani acara api unggun yang digelar di tengah lapangan. Suasana hangat menyelimuti seluruh peserta yang berkumpul untuk merenung dan saling menguatkan. Api unggun dipimpin oleh Guru Sosiologi: Wiwit Dwi Wahyu.
“Karena ini permulaan acara di outdoor, ini adalah awal yang bagus. Kalau ditanya enak di vila? Ya, enak di vila. Tapi kalau tenda becek seperti ini, belum tentu bisa kalian rasakan lagi,” ujarnya sembari tersenyum.
Ia menambahkan bahwa cuaca memang tak bisa diprediksi. “Kemarin saya survei ke lokasi ini dengan cuaca cerah dan nyaman, tapi hari ini kita disambut hujan deras. Tapi justru di situlah pelajaran berharga itu muncul,” tuturnya.

Beberapa agenda terpaksa ditunda, seperti lomba yel-yel yang sedianya digelar Rabu malam, akan digeser ke Kamis (17/4/25) pagi. Namun, perubahan itu tidak dianggap kegagalan, melainkan bagian dari proses belajar menghadapi dinamika alam.
“Semua yang terjadi ambil positifnya saja. Yang negatif, cukup jadi bahan evaluasi,” pesan Wiwit menutup acara malam itu.
Hari pertama pun ditutup dengan istirahat malam di tenda masing-masing, diiringi suara serangga dan sisa rintik hujan. Petualangan masih panjang, dan semangat belum akan padam. (#)
Jurnalis Zada Kanza Makhfiya Mohammad Penyunting Mohammad Nurfatoni