Brownies chips topping pudak dibuat mahasiswa Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) dalam rangka Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik tahun 2024. Pemanfaatan pudak sebagai bahan tambahan ini karena memiliki cita rasa khas Gresik.
Tagar.co – Senyum merekah terlihat di wajah ibu-ibu kader PKK. Juga pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Desa Giri, Kebomas, Gresik, Jawa Timur. Saat itu mereka menunjukkan sebungkus produk brownies chips, Jumat (1/11/2024)
Mereka baru saja mengikuti workshop bertajuk “Pemanfaatan Pudak sebagai Bahan Tambahan untuk Brownies Chips” di Desa Giri. Ini sebagai bagian dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik 2024 mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG).
Kegiatan ini berlangsung dari pukul 13.00 WIB hingga pukul 14.30 WIB. Puluhan peserta terlihat sangat antusias, termasuk kader PKK dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) setempat.
Workshop dimulai dengan penyampaian latar belakang acara, oleh salah satu mahasiswa KKN, Maulana Cahya Sandiawan. Dia juga menjelaskan potensi pudak sebagai bahan baku
tambahan yang memiliki cita rasa khas, khususnya karena berasal dari Kabupaten Gresik.
Menurut Yaya, sapaan akrabnya, pengolahan pudak dengan cara pengeringan diharapkan dapat meningkatkan umur simpan. Sekaligus mengurangi jumlah sampah atau limbah makanan.
“Pudak dikenal memiliki umur simpan yang cenderung sebentar yaitu sekitar 3 hari. Setelah itu mengalami penurunan mutu, bahkan sudah tidak layak untuk dikonsumsi,” jelasnya.
Kondisi pudak yang tidak layak untuk dikonsumsi dapat dilihat pada karakteristiknya. Telah berlendir atau tumbuh jamur di bawah permukaan pudak. Selain itu terdapat penyimpangan dari segi flavor yang mengalami ketengikan karna oksidasi lemak.
“Kondisi tersebut diakibatkan karena komposisi terbesar pada pudak meliputi gula dan lemak. Gula merupakan sumber makanan untuk mikroorganisme dan lemak merupakan penyebab dari ketengikan yang diakibatkan oleh oksidasi,” imbuhnya.
Baca juga: Bank Sampah KKN UMG Punya Laporan Keuangan
Pengeringan Pudak
Selanjutnya, peserta diperkenalkan dengan teknik pengeringan pudak menggunakan oven. Tujuannya untuk memperpanjang umur simpan bahan tersebut, sehingga dapat mengurangi limbah makanan yang dihasilkan.
Dengan teknik ini, peserta tidak hanya belajar cara mengolah pudak, tetapi juga memahami pentingnya pengelolaan bahan baku secara efisien. Sehingga dapat meningkatkan daya saing produk mereka di pasar.
Setelah sesi pengeringan, workshop dilanjutkan dengan praktik pembuatan brownies chips. Salah satu inovasi menarik yang diperkenalkan adalah penambahan topping pudak pada brownies.
Inovasi ini diharapkan menjadi daya tarik baru bagi wisatawan yang berkunjung ke Sunan Giri. Serta memberikan alternatif oleh-oleh yang unik dan khas.
Baca juga: Pelantikan Raya UKM UMG: Harapan untuk Mereka
Dengan semangat untuk menciptakan produk yang lezat dan bernilai jual tinggi, mahasiswa KKN menyampaikan harapan. Yakni kegiatan ini dapat memberikan dampak positif bagi para peserta.
“Diharapkan, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama workshop dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha dan berkontribusi pada perekonomian lokal. Sekaligus mempromosikan potensi kuliner Desa Giri sebagai destinasi wisata,” imbuh Yaya.
Sementara itu, Kepala Desa Giri sekaligus Ketua Tim Penggerak PKK Nur Khamidah menyambut baik inovasi dari mahasiswa KKN. Terutama terkait dengan inti dari workshop tersebut.
“Saya sangat salut dengan inovasi dari mahasiswa KKN yang berupaya dalam mengurangi sampah makanan. Selanjutnya, saya berharap warga Desa Giri juga mampu untuk melakukan hal tersebut. Khususnya untuk para pelaku UMKM di bidang makanan dan minuman,” ungkapnya.
(#)
Jurnalis Maulana Cahya Sandiawan Penyunting Nely Izzatul