Rileks

Dai Segudang Parikan Bikin Seisi Masjid Gergeran

×

Dai Segudang Parikan Bikin Seisi Masjid Gergeran

Sebarkan artikel ini
Dai Segudang Parikan Ustaz Soedjono dalam Pengajian Ahad Pagi di Masjid At-Taqwa Menganti Gresik, 3 November 2024 (Tagar.co/Mohammad Nurfatoni)

Dari Segudang Parikan Soedjono beralasan, menyelipkan parikan dalam ceramahnya agar dakwah mudah dicerna dan pesan-pesan bisa tersampaikan dengan suasana menggembirakan.

Tagar.co – Ustaz Soedjono, M.Pd, benar-benar membuktikan jika dirinya adalah ‘Dai Segudang Parikan’ sebagaimana atribusi yang dia pakai selama ini.

Begitu membuka materi Pengajian Ahad Pagi di Masjid At-Taqwa Wisma Sidojangkung Indah, Menganti, Gresik, Jawa Timur, Ahad (3/11/2024), sebuah parikan langsung meluncur:

Tuku talam diwadahi kerdus sing gak jawab salam berarti durung … (adus). Kata dalam kurung yang melanjutkan jemaah.

Parikan ini dia sampaikan karena saat membuka acara dengan ucapan salam, jemaah kurang kompak menjawabnya. Maka dia pun mengulang salamnya sambil ‘menyindir’ jemaah dengan parikan itu.

Baca berita terkait: Orang yang Punya Utang Banyak Umurnya Lebih Panjang?

Sepanjang pengajian, Kepala SD Negeri Putat Gede Surabaya itu berhasil membuat seisi masjid, sekitar 200 peserta, gergeran alias penuh gelak tawa. Pengajian pun menjadi menggembirakan seperti tema yang diusung panitia: Mencerahkan dan Membahagiakan.

Parikan dia selipkan di antara ceramah Soedjono yang sebenarnya bertema serius: Memperkuat Ukhuwah Hidup Menjadi Lebih Berkah.

Mengutip wikipedia.org, parikan adalah salah satu jenis puisi Jawa modern yang serupa dengan pantun Melayu dalam hal wujud spasial dan pola rimanya. 

Parikan dapat dianggap sebagai puisi rakyat karena hidup dan berkembang di tengah-tengah rakyat.

Baca Juga:  Final FFU 2024 Diikuti 49 Sekolah, Ini yang Terbanyak Loloskan Peserta
Sebagian jemaah Pengajian Ahad Pagi Masjid At-Taqwa Menganti, Gresik, 3 November 2024 (Tagar.co/Mohammad Nurfatoni)

15 Parikan

Kepada Tagar.co Senin (4/11/2024) Soedjono memberi alasan mengapa dia banyak menggunakan parikan dalam ceramahnya. “Agar mudah dicerna dan pesan-pesan bisa tersampaikan dengan suasana menggembirakan,” jawabnya dalam wawancara tertulis lewat WhatsApp.

Mana dari awal hingga akhir ceramahnya tercatat ada 15 parikan yang dia sampaikan. Ada yang untuk perkenalan, doa, atau mempertegas, memperkuat, dan membuat lucu bagian-bagian ceramahnya.

Misalnya saat dia memperkenalkan diri pada jemaah yang mungkin belum kenal. Soedjono adalah penceramah rutin kultum Tarawih di Masjid At-Taqwa yang sudah lebih dari 10 tahun.

“Saya datang ke sini setahun sekali. Jadi Bapak Ibu ada yang sudah kenal saya bahkan akrab tapi ada juga yang mungkin masih belum kenal saya untuk itu tidak ada salahnya saya mencoba memperkenalkan dulu nama saya,” ucapnya.

Maka meluncurlah parikan lucu yang mengundang geerrrrrr jemaah:

Nang Kertososno tuku duren karo tomat. Aku Pak Jono keren koyok Rafi Ahmad.

Clonone ireng klambine batik, masio wonge ireng tapi menarik. Soedjono ketika ceramah menggunakan baju koko, peci, dan celana hitam dengan sorban putih yang dilipat dan diletakkan di pundak kirinya.

Video lengkap ceramah Ustaz Soedjono bisa ditonton di sini

Saat menyapa ibu-ibu dia juga menggunakan parikan: Ketumbar dimakan burung gelatik/apa kabar ibu-ibu yang cantik.

Demikian juga ketika menyapa bapak-bapak: Ketumbar di atas nampan/bagaimana kabar bapak-bapak yang tampan?

Saat memuji antusiasme jemaah, Soedjono juga menggunakan pantun: Gedang klutuk lan apem diwadahi berkat/masio mripate ijek ngantuk howone adem tapi tetep semangat.

Semangat jemaah itu membuat dia berdoa yang juga dikemas dalam parikan: Sego digawe soko beras tuku nang Pasar Benowo/sing teko sak iki awake seger waras, rezekine lancar oleh rahmate Gusti Allah/sego panas-panas, mugo-mugo utange lunas.

Di tengah kendurnya semangat jemaah mendengarkan materi serius di menit 22:52 Soedjono pun melempar parikan untuk menyindir mereka: Gedang klutuk diselehno kluwih, mripate wes ngantuk wetenge luwih.

Baca juga: Obat Anti-Ngamuk

Baca Juga:  Brainstorming

Setelah itu dia kembali memuji jemaah yang pagi-pagi mau ke masjid mengikuti pengajian: Kembang waru dirubung laler/godong simbukan digawe jamu lan ombenan/timbang turu olehe mung iler/luwih becik milu pengajian oleh ilmu lan ganjaran.

Di menit 55:22 dia ingin mempercepat materi karena menganggap jemaah sudah lelah. Maka parikan pun muncul lagi: Bal bekel ditoto rapet karo yoyo/boyok wis pegel mripate sepet kebelet …. (turu).

Tapi, kata dia, tidak apa-apa tidur saat pengajian, asal: Ojok sampek gedang klutuk dirubung laler/ojok sampek mripate ngantuk lambene … (ngiler)

Jangan juga, katanya: gedang klutuk wohe sak cengkeh/mripate ngantuk lambene ndoweh.

Ustaz Soejono di depan jemaah Pengajian Ahad Pagi Masjid At-Taqwa Menganti, Gresik, 3 November 2024 (Tagar.co/Mohammad Nurfatoni)

Parikan Pak Jokowi

Di bagian akhir ceramahnya pada menit ke 57:08, Soedjono juga menutup dengan beberapa pantun.

Menurutnya sebaiknya ceramah itu tidak panjang-panjang, yang penting: Salak sepet digawe kripik/luwih cepet luwih apik.

Baca jugaSaat Ibu-Ibu Dimotivasi ke Surga bersama Anak Kandung dan Anak Mertua

Setelah memimpin doa, Soedjono juga menebar parikan: Yu Painten ketiban cendelo/cekap semanten piatur kulo.

Pak Jokowi ngeter sekolah nubruk gapuro/menawi wonten salah kulo nyuwun ngapuro/mlaku-mlaku nyandung watu/wassalamualaikumwabarakatuh.

Khusus soal parikan yang mengandung kata Pak Jokowi, dia menjelaskan biasanya memakai kata Pak Nawawi. Soalnya dia tidak berani saat Jokowi masih menjabat presiden.

Tapi kini dia memakai kata itu karena Jokowi sudah gak lagi jadi presiden. “Saiki wis gak jadi presiden, dadine wani aku.” Jemaah pun geeeerrrrrrrr. (#)

Baca Juga:  Diplomasi Jenaka Haji Agus Salim: Dari Jenggot hingga Pusar Adam

Jurnalis Mohammad Nurfatoni