
Di negara ideal (baldah tayibah), masyarakat tidak boleh meninggalkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Selain itu, akhlak mulia juga harus menjadi pijakan. Prof. Syafiq A. Mughni mengajak kader Muhammadiyah untuk mewujudkan Islam yang selalu unggul menuju baldah tayibah.
Tagar.co – Prof. Dr. Syafiq A. Mughni menjadi pembicara kunci (keynote speaker) dalam Kajian Ramadan 1446 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Sabtu (8/32025).
Ia menggantikan Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si yang berhalangan hadir. Kegiatan ini digelar di Dome Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla). Mengangkat tema Baldah Tayibah, Refleksi untuk Negeri.
Baca juga:
Dalam pemaparannya, Prof Syafiq menjelaskan bahwa baldatun tayibatun wa rabbun ghafuur merujuk pada negeri Saba. Sebuah negara di masa Nabi Sulaiman yang saking bagusnya negeri itu, sehingga disifati baldatun tayibatun warabun gafur.
“Dalam sejarah yang bisa kita lacak, baldah tayibah adalah gambaran negara ideal yang diimpikan orang Islam. Mungkin gambaran ini belum terwujud sekarang. Namun, yang terpenting adalah upaya membentuk negara yang dicita-citakan. Ini adalah kondisi state of becoming, yakni kondisi yang terus berupaya menjadi lebih baik, terus menjadi ideal. Itulah visi menjadi baldah tayibah,” katanya.
Dia mengatakan, di dalam Al-Qur’an hanya ada istilah baldah tayibah (negeri yang baik), dan tidak ada dalam Al-Qur’an baldah sayyiah (negara yang buruk).
“Untuk menuju negara yang dicita-citakan, orang-orang bekerja sama bahu membahu melakukan penelitian untuk melahirkan gagasan dan cara baru untuk meningkatkan taraf hidup. Bahwa ilmu pengetahuan berkembang secara koopertif,” tuturnya.
Iptek dan Akhlak Harus Diperkuat
Menurut Prof. Syafiq, komitmen itu tidak bisa ditawar. Kalau kita ingin baldah tayibah maka ilmu pengetahuan dan teknologi tidak boleh ditanggalkan. Selain itu adalah keunggulan akhlak.
“Para salafus solih unggul karena akhlak. Masyarakat ada yang hidup di pedalaman mereka memiliki akhlak mulia. Salah satunya menjaga lingkungan. Mereka bukan yang merusak paru-paru dunia, mereka memiliki akhlak yang tinggi,” ungkapnya.
Sebaliknya, ada orang yang mencapai prestasi ilmu tinggi tapi tidak memiliki akhlak mulia. “Banyak ahli ekonomi, tapi kenapa ekonomi kita belum thayibah. Banyak ahli akuntansi di negeri kita, tapi karena tidak ada akhlak mulia maka menjadi malapetaka,” tutur Ketua PWM Jawa Timur periode 2005-2010 ini.
Maka dia menegaskan, Muhammadiyah harus menjadi sumber pengembangan ilmu dan akhlak. “Banyak problem yang dihadapi negara kita ini. Memang tidak ada negara tanpa masalah, tapi apakah kita mampu mengatasi masalah. Apakah kita mampu mengatasi tantangan itu?” tanyanya retoris.
Oleh sebab itu, merujuk pada tema Pengajian Ramadhan yang diselenggarakan PWM Jatim ini, Prof. Syafiq mengajak seluruh kader Muhammadiyah Jawa Timur untuk menjalankan proses menuju baldah tayibah.
“Mari kita jadikan diri kita masing-masing untuk menjadi titik awal melakukan reformasi dan pembaruan menuju baldah thayibah. Kalau kita karyawan mari melakukan reformasi menuju baldah tayibah. Jika kita pejabat negara, mari lakukan reformasi menuju baldah thayyibah,” tegasnya.
“Insya Allah cepat atau lambat negara akan menjadi negara yang patut. Kita sudah mengklaim darul ahai wa syahadah sebagai pijakan negara kita. Sehingga ini harus kita wujudkan. Bahwa islam ya’lu wa laa yu’la alaih. Bahwa Islam akan selalu unggul dan tidak akan pernah diungguli oleh agama lain. Mari kita wujudkan komitmen itu,” tandasnya.
Di akhir materi, Prof. Syafiq memuji Lamongan yang memang megilan (luar biasa). Dia juga mengapresiasi jumlah TKI di Lamongan yang begitu dominan ada di Malaysia.
“Kita patut bersyukur, karena itu (para TKI) menjadi tulang punggung kemajuan Muhammadiyah di Malaysia. Kita semua juga sama-sama tahu bahwa Muhammadiyah Lamongan memang megilan,” pungkasnya. (#)
Jurnalis Nely Izzatul Penyunting Mohammad Nurfatoni