BukuUtama

Buku Kehidupan Mengajariku, Quotes Lugas dan Berani Pimpinan Gontor

×

Buku Kehidupan Mengajariku, Quotes Lugas dan Berani Pimpinan Gontor

Sebarkan artikel ini
Buku kecil ini tergolong padat makna dan bergizi. Ditulis Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, yang pernah hampir dipenjarakan karena dianggap provokatif. Meskipun demikian, Kiai Hasan dijuluki sebagai kiai karismatik. 
K.H. Hasan Abdullah Sahal (Gontor News)

Buku Kehidupan Mengajariku tergolong padat makna dan bergizi. Ditulis Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, yang pernah hampir dipenjarakan karena dianggap provokatif. Kiai Hasan dijuluki sebagai kiai karismatik. 

Tagar.co – Buku berjudul Kehidupan Mengajariku Jilid II ditulis oleh Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur, K.H. Hasan Abdullah Sahal. 

Buku berukuran kecil ini berisi kata motivasi dan inspirasi yang diambil dari pidato, tulisan, wawancara media, catatan pribadi, diskusi, status di media sosial, surat, komentar, maupun buku yang pernah ditulis sang Kiai.

Ada 300 kutipan inspiratif berisi nasihat Kiai Hasan tentang santri, kepondokan, dakwah, hingga kritik terhadap pejabat pemerintah.

Diterbitkan pertama kali oleh Darussalam Press pada 10 Ramadan 1438/5 Juni 2017, membaca buku ini seolah-olah kita mendapatkan suntikan positif. Kiai Hasan seperti muazin yang menyuarakan nasihat dengan kata-kata ringan dan sederhana namun mengena. 

Contoh : “Matinya manusia itu biasa, tapi matinya ide, kemanusiaan, matinya lembaga (institusi) apalagi matinya hukum (syariah), matinya akhlak, adab, matinya rasa malu, adalah awal dari bencana.” (hal. 9)

Baca juga: Ibu Peradaban Itu Bernama Siti Hajar

Pendiri Pondok Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper, Jetis, Ponorogo, ini pernah dinilai provokatif bahkan hampir dipenjarakan oleh salah satu loyalis Joko Widodo, karena dakwahnya yang lugas dan tegas dalam membela Islam. 

Contoh keberanian dan kelugasan dakwah kiai juga tercermin dalam buku ini. Misalnya: “Kamu harus berani. Pengin disenangi, takut dibenci itu formalin. Contoh kalau polisi ingin disenangi penjahat dan orang nakal, hukum ambruk.” (hal. 48)

“Mendingan tidak sistematis ilmiah tapi benar, daripada ilmiah tapi tidak benar, karena disetir, diatur, didikte.” (hal. 13)

Atau yang ini “Serigala tetap serigala … Buaya tetap buaya. .. Musang tetap musang … dII., dII., dst, dst. Jangan membuka pintu dialog dengan serigala. Jangan membuka forum diskusi dengan buaya. Jangan membuka pintu perundingan dengan musang.” (hal. 193)

Buku Kehidupan Mengajariku Jilid II Kutipan Inspiratif K.H. Hasan Abdullah Sahal (Tagar.co/Nely Izzatul)

Meskipun dianggap provokatif dan konfrontatif, Kiai Hasan mendapat julukan sebagai Kiai yang karismatik dan banyak pengikut. Kelugasannya dalam mengungkapkan sesuatu memang perlu diacungi jempol. Ia berani mengungkap secara apa adanya di depan umum, hingga mampu membuat orang terpengaruh. 

Di halaman kata pengantar pada buku ini, Kiai Hasan menuliskan, Pondok Modern Darussalam Gontor merupakan pencapaian terbesar umat Islam dan menjadi tanggung jawab umat sejak diwakafkan pada tahun 1958. Sehingga butuh perjuangan dan pengorbanan besar untuk menjaga dan meneruskan estafet kehidupan pondok tersebut. 

Kiai Hasan juga menegaskan bahwa Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) adalah pondok pesantren yang menerapkan prinsip berdiri di atas dan untuk semua golongan, sehingga tidak bisa didikte. Gontor juga bukan pondok taasub yang antitahlil, antikunut, selawat, tawasul, dan sebagainya. 

Baca juga: Ibu Negara Ini Ternyata Kader Nasyiah

Selain adanya quotes lugas dan berani, buku ini juga berisi nasihat-nasihat kiai untuk santri-santrinya. Contohnya: “Ingat! Seumur hidup kita tetap mutaallim (pembelajar) kepada Allah, ilmu tidak ada habisnya dari Allah SWT yang punya hidup, dari yang memberi hidup, mutaalim abadan (pembelajar abadi), kita (pengajar) di bidang dan mutaalim (pembelajar) di bidang lain” 

Sementara kritik terhadap pejabat pemerintah, Kiai Hasan menuliskan “Negara yang rusak karena rusaknya presiden-presiden, jadilah presiden-presiden yang baik yang mendidik presiden-presiden yang lain.” 

Atau nasihat kepada santrinya, jika kelak menjadi seorang presiden. “Kalau nanti kamu terpaksa menjadi presiden. Maka jadilah presiden yang baik Jadilah presiden yang bisa mendidik rakyat! Jadilah presiden yang bisa mendidik presiden-presiden lain di dunia ini!”

Meskipun tergolong kecil hanya berukuran 14,5 x 21 cm, namun buku ini padat makna dan bergizi. Selamat membaca dan menemukan nasihat untuk diri. (#) 

Jurnalis Nely Izzatul Penyunting Mohammad Nurfatoni

Baca Juga:  Lima Sastrawan Perempuan Menginspirasi, Ada Dee Lestari