Dalam suatu pertemuan Sarekat Islam, Muso mengejek Agus Salim dan Tjokroaminoto. Dia bertanya pada peserta, “Orang yang berjenggot itu seperti apa Saudara?” Jawaban Salim menohok.
Tagar.co – Haji Agus Salim dikenal sebagai diplomat ulung. Pria kelahiran Koto Gadang, Sumatera Barat, 8 Oktober 1884 ini adalah tokoh Sarekat Islam dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional tahun 1961.
Dia dikenal sebagai singa podium. Juga diplomat cerdik dan pendebat ulung. Menurut Mohammad Hatta, Agus Salim adalah tokoh yang jarang ada tandingannya dalam bersilat lidah. Kecerdasannya sangat kentara ketika ia beradu argumentasi. Ada juga jenaka di dalamnya.
Berikut ini beberapa kisahnya seperti ditulis dalam buku Agus Salim Diplomat Jenaka Penopang Republik Seri Buku Tempo: Bapak Bangsa (Kepustakaan Populer Gramedia [KPG], 2013):
Soal Jenggot dan Kumis
Dalam suatu pertemuan Sarekat Islam, Muso mengejek Salim dan HOS Tjokroaminoto dari atas podium. Dia bertanya pada peserta, “Orang yang berjenggot itu seperti apa Saudara?”
Hadirin menjawab, “Kambing.”
Muso bertanya lagi, “Orang yang berkumis itu seperti apa Saudara?”
Hadirin menjawab, “Kucing.
Tiba giliran Salim naik mimbar. Ia berkata, “Tadi kurang lengkap Suadara. Yang tidak berkumis dan tidak berjenggot itu seperti apa?”
Salim menjawab sendiri, “Anjing.”
Muso memang tidak berjenggot dan berkumis.
Diejek Embek, Jawabannya Telak
Pada suatu kali ketika Agus Salim berpidato sebagian hadirin mengucapkan, “Mbek, embek…” untuk mengejek Salim karena jenggotnya.
Salim spontan bereaksi, “Saya tidak mengira rupanya di sini banyak juga kambing yang hadir. Kepada ketua rapat saya minta supaya kambiong-kambing itu dikeluarkan saja dari gedung ini!”
Pidato Bahasa Melayu
Di Volksraad, Salim berpidato dalam bahasa Melayu. Dia ditegur Ketua Parlemen dan diminta berpidato dalam bahasa Belanda. Tapi Salim, yang sebenarnya lancar berbahasa Belanda, berpendapat ia berhak memakai bahasa Melayu.
Dalam pidatonya ia menyebut kata ‘ekonomi’. Lawannya Bergmeyer mengejeknya, “Apa kata ‘ekonomi’ dalam bahasa Melayu?”
Salim menjawab, “Coba Tuan sebutkan dulu apa kata ‘ekonomi’ dalam bahas Belanda. Nanti saya sebutkan dalam bahasa Melayu!’
Bergmeyer terdiam karena kata ‘ekonomi’ tak ada dalam bahasa Belanda.
Sendok dan Garpu
Dalam jamuan suatu makan, semua orang memakai sendok dan garpu. Hanya Agus Salim yang memakai tangan. Sewaktu ditanya mengapa demikian, Salim menjawab, “Karena saya tahu bahwa tangan saya bersih. Sedangkan saya tidak tahu apakah sendok dan garpu itu bersih.”
Salam Hormat Belanda
Agus Salim menemui seorang teman di kantor Belanda. Teman itu mengejeknya, “Coba kalau mau bekerja sama Belanda, tentu kau tidak sepeti sekarang, tak punya apa-apa.”
Tidak berapa lama datang seorang adviseur Belanda. Ketika melihat Salim dia datang kepadanya memberi hormat dan mengulurkan tangan.
Sesudah ia pergi, Salim berkata kepada temannya, “Coba kalau saya bekerja sama Belanda tentu seperti kau. Melihat majikanmu datang engkau merasa ketakutan. Meskipun saya tidak bekerja dia hormat kepada saya.”
Pusar Adam
Ketika masih muda dia pernah bertanya kepada seorang ulama, “Apakah Adam dan Hawa memiliki pusar?”
Ulama itu menjawab, “Ada karena mereka juga manusia.”
“Kalau punya pusar sebagaimana halnya kita itu tandanya mereka dilahirkan oleh seorang ibu,” kata Salim.
Ulama itu tidak dapat menjawab. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni